Jian menahan napas.
Sejujurnya saja, ruangan tersebut tidak terlihat seperti apa yang sempat si gadis duga sebelumnya. Tidak ada meja berlapiskan kaca yang disinggahi beberapa tangkai bunga artifisal, kabinet yang penuh sesak dengan dokumen-dokumen, apalagi komputer masif dengan tempelan berbagai catatan post it dan kursi berwarna hitam.
Alih-alih sedemikian rupa, ruangan di mana ayah mertuanya berada memiliki corak hangat seolah-olah beliau memang menghabiskan hampir sebagian besar waktunya di sini daripada menghangatkan tubuh di ruang tengah seraya menonton televisi. Pantas saja Jian jarang sekali bertemu dengan pria tersebut kalau bukan di saat jam makan malam sedang berlangsung.
Cat dinding ruang kerja Minsu memiliki warna selayaknya daging apel masak, tirai putih menggantung di jendela, dua sofa besar menyita sebagian besar spasi ruangan—lengkap dihadapkan pada meja kecil serta lemari nakas dengan beberapa bingkai foto yang menangkap momen lampau. Jian menaikkan satu alis tatkala menyadari seraut wajah familiar di sana. Jeon Jungkook kecil yang tersenyum lebar bersama Jimin mungil dengan tubuh kurus serta beberapa helai daun kering yang tersangkut di puncak kepala. Ada juga sebuah meja komputer kecil di sudut, dua lampu meja, satu pot tanaman hias serta lemari arsip yang terkatup rapat.
"Tahukah kamu bahwa lingkungan sekitar memiliki pengaruh terhadap produktivitas seseorang?" tanya pria tersebut—mendadak bukan kepalang. Pria tersebut memasukkan map arsip kembali ke dalam lemari sebelum melanjutkan, "Awalnya Ayah benar-benar tidak tahu sampai Jungkook menjelaskan hal tersebut dan mengubah ruangan ini menjadi ruangan yang kamu lihat sekarang. Perlu setidaknya tiga pekan penuh agar semuanya bisa digunakan seperti semula."
Sejenak di sana, Jian berusaha tak mendengus menahan geli. Tidak ayah ataupun putranya, kalau berbicara selalu memulai dengan cara tak terduga. Tetapi sekarang, kira-kira apalagi yang hendak dibicarakan?
Memandang pada si gadis yang masih berdiri di ambang pintu yang terkatup, mengisyaratkan agar Jian mendekat, Minsu lantas menarik napas. "Kemarilah, Nak. Ayah tidak memanggilmu kemari hanya agar kamu bisa berdiri di sana sepanjang waktu." Sang lawan mendudukkan diri di sofa, mengundang Jian mengikis jarak dan akhirnya berhasil mendaratkan diri juga. "Bagaimana dengan gaun pengantinnya tempo hari? Sudah ada yang cocok?"
"Sudah, Ayah. Ibu dan Mama sampai berkata kami tidak akan pulang kalau tidak menemukan gaun yang tepat."
Sesaat di sana, Minsu tersenyum tipis. "Istriku juga berkata Jungkook sempat memerah, semua orang hampir berubah panik sebab mengira ia terkena demam." Ia mengerutkan kening, sekilas seolah bertanya-tanya mengapa. "Apa dia baik-baik saja?"
Untuk beberapa sekon, Jian nyaris meluncurkan—Jungkook mungkin memang sedang tidak baik-baik saja, Ayah. Apalagi beberapa waktu yang lalu ia sempat memuntahkan isi perut dan menolak untuk memeriksakan diri.
Namun kembali mengingat seraut wajah memohon yang Jungkook berikan agar Jian tidak mengatakan apa-apa pada siapa pun, si gadis mengatupkan bibir dan menggeleng. Kalau diingat kembali, si Jeon yang satu itu memang sempat bertingkah aneh dan canggung saat memilih gaun pengantin setelah Jian menyelesaikan urusannya di dalam kamar mandi, mungkinkah karena ia merasa tidak sehat lagi?
Di sana, seolah kekhawatirannya yang sempat memuncak lantas menguap ke dalam udara dan menghilang, Minsu sukses menghela napas lega. "Sungguh? Syukurlah kalau semuanya baik-baik saja." Pria tersebut bungkam sesaat, memaksakan senyum. "Kalau ada sesuatu yang terjadi, katakan saja pada Ayah. Kamu mengerti?"
Katakan saja semuanya pada Ayah, ya? Untuk beberapa alasan, daripada mendengar kalimat tersebut sebagai penentram yang ditujukan untuk mengayomi hatinya, Jian malah merasa sebaliknya. Keluarga Jeon memang memperlakukannya dengan baik. Tetapi baik tidak selalu benar. Ayah mertuanya bukan tipikal sosok yang akan memanggil sang calon menantu hanya untuk membicarakan hal kecil. Tak heran bagi Jian kalau Minsu malah seolah tengah berkata: kamu harus melapor pada Ayah kalau ada hal tak beres yang terjadi agar Ayah dapat mengendalikan semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Somersault
FanfictionSebenarnya, Song Jian mengerti bahwa pernikahannya dengan Jeon Jungkook takkan berjalan normal, apalagi terasa semanis dan sehangat yang semua orang pikirkan. Tetapi dunia yang perempuan tersebut genggam memiliki dinding yang tak bisa dihancurkan se...