Bumi 03

2.9K 899 53
                                    

"Jadi ikut summit kan?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Rasanya setelah kejadian yang menimpaku beberapa hari yang lalu. Semuanya menjadi tidak benar. Hariku kacau.

"Loh, lo kan leadernya. Masa nggak ikut. Yang ke Rinjani kemarin aja lo bisa, ini masa cuma ke Bromo nggak bisa? Kerjaan lagi cuti kan?"

Aku hanya menatap Irwan, dan mengangkat bahu. Lalu menyandarkan kepala di kursi yang aku duduki. Siang ini, rasanya aku sedang ingin sendiri. Otakku sedang dipenuhi berbagai macam pikiran.

"Nilam ntar sendiri loh bro. Tunangan lo itu. Kasihan."

Menyebut nama Nilam aku kembali menghela nafas. Berat. Semuanya terasa berat.

"Kalau gue nggak bisa naik gunung selamanya?"

Pertanyaanku malah membuat Irwan kini berdecak dan menggelengkan kepala. Dia menyesap kopi hitam yang di pesannya. Kami sedang berada di 'Ngopi coy'. Kedai kopi langganan tempat aku dan Irwan, serta geng kami, yaitu teman-teman pendaki gunung- dulunya mapala di kampus dan keterusan sampai semuanya sudah bekerja, nongkrong di kedai ini.

"Ngaco, lo. Kebanyakan makan kuaci nih bocah. "

Aku hanya menghela nafas lagi "Emang lo pikir gue hamsternya si Rani?"

Irwan terkekeh saat aku menyebut nama adiknya yang masih kelas 1 SMA dan mempunyai peliharaan dua hamster.

"Gue serius, Wan. Ke depannya kayaknya gue nggak bisa lagi naik gunung."

Irwan kali ini mencondongkan tubuhnya lebih dekat. Dia tampak serius menatapku.

"Ini beneran apa yang lo omongin itu ya? Lo harus nikahin cewek itu?"

Kuanggukan kepala dan kini menghela nafas lagi. Semalaman aku sudah berdiskusi dengan kedua orang tuaku. Dan memang jawabannya memang itu. Menikahi Kinanti.

"Lo belum kasih tahu Nilam?"
Aku menatap Irwan dan kini menganggukkan kepala.

"Gue udah jujur sama Nilam, dan yang bikin gue ngerasa nggak enak banget, Nilam nggak marah. Dia malah nyuruh gue buat nikahin Kinan.  Lo tahu, Nilam orangnya gimana. "

Nilamsari. Tunangan ku sejak 1 tahun yang lalu adalah sosok wanita yang kuat. Dia sama-sama anggota mapala di kampus. Kami mulai kenal dan akhirnya dekat.

Irwan mulai memahami arah pembicaraanku. Dia bahkan menautkan alisnya tampak berpikir.

"Nilam emang beda dari cewek lainnya. Dia emang nggak manja ama lo. Padahal gue tahu, dia bucin banget."

Mendengar ucapan Irwan membuat aku makin merasa tidak enak dengan Nilam. Tapi aku memang harus meninggalkannya. Aku harus menikah dengan Kinanti. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Karena ini adalah tanggung jawabku secara moral kepada Kinan.

****†*

Saat malamnya aku pulang ke rumah, aku menemukan Kinanti tampak menungguku di ruang tamu. Dia tampak pucat, duduk di atas kursi rodanya dan selimut motif bunga sakura selalu menemaninya.

"Mas Bumi, bisa bicara?"

Aku menganggukkan kepala dan kini mendekati Kinan. Dia menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajahnya.

"Aku nggak bisa menikah sama Mas. Kasihan tunangan Mas, dan... "

Dia sudah mengucapkan itu sebelum aku duduk. Akhirnya kuurungkan niatku untuk duduk dan kini berdiri di depannya.

"Apa yang menjadi urusanku dengan Nilam, kamu tidak perlu ikut campur."

Ucapanku itu langsung membuat Kinanti makin terlihat pucat. Aku mengernyitkan kening. Sakitkah dia?

"Maaf, Mas. Bukan maksud aku mencampuri, tapi bagaimanapun juga di sini kita yang menikah. Dan ini bukan pernikahan yang diinginkan. Kalau Mas merasa bersalah kepada almarhum Bapak karena tidak menepati janjinya, aku bisa maklum kok. Bapak juga tidak akan... "

Mendengar ucapannya aku langsung mendekat dan kini membungkuk tepat di depannya persis. Dia, memundurkan badannya dan tampak ketakutan. Apakah aku membuatnya terancam? Ada bulir-bulir keringat terlihat di keningnya.

"Aku yang menikahi kamu. Dan semuanya sudah setuju. Jadi tidak ada masalah lagi. Tidak ada yang bisa melarangnya. Aku akan menikahimu."
Setelah mengatakan hal itu, aku menegakkan diri.

Merasa emosi karena wanita di depanku ini malah merasa rendah diri lagi. Aku tidak suka. Entah kenapa aku ingin mengatakan kalau aku...

Kugelengkan kepalaku belum saatnya Kinanti tahu. Yang pasti, aku tidak akan membuat pernikahan ini gagal. Karena pengorbanan semuanya sudah terlalu banyak. ()

Bersambung

Heeemmm Mas Bumi kenapa sih? Cinta atau gimana sama Kinan nya?

Restu Bumi StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang