Kalau bisa memilih, aku lebih baik tidak ikut Bumi ke sini. Lebih baik aku berada di rumah, sendiri daripada harus merasa seperti ini. Keluarga Bumi memang sangat baik, terlalu baik bahkan untukku. Tapi aku tidak bisa harus menyakiti orang lain. Sejak Bumi menyatakan harus menikahi ku, itu semua memang tidak benar.
"Tante... "
"Iya, Kinan?"
Aku sekarang sedang berada di dalam kamar, dengan Tante Olivia, Mamanya Bumi dan Bulan.
"Apakah harus dengan menikah?"
Tante Olivia menghentikan gerakannya. Beliau sedang membenarkan rambutku. Pagi ini, aku dirias layaknya pengantin wanita. Memakai gaun cantik, dan juga dirias. Semuanya sudah diurus Tante Olivia yang notabene beliau adalah pemilik WO yang memang sudah lama digelutinya. Bulan sendiri juga ternyata memiliki sebuah butik gaun pengantin. Aku tidak menyangka kalau yang disebut menikah itu adalah benar-benar menikah dengan mewah dan meriah. Aku pikir hanya...
"Kinan nggak suka sama Bumi?"
Beliau menatapku dengan lembut. Aku sendiri merasa tidak enak. Aku menunduk dan menatap gaun putih yang kini menutupi kakiku. Dia tas kursi roda ini, aku merasa tidak berdaya."Kinan kurang bersyukur ya Tante? Kinan harusnya berterimakasih. Sudah ada yang akan menikahi Kinan dengan kondisi cacat seperti ini. Yang akan menjadi beban dan... "
"Hei... Hussst."
Tante Olivia tiba-tiba sudah berjongkok di depanku. Beliau menggenggam jemariku erat. Tetes air mata perlahan menetes membasahi wajahku."Kinan itu wanita yang sangat cantik. Kinan tidak boleh merasa seperti ini. Tante tahu, semua masih baru untuk Kinan. Tapi satu yang pasti, Bumi, anak Tante, serius melakukan semua ini. Kinan tidak perlu takut, dia akan menyakitimu. Ada Tante dan Papanya Bumi, Om Devin yang akan berdiri di depan sendiri kalau dia menyakitimu."
Aku makin menangis tergugu. Ucapan Tante Olivia membuat aku merasa seperti mempunyai seorang Mama yang sejak kecil aku tidak punya. Aku juga tidak bisa menyakiti perasaan beliau.
"Tapi Mas Bumi cintanya sama Nilam. Kinan tahu... "
Ucapanku kembali membuat Tante Olivia menggelengkan kepala.
"Bumi dan Nilam sudah ikhlas dengan hubungan mereka. Sebelum melakukan hal ini, mereka sudah berbicara dan saling mengerti. Jangan menangis ya? Tante ingin Kinan tidak merasa tertekan dengan ini semua. "
*****
Setelah permohonan Tante Olivia, akhirnya aku mengerti kalau aku memang harus menerima pernikahan ini. Meski aku tahu, Bumi hanya merasa bertanggung jawab kepadaku. Akhirnya, pernikahan itu terjadi.Bumi menikahiku di rumah yang sudah diubah menjadi tempat yang sangat cantik. Bulan, bahkan sangat antusias membantuku mendorong kursi roda dan selalu mendampingiku.
"Mbak Kinan cantik. Ih cocok ini gaunnya. Padahal pas buat gaun ini, pikiran Bulan hanya satu semoga yang membeli dan memakai gaun ini akan sangat cocok. Dan voila beneran cocok sama Mbak Kinan."
Dia berbisik di sebelahku tadi saat mengantarkanku menuju tempat Bumi mengucapkan ijab qobul."Kamu lelah?"
Suara itu menyadarkanku dari lamunan. Aku tergeragap saat Bumi tiba-tiba sudah ada di sampingku. Padahal tadi dia sedang sibuk menyalami tamu-tamu yang datang. Pernikahan ini memang diadakan di halaman depan rumah keluarga Bumi yang begitu luas. Dihias dengan sangat bagus dan merupakan impian setiap wanita.
Bunga Lili putih menghiasi setiap sudut dan ada tenda mewah terbentang. Bahkan ada permadani merah terhampar di atas rumput hijau. Di setiap meja ada makanan terhidang. Aku dan Bumi sejak tadi berkeliling, dengan Bumi mendorong kursi roda ku dan memperkenalkan kepada semua temannya yang hadir.
"Enggak."
Aku menjawab dengan sedikit kaku. Entah kenapa ditatap Bumi seperti ini membuat jantungku berdegup kencang. Padahal tadi saat dia selesai mengucapkan ijab qabul, aku tidak setegang ini.Bumi menganggukkan kepala, lalu dia menegakkan tubuhnya lagi. Dia tampak gagah dengan balutan jas hitamnya. Tuxedo memeluk tubuhnya dengan sangat pas.
"Akhirnya ketemu sama pengantin nih. "
Suara itu menginterupsi kami. Aku menatap pria yang kini tersenyum lebar dan melangkah ke arah kami.
"Thankyou sudah mau hadir. "
Bumi menyalami, pria itu.
"Gue beneran kosongin waktu nih. Baru aja turun gunung, langsung ke sini. ""Kenalin, ini istriku, Kinan."
Bumi mengusap punggungku dan aku tersenyum ke arah pria yang sudah mengulurkan tangan kepadaku."Irwan, sahabatnya pria ganteng ini."
Aku menerima jabatan tangannya. Mencoba untuk tersenyum meski aku masih merasa sangat canggung."Udah sana, makan dulu. Gue tahu lo kelaparan."
Ucapan Bumi membuat Irwan langsung menggerutu tapi kemudian terkekeh "Tahu aja lo. ""Ada Rudi dan Aji juga, gue anterin ke sana." Bumi mengatakan itu lalu menoleh ke arahku "bentar ya?"
Kuanggukan kepala saat Bumi meminta ijin untuk mengantarkan Irwan ke tempat teman-teman nya. Aku sendiri memang memilih di sini saja."Dadah mbak pengantin."
Irwan berdadah-dadah kepadaku tapi langsung ditarik oleh Bumi untuk segera melangkah. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar taman yang sekarang dipenuhi orang-orang yang sedang menikmati makanan. Mereka semua terlihat begitu asing untukku."Kinanti?"
Aku terkejut dengan panggilan itu. Saat aku menoleh ada seorang wanita yang mengenakan gaun warna hitam dan terlihat begitu ramah melangkah ke arahku.
"Perkenalkan, aku Nilam."
Mataku melebar saat mendengar nama itu. Dia mengulurkan tangan kepadaku "Selamat ya."
Bersambung
Mumpung si kecil belum bangun nih, nyempetin ketik dulu. Yuk ramein lagi yuk
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu Bumi Story
RomanceBumi tidak menyangka kalau bantuannya terhadap seseorang akan membawanya untuk bertanggung jawab menikahi seorang wanita yang tidak dikenalnya. Bahkan, dia harus menerima semuanya meskipun wanita itu tidak sesuai dengan kriteria nya. Bumi harus me...