Hari demi hari berlalu begitu cepat, namun bertolak belakang dengan rindu yang sulit terucap. Rindu yang hadir seolah-olah begitu enggan untuk pergi.
Begitupun dengan Sasa yang mati-matian mengatur perasannya, merindukan seseorang yang mungkin sama sekali tak memikirkan dirinya adalah is another level of crazy.
Sudah 1 Minggu Sasa tidak berjumpa dengan Aksa, karena sekolahnya kembali menggunakan metode shif-shif an alias bergilir.
Dalam artian Sasa shif pagi dan Aksa shif siang, bahkan dalam 1 Minggu ini tidak ada kegiatan Mading atau hal lain yang dapat mempertemukan mereka. Ingin sekali ia mengirimkan pesan untuk Aksa, namun Sasa selalu overthingking akan Aksa yang risih karena kehadirannya.
Sasa menghela napas dan masuk ke dalam kamar untuk mengganti baju, ia akan pergi ke toko keperluan Pramuka untuk membeli keperluan yang ia gunakan untuk berkemah esok harinya.
Sasa memilih jalan kaki dan naik angkot untuk sampai ke tempat tujuan, sudah hampir setengah jam ia menunggu angkot namun tak ada satupun angkot yang lewat. Sasa semakin kesal ketika teriknya matahari siap membakar siapapun yang di laluinya.
Setelah menempuh perjalanan yang membosankan, akhirnya Sasa sampai ketempat tujuan, Sasa mengeluarkan note kecil dari saku nya yang bertuliskan keperluan yang akan ia beli.
Satu-persatu Sasa mengambil barang-barang yang ia butuhkan, Sasa sedikit kesulitan karena ini pertama kalinya ia berbelanja hal seperti ini.
Hampir 1 jam Sasa berkeliling tempat ini namun entah mengapa Sasa masih kebingungan dengan apa yang harus ia beli.Sasa berjinjit ketika berusaha mengambil pasak yang harus ia beli, dengan susah payah Sasa berusaha untuk mengambilnya, namun tak bisa. Sasa berbalik ke belakang ketika ada seseorang yang mengambil pasak yang sama dari belakangnya.
Lantas lelaki itu memberikan pasak yang ia ambil kepada Sasa. Sasa pun tersenyum kikuk dan menerima pasak itu.
"Makasih kak Aksa."
Ya, orang yang membantu Sasa untuk mengambil pasak tak lain dan tak bukan adalah Aksa. Sosok lelaki yang selalu di rindukan Sasa setiap harinya.
Sasa pun menatap sekeliling dan beralih menatap Aksa. "Kak Aksa kenapa bisa ada di sini?"
"Gue ngga sengaja liat lo lagi nunggu angkot di ujung jalan, maka dari itu gue ikutin, soalnya gue penasaran lo mau kemana. Dan ternyata lo ada disini." Ucap Aksa dalam hati.
"Kak Aksa!" Sasa meninggikan suaranya ketika tak kunjung mendapat jawaban dari Aksa.
"Gue mau beli lem."
"Lem apaan? Orang disini tempat alat-alat Pramuka, jangan-jangan lo ngikutin gue kan?! ngaku lo?!" Aksa memundurkan tubuhnya ketika Sasa terus mendekat untuk memojokkan dirinya, lantas Aksa menahan kening Sasa dengan jari telunjuknya.
"Jangan ge-er, kalau gue ngikutin lo, sama aja gue buang-buang waktu." Lantas Aksa memasukkan tangannya ke dalam saku dan berdiri tegap.
Sasa berdehem pelan dan segera pergi ke kasir untuk membayar belanjaannya, begitupun dengan Aksa yang mengikuti Sasa dari belakang. Bahkan setelah beberapa meter Sasa berjalan dari toko itu, ia terus saja di ikuti Aksa dari belakang.
Lantas Sasa berbalik dengan tiba-tiba dan menatap lekat mata Aksa, sedangkan yang di tatap hanya membalasnya dengan tatapan yang santai. Di antara perasaan kesal dan tersipu menjadi satu ketika Aksa bersikap seperti ini.
"Bisa nggak?! berhenti ngikutin gue." Ketus Sasa.
"Kalau nggak, kenapa?"
"Ck, gue mau pulang jangan ngikutin terus!"
"S3."
"Hah?! S3 apaan?"
"Suka-suka saya." Lantas Aksa berjalan mendahului Sasa sambil bersiul, dan Aksa sadar bahwa gadis itu berganti mengikuti dirinya.
"Jalannya jangan cepet-cepet!" Ketus Sasa.
"Sini duduk." Mereka pun duduk di bangku jalanan yang dekat dengan sebuah coffe shop, Aksa bangkit untuk membeli minuman di coffe shop itu. Setelah beberapa saat Aksa kembali sambil membawa 2 cup es cappucino sambil berkalung gitar. Sasa pun menerima es cappucino itu dengan senang hati.
Kau membunuhku dengan kepedihan ini...
Jreng....
Kau hempaskanku kedalam retaknya hati.
Hingga air mata tak mampu.
Tuk melukiskan perih.
Yang kau ukir dalam hati ini.
"Galau sama dengan alay." Protes Sasa di tengah-tengah Aksa bernyanyi.
"Kasian, lebih dari 10 juta musikus yang nyiptain lagu galau nggak di hargai sama satu orang stres yang nggak penting sama sekali."
"Kok lo gitu banget sih sama gue?!"
"Karena gue nggak suka cewek yang lebih alay dan ngatain orang lain alay."
Sasa semakin mendidih sekaligus salah tingkah dalam satu waktu yang bersamaan. "Fine! Gue bakal pulang, BAY!"
Sasa bangkit dengan kesal lalu berlenggang meninggalkan Aksa. Sasa sempat berbalik untuk melihat apakah Aksa mengejarnya atau tidak dan ternyata itu semua jauh dari ekspektasinya.
Justru Vivi datang menghampiri Aksa dan mereka berdua langsung akrab begitu saja. Entah Aksa dapat melihat Sasa atau tidak, yang jelas Sasa masih bisa melihat dengan jelas bagaimana Aksa dan Vivi bercanda ria.
Sesampainya Sasa di rumah, Sasa membanting tubuhnya di sofa sambil tengkurap. Kejadian yang barusan terjadi masih melekat di kepala Sasa. Sasa tidak habis pikir, bagaimana bisa Aksa membuat dirinya merasakan kebahagiaan sekaligus luka dalam hitungan waktu yang begitu singkat.
Sasa memukul-mukul sofa untuk melampiaskan kekesalannya, ia pun bangkit dan terduduk sambil menghela napas panjang.
"Huhhhh... Emangnya gue siapa? kak Aksa selalu bilang kalau gue tukang halu, stress, nggak penting dan nggak berarti dalam hidupnya. Jadi suka-suka dia mau deket sama siapa aja." Dalam sekejap Sasa termenung sesaat dan mengusak rambutnya dengan kasar.
"HUAAAAA!!! Tapi gue suka sama kak Aksa." Teriak nya dengan histeris.
⚜️⚜️⚜️
"Gue harus gimana?" Tanya Aksa.
"Ikuti kata hati lo, anak SMK bukan berarti nggak punya kisah cinta, gue nggak akan paksa lo buat ceritain perasaan lo, tapi coba lo ngalah sama keegoisan." Jelas Vivi.
Ternyata, kenyatannya tidak seperti apa yang Sasa bayangkan, dari awal Aksa sudah berkencan dengan Vivi untuk meminta saran tentang hubungannya dengan Sasa. Namun sepertinya gadis itu tengah salah paham.
"Gue bingung, gimana rasanya di cintai?" Tanya Aksa dengan sendu.
"Ikuti alurnya, kalau orang itu tulus, dia bakal selalu berusaha muncul di kehidupan lo." Jelas Vivi dengan senyum yang khas tercetak di bibirnya.
TBC.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
JOKS PAYUNG DAN SI COCONUT (END SUDAH TERBIT✔️)
Fanfic"Kasian, lebih dari 10 juta musikus yang nyiptain lagu galau nggak di hargai sama satu orang stres yang nggak penting sama sekali." - "Cinta butuh pengorbanan, layaknya simbol bunga edelweis yang membutuhkan pengorbanan untuk memetiknya, tapi gue ng...