Pagi ini Dewan Ambalan SMK Harapan Jaya di tugaskan untuk mengambil barang-barang di gudang, sebab gudangnya akan di bersihkan sekaligus di cat.
Mereka bergotong royong dengan baik, ada yang mengangkat meja, kursi, beberapa pianika yang rusak dan tongkat-tongkat Pramuka yang begitu banyak. Jangan pernah meragukan kesolidaritasan Dewan Ambalan Buaya Putih.
Cuaca yang cerah kali ini sangat mendukung, tidak seperti biasanya yang hujan serta berangin kencang. Mungkin semesta tengah berbahagia.
Kini tinggal satu meja berukuran besar yang tersisa, di dalam gudang hanya ada Sasa dan Jordan, di karena teman-temannya sudah tepar berjatuhan di halaman sekolah.
"Lo angkat ujung sana, gue angkat ujung sini." Titah Jordan.
Mereka pun mencoba mengeluarkan meja itu dengan susah payah, setelah mati-matian membelokkan meja yang luar biasa berat akhirnya meja itu dapat keluar dari gudang.
"Stop Sa! Bentar ada telpon." Ucap Jordan dan Sasa mengangguk.
Lantas Jordan mengangkat telepon itu, dengan samar-samar Jordan mendengar suara tangisan dari seberang telepon. Ketika lawan bicara sudah tersedu-sedu Jordan masih saja terus berpikir positif.
"Uti... Uti udah meninggal jor, kamu pulang ya." Ucap seseorang dari seberang telepon.
Bagai belati yang menusuk hati, dan kali ini Jordan tak dapat menahan tangisnya. Dengan pikiran yang kalut, Jordan masih saja mendengarkan orang yang berada di seberang telepon.
Sasa yang tak tahu apa-apa pun mulai memanggil Bayu setelah melihat Jordan yang sudah berderai air mata.
Dengan jantung yang berdegup kencang, napas tersengal-sengal dan air mata yang terus mengalir, Jordan menaiki motornya dan mengendarainya secepat yang ia mampu.
Tak peduli dengan beberapa pengendara yang terganggu karena ulah Jordan, bahkan jika lengah sedikit saja, nyawa Jordan bisa jadi taruhannya.
Setibanya di kediaman Jordan, sudah banyak orang yang berada di sana, tak sedikit orang yang menatap Jordan dengan prihatin.
Seorang lelaki paruh baya menahan bahu Jordan tatkala Jordan ingin masuk kedalam rumah. "Yang kuat ya nak." Ucap orang itu.
Melihat orang yang paling kita sayang di dunia terbaring tak bernyawa dan terbalut kain kafan adalah hal yang paling menyakitkan bagi Jordan. kakinya lemas sehingga membuat Jordan bersimpuh di depan jenazah neneknya.
Jordan histeris sambil menjambak rambutnya sekuat tenaga. "AARRRGHHH!!!"
"kenapa?! Kenapa ti... Aku sekolah tapi uti meninggal." Ucapnya dengan parau.
Tak kalah mengejutkannya dengan Bayu yang tiba-tiba muncul dari pintu, setelah Sasa mengatakan hal itu Bayu langsung menyusul Jordan dan yang di takutkannya memang benar terjadi.
Bayu duduk bersimpuh sambil merangkul bahu Jordan untuk menguatkannya. "Tenang Jor, yang tenang."
"Lo nyuruh gue tenang? Lo nyuruh gue tenang sedangkan uti gue terbaring nggak bernyawa kayak gini?! Lo waras nggak sih?!" Sarkas Jordan.
Jordan bangkit sambil mengepalkan kedua tangannya, wajahnya sudah merah padam tak karuan, ia benar-benar kehilangan kewarasannya saat ini.
Beberapa kali Jordan membenturkan kepalanya ke tembok, semua orang benar-benar ketakutan dengan tingkah Jordan saat ini, bahkan bercak darah berceceran di tembok.
PLAKK!!!
Suara nyaring antara tangan yang mendarat di pipi pun tak terelakkan, karena geram Bayu menampar pipi Jordan untuk menyadarkannya.
"Sadar Jor! Ini bukan saatnya buat lo kayak gini."
Jordan merosot bersimpuh di lantai, bercak darah yang ada di kepala Jordan pun menempel pada tembok dan mampu membuat beberapa orang meringis melihatnya.
Setelah keadaan mulai tenang, dan kepala Jordan sudah di obati kini pemakaman pun berlangsung.
Jordan dan Bayu tak luput ikut serta dalam hal itu, sedari tadi Jordan tak juga mengucapkan sepatah kata apapun, bahkan tangisnya pun sudah berhenti sejak dari tadi, namun pandangannya terlihat kosong. Seperti tak ada kehidupan.
Terkadang rasa sedih yang teramat tak dapat di ungkapkan dengan cara apapun, Jordan benar-benar lelah kali ini, tidak ada nasib baik yang menimpa hidupnya barang sekalipun.
Dua jam sudah berlalu setelah pemakaman, namun Jordan tak kunjung beranjak dari tempat ia duduk, tak lupa dengan Bayu yang ikut serta di belakangnya untuk mengawasi Jordan.
Di saat-saat seperti ini, Bayu paham betul dengan apa yang harus ia lakukan, Bayu tidak harus menjadi sandaran untuk Jordan, tidak harus mendengarkan Jordan bercerita panjang lebar.
Namun Bayu hanya perlu mengawasi Jordan agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Cukup berada di samping Jordan sudah lebih cukup dari apapun.
"Ti... Jojo capek, Jojo capek di benci banyak orang, Jojo capek harus minum obat terus, Jojo mau ikut ti boleh ya?"
Jojo adalah panggilan sang nenek untuk Jordan, waktu kecil, neneknya selalu memanggil Jordan dengan sebutan Jojo. Katanya, Jojo melambangkan sebuah Algojo, yang di mana ia harus menjadi lelaki yang tangguh.
"Nggak usah aneh-aneh deh Jor!" Tegur Bayu.
"Mending lo pulang." Titah Jordan.
"Jaga-jaga kalau lo gali lubang sendiri buat tidur."
"Bangsat!" Umpat Jordan.
Tanpa mereka sadari, jauh beberapa meter dari mereka ada Sasa dan Aksa yang terus memperhatikan interaksi mereka.
Sasa dan Aksa sudah berdiri di sana sejak pemakaman itu, mereka sama sekali tak mendekat, hanya mengawasi dari jauh dan tentu saja itu permintaan Sasa.
"Kita udah tiga jam disini Sa." Ucap Aksa.
"Gue masih mau liat mereka, gue kasian, gus pernah ngerasain itu..."
"Nggak gini caranya."
Entah mengapa di saat seperti ini ada perasaan aneh yang Aksa rasakan, rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Rasa nyaman ketika berada di dekat Sasa mulai ia rasakan, mati-matian Aksa menepis semua egonya, dengan hati-hati Aksa menyandarkan kepala Sasa di bahunya.
Aksa bernapas lega ketika mengetahui bahwa Sasa tak menunjukkan reaksi aneh apapun. Di luar rencana, hujan pun turun.
Dengan cepat Aksa mengeluarkan payung lipat yang ia bawa, tentu saja karena perintah Sasa. Mereka berdua melihat bagaimana indahnya pertemanan di bawah derasnya hujan.
Begitu beruntung Jordan memiliki teman seperti Bayu, buktinya Bayu merelakan jaket nya untuk memayungi Jordan yang hanya terbalut kemeja hitam.
Karena terlalu lama menyaksikan Jordan dan Bayu, tak disengaja Sasa pun terlelap dengan berdiri dan kepala yang bersandar di bahu Aksa.
Aksa pun menggendong Sasa untuk mencari tempat berteduh, Aksa sendiri tak habis pikir, bisa-bisanya di saat seperti ini Sasa justru tertidur.
Aksa akui bahwa sedari tadi ia juga mengantuk, namun tidur dalam kondisi seperti ini tak pernah Aksa bayangkan.
TBC.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 💜.
SEE U SOON 🖖
KAMU SEDANG MEMBACA
JOKS PAYUNG DAN SI COCONUT (END SUDAH TERBIT✔️)
Fanfiction"Kasian, lebih dari 10 juta musikus yang nyiptain lagu galau nggak di hargai sama satu orang stres yang nggak penting sama sekali." - "Cinta butuh pengorbanan, layaknya simbol bunga edelweis yang membutuhkan pengorbanan untuk memetiknya, tapi gue ng...