Hari ini Sasa disibukan dengan kegiatan dewan ambalan, jika dilihat-lihat hanya sekitar 10 orang dari kelasnya yang mengikuti.
Sebelum calon anggota baru resmi menjadi dewan ambalan, mereka harus mengikuti tes terlebih dahulu yang disebut dengan ujian SKU 'Syarat Kecakapan Umum'
Senior di sini cukup friendly dan memudahkan mereka untuk berbaur satu sama lain, ujian ini diberi waktu selama 1 Minggu untuk bisa menyelesaikan 47 nomor.
Sasa mendudukkan tubuhnya di bangku ketika di beri waktu untuk mencari jawaban dari soal-soal itu, alih-alih mencari kelompok, Sasa justru lebih senang untuk mengerjakan secara individu.
"Kok nggak bareng sama temen-temen dek?" tanya salah satu senior.
Sasa menghentikan aktivitasnya yang sedang menulis, ia mendongak menatap seniornya dan menggeleng pelan.
"Loh kenapa? Kan bisa kelompok." ucapnya lagi
"Enak ngerjain sendiri kak soalnya."
Senior itu semakin mendekat ke arah Sasa dan menatapnya dengan lekat "Dengerin ya dek, lo ikut organisasi ini tidak di ajarkan untuk bekerja individu, di sini sistem kami jiwa korsa dan sudah tidak dapat di ganggu gugat."
"Ma-maaf kak, gue bakal cari kelompok."
"Santai aja, semangat ya!"
"Makasih, kak. Oiya, nama lo siapa?
"Natama Adiwangsa." sasa mengerjapkan matanya beberapa kali ketika pria ini dengan begitu cepatnya berbicara, apakah kalian pernah mendengar suara orang berkumur? Nah! Seperti itulah yang Sasa dengar ketika pria ini menyebutkan namanya.
"Mas Tama." ucapnya sambil terkekeh pelan, sedangkan Sasa hanya menganggukkan kepalanya.
Natama, pria ini bertubuh tinggi, mungil namun sangat tinggi, berkulit eksotis, dan sangat lucu. Akan sangat cocok apabila ia menjadi seorang pelawak.
Sasa berdiri ketika sudah menemukan jawaban dari soal 23, lantas ia mendekati seorang senior yang duduk di kursi guru.
Senior itu berbulu mata lentik, pipi yang tirus, menggunakan kacamata bulat, cukup tinggi yang bernama Bayu Saputra.
"Mas Bayu, aku mau ujian nomor 23 sama 40." ucap Sasa.
"Kalau no 40 sama mbak yang itu." Bayu menunjuk seorang perempuan berkulit putih yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Yok no 23."
Sasa menjawab pertanyaan itu tanpa ada hambatan sama sekali "kyyaaa!" Ia terpekik senang ketika mendapat paraf dan tanggal dari Bayu hingga membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Senangnya." ucap salah satu senior yang menggunakan hoodie berwarna hitam.
Ruangan kelas yang tadinya riuh kini menjadi diam ketika seorang ketua dewan ambalan memasuki ruangan ini, dia menjelaskan beberapa tahapan-tahapan yang harus dipahami ketika menjadi dewan ambalan nantinya.
Hingga ketua dewan ambalan itu menginterupsi kan untuk turun kelapangan hendak melakukan PBB, sekaligus pelatihan awal.
Teman sekelas Sasa menyikut lengannya sambil berbisik "Lo siap nggak?!" tanya Sherina.
"Siap nggak siap harus siap lah!" Jawab Sasa dengan berbisik pula.
☁️☁️☁️
"SIIAAAPPP GERAK!"
Semua anggota pun membenarkan posisi tubuh mereka menjadi sikap sempurna setelah mendapatkan aba-aba.
"SEMUANYA, SETENGAH LENCANG KANAAANNN GERAK!"
Matanya begitu jeli layaknya elang yang tengah mengintai mangsanya, memeriksa satu persatu setiap anggota apakah mereka layak untuk di katakan bisa dalam PBB ini, tidak dapat di pungkiri bahwa aura senior ketika sedang serius sangatlah menyeramkan.
"TEGAK GERAK!"
"HORMAAATTT GERAK!"
Semua senior yang ada mengikuti perintah ketua untuk mengecek dan membenarkan satu persatu anggota dalam hormatnya, sekaligus memastikan bahwa anggotanya bisa melakukan bagaimana hormat yang benar.
Sudah hampir 10 menit merka dalam posisi hormat seperti ini, bahkan tangan Sasa kini terasa sangat kebas, namun, tak kunjung mendapatkan perintah untuk tegak.
"TEGAK GERAK!"
"SETENGAH LENCANG KANAN GERAK!"
"TEGAK GERAK!"
"ISTIRAHAT DITEMPAT GERAK!"
"SIAP GERAK!"
Sang ketua memanggil beberapa senior untuk berbaris di sampingnya, mereka akan menunjukkan bagaimana caranya berhitung dalam PBB.
"Perhatikan!"
"BERHITUNG."
Senior yang berbaris itu menengokkan kepalanya kesamping kanan dengan begitu cepat, kecuali barisan yang paling kanan, barisan yang paling kanan pandangannya akan terus lurus kedepan.
"MULAI."
"SATU."
"DUA!"
"TIGA!"
"EMPAT."
"LIMA."
Kini giliran para calon anggota yang akan melakukan hal itu, sudah berkali-kali ketua memberikan aba-aba untuk berhitung tapi tak kunjung mulai, bahkan jika sempat di hitung sudah 10× mereka berulang-ulang melakukan ini.
Sampai ada beberapa anggota yang mengumpat karena kesal, namun, hal ini dilakukan untuk mengasah kedisiplinan. Sama seperti pisau, semakin diasah akan semakin tajam.
Setelah balik dan hadap, mereka melakukan lari sebanyak 5× mengelilingi halaman yang cukup luas bagi sebuah halaman sekolah, baru mendapat 3 putaran namun Sasa sudah terengah-engah, bahkan dadanya berdegup dengan kencang, dan jangan lupakan keringat yang bercucuran.
Dengan sisa tenaga yang Sasa punya, Sasa pun melanjutkannya sebisa mungkin, dengan nafas yang masih terengah-engah akhirnya ia bisa menyelesaikan lari 5× mengitari halaman ini .
Bahkan para anggota lainya pun tak menghiraukan ketika senior memberikan perintah untuk istirahat, mungkin mereka sudah terlalu lelah hanya untuk memekik senang.
"Haahhh ... Capek banget ya, Sa." ucap Sherina sambil duduk di samping Sasa, sedangkan Sasa hanya mengangguk-angguk dengan lemas.
Salah seorang senior berkulit putih membagikan air putih, ia bernama Jordan.
"Makasih, kak." ucap Sasa setelah menerima botol minum darinya .
Mohammad Jordan Jifadhli, biasa di panggil Jordan, dulunya sering di panggil Fadhli, namun karena saking banyaknya nama Fadhli di sekolah ini, Jordan lebih senang di panggil dengan panggilan Jordan. Dengan alasan agar tidak terlalu pasaran.
Entah mengapa waktu istirahat berjalan begitu cepat, baru saja Sasa berbincang dengan beberapa rekannya, senior sudah memberikan aba-aba untuk berkumpul kembali.
Mereka akan diberikan beberapa sosialisasi dari pihak luar tentang suatu hal yang dapat menunjang dewan ambalan SMK Harapan Jaya menjadi lebih maju. Sebagian besar dari mereka mulai menyimak dengan teliti apa yang moderator katakan.
TBC .
jangan lupa tinggalkan jejak 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
JOKS PAYUNG DAN SI COCONUT (END SUDAH TERBIT✔️)
Fanfiction"Kasian, lebih dari 10 juta musikus yang nyiptain lagu galau nggak di hargai sama satu orang stres yang nggak penting sama sekali." - "Cinta butuh pengorbanan, layaknya simbol bunga edelweis yang membutuhkan pengorbanan untuk memetiknya, tapi gue ng...