10. Godforsaken

607 88 4
                                    

Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh Amnam-dong menuju Bujeon-dong setidaknya menghabiskan sekitar satu setengah jam tanpa mengalami kemacetan lalu lintas. Barangkali setengah beruntung sebab jalanan jadi sedikit lenggang karena musim dingin yang menggerus udara, Kanna serta Jian sampai lima belas menit lebih cepat daripada perkiraan awal. Well, sebetulnya entah apakah karena Kanna mengemudi dengan cukup cepat ataukah karena konversasi yang terjadi di dalam mobil seolah mengikis waktu. Gadis tersebut bahkan merasa ia mendudukkan diri di dalam kendaraan tak lebih dari 30 menit dan mengingat-ingat informasi terbatas yang dimilikinya.

Jian memang belum pernah mengunjungi Busan sebelumnya. Namun ia mengerti bahwa Bujeon-dong terletak di Busanjin-gu—kebayakan penduduk lokal hanya menyebutnya dengan Jin-gu—yang cukup terkenal sebagai pusat perbelanjaan, hiburan, dan area bisnis utama yang disebut Seomyeon. Namun memandang keluar jendela mobil sepanjang perjalanan—perlahan menemukan deret pepohonan berubah diisi oleh deret gedung yang menantang angkasa, senyumnya sukses terukir perlahan. Rasanya seperti kembali ke Seoul. Hampir.

Hiruk-pikuk distrik yang padat seolah menjadi pasokan oksigen yang menyusup ke dalam relung hatinya. Deret pertokoan memenuhi sisi jalanan, gedung bertingkat seakan-akan mengayomi kota, lampu-lampu yang berpendar saling melirik satu sama lain—sewarna neon menyala yang kontras sekali. Pepohonan yang sudah meranggas masih menyimpan lelehan salju, teronggok di ujung rantingnya.

Kanna memarkirkan mobilnya di areal parkir sebuah pusat perbelanjaan, membuka pintu mobil dan melangkah keluar sementara Jian mengeratkan syal yang melingkar di leher, diam-diam merindukan Seoul serta kegaduhannya yang tak pernah mati. Kalau saja tidak mengingat mereka datang untuk membeli pakaian tebal, Jian barangkali sudah mengangguk bersemangat saat Kanna menawarkan diri untuk menemaninya menjelajah Somyeon.

"Tidak jauh, kok," kata gadis itu. Ia mengecek ponselnya, memastikan posisi dengan GPS. Sepasang netra sabit milik Kanna berkilat, sesaat di sana membuat Jian menahan napas. Kalau saja sosok tersebut tidak menceritakan pengalaman traumatiknya di perjalanan, Jian sungguh takkan bisa menebak bahwa gadis seperti ini sudah mengalami hal mengerikan sedemikian rupa.

Namun memecah keraguan Jian, Kanna lantas melanjutkan lagi, "Kalau Kak Jian mau, kita bisa pergi sebentar mengunjungi Seomyeon Underground Shopping Center, NC Department Store, atau pusat jajanan Semyun Meokjagolmok. Mau?"

Jian tertawa. "Sebenarnya kita datang untuk berbelanja atau bersenang-senang, sih?"

"Kalau bisa dua-duanya, kenapa tidak? Lagipula aku juga hampir mati bosan di rumah, Kak. Kalau tidak berkelahi dengan si babon, pasti diperintah melakukan ini-itu. Ibu takkan menelan anak lelakinya hidup-hidup kalau Taehyung tidak memasak, membantu membereskan rumah, atau bahkan mencuci piring setelah makan. Berbeda denganku," sahutnya asal. Ia mencebik, menatap penuh harap. "Kakak mau pergi ke mana? Jangan pulang terlalu cepat, ya?"

"Kalau begitu, mau membangun rumah juga di sini?"

Kanna menyahut jenaka, "Boleh. Sekalian menikah denganku, ya, Kak. Tinggalkan Jungoo."

Jian mendadak tertawa, lebih keras—mencapai hatinya. Terakhir kali ia merasa nyaman untuk menghabiskan waktu dengan seorang teman itu kapan, ya? Kalau diingat-ingat setelah Boram menikah, mereka juga jarang menghabiskan waktu bersama. Ia tak pernah benar-benar tersadar bahwa hampir sebagian besar waktu dalam hidupnya ternyata sudah dihabiskan seorang diri. Aneh. Jian mendengus, lebih pada diri sendiri. Mengapa sepinya baru terasa sekarang?

Mendongak memandang pertokoan yang berdiri kokoh, Jian akhirnya membiarkan Kanna yang tersenyum lebar membawanya kesana-kemari. Semuanya benar-benar terasa familier. Aroma lezat makanan yang baru saja digoreng, segelas sikhye yang ditenggak bersama-sama, lalu Kanna juga tak segan sesekali berbisik menunjuk satu-dua lelaki yang tertangkap memandangi mereka berdua dan berkata, "Kalau dibandingkan dengan Pangeran JungJung, lebih tampan siapa?"

SomersaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang