18| Leave Behind the Sorrow

100 36 18
                                    


TENG TENG TENG

"Ini gila! Semua ini terlalu gila!" teriak gadis cantik dari dalam kegelapan, tidak lagi peduli pada bahaya yang tertarik dari suara bisingnya.

Ana menarik rambut koral lembut itu dengan kasar. Mencabut banyak rambut indah dalam genggaman. Tersesat dalam kegilaan, dua manik safir yang kini berubah kelabu berlarian mencari dalam gelap.

"Bagaimana aku bisa mati? BAGAIMANA!"

Satu kalimat gila terlempar kasar dari bibir indah miliknya, sambil giat mencari cara untuk mengakhiri hidup. Karena kini setiap jalan yang gadis itu ambil hanya membawanya pada jalan buntu di mana kematian menanti. Dibandingkan menunggu berbagai monster untuk menghancurkannya, lebih baik ia hancurkan sendiri harapan itu dengan kedua tangan.

"Untuk alasan apa aku kembali ke tempat terkutuk ini?"

Wajah yang semula cantik berubah penuh kerut akibat urat-urat yang menengang. Kedua bibir tertarik jauh tidak untuk menunjukkan senyum tulus, tetapi sebuah ekspresi bagi ia yang berada di ujung akal sehat. Sebuah tawa kecut penuh akan frustasi menetap pada wajah cantik. Perjalanan ini adalah setapak penuh duri, ke mana pun langkah yang ia ambil pasti penuh akan darah. Sungguh keajaiban saat semua luka itu baru menghancurkannya sekarang.


Kembali menjadi sebuah keajaiban saat pintu perlahan terbuka. Kedua manik safir melirik cepat pada gerakan halus itu. Ia menarik kedua tepi mulut sangat lebar, menerima kematian yang kembali menghampiri dengan cepat. Namun sayang, bukanlah kematian yang datang.

Tiga pasang Ruby yang pudar dalam gelap menatap balik Ana dari balik pintu terbuka. Membuat wajah penuh tegang itu akhirnya melunak.

"R-razor?" panggil sang gadis dengan rasa tidak percaya.

Tubuh Razor kembali penuh akan lendir amis dalam bayang lorong gelap. Tidak hanya ia, gumpalan besar Hecatoncheires serta tubuh gelap Eyeman pun berdiri tepat di depan pintu. Memanggil Ana dengan suara aneh yang terasa lembut. Membuat kegilaan yang hampir menghancurkan akal perlahan menghilang akibat rasa hangat di dada.

Sang gadis membawa tubuh mungil itu mendekati setiap monster yang menunggunya. Tertarik oleh rasa haus akan kehangatan untuk mengisi kehampaan. Tidak peduli bila itu hanya ilusi yang akan membunuhnya.

Kemudian sentuhan lembut salah satu lengan Hecatoncheires menarik Ana dari keputusasaan. Kedua mata memanas cepat, mencairkan perasaan yang selama ini membeku.

"A-aku ...."

"Aku ... hanya ingin keluar dari sini," tangis Ana sangat lirih menatap monster di hadapannya satu per satu.

Razor dan Eyeman mengangguk cepat. Namun, belum sempat kelompok ini memulai langkah, sebuah dorongan kuat membuka lubang menganga besar dari tengah gumpalan Hecatoncheires.

Itu adalah Garuda.


Paruh dan cakar tajam mencabik gumpalan tebal hingga darah memenuhi satu lorong. Tidak hanya Ana yang terpaku melihat kejadian sadis itu, Eyeman serta Razor pun menahan tubuh sambil mencerna kejadian yang berlalu cepat dalam sunyi. Ratusan tangan dan kaki kembali memanjang dari dalam gelap, menahan monster buas yang terus melawan.

Kedua mata Ana bergerak cepat mencari salah satu dari ratusan lengan yang terbelit. Namun, itu adalah pekerjaan sulit karena semua bergerak sangat cepat. Darah, bulu serta anggota tubuh bergantian mengisi visi Ana. Sehingga belum sempat pasangan safir menangkap yang ia cari, sentuhan dingin dari tangan Eyeman sudah memenuhi pergelangan tangan sang gadis. Tidak hanya Eyeman, Razor pun ikut mendorong tubuh Ana meninggalkan pertarungan dua monster besar.

For Her Eternal Nights [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang