Restu 12

2.4K 791 43
                                    


Aku terbangun dan mendapati sudah terbaring lemah. Aku tahu ini di rumah sakit. Bau obat yang tidak aku suka sudah tercium.

Aku teringat tadi merintih kesakitan saat kami baru saja pulang. Bulan mengajakku menemaninya membeli baju. Tapi entah kenapa saat sampai rumah kakiku terasa begitu sakit. Setelah itu aku tidak sadarkan diri.

Suara pintu terbuka membuat aku menoleh. Bumi ada di sana. Wajahnya tampak muram dan bajunya tak serapi biasanya.

"Sudah bangun?"

Bumi mendekatiku dan kini menarik kursi yang ada di samping tempat tidur. Dia duduk di sana.

"Maaf Mas jadi merepotkan. "

Bumi menggelengkan kepala dan kini mengusap kepalaku.

"Kenapa kamu nggak bilang sama aku?"
Pertanyaannya membuatku bingung.

"Kata Dokter, kamu ada infeksi di kakimu yang luka."

Aku hanya diam saat Bumi mengatakan hal itu. Sebenarnya sudah lama sekali, sejak Bapak masih ada. Dan aku sudah beberapa kali terapi hanya saja aku sudah menyerah karena rasa sakit ini tidak pernah hilang.

"Buat apa Mas? Toh aku tetep nggak bisa jalan normal lagi. "

Jawabanku membuat Bumi kini menatapku dengan serius
"Kenapa menyerah, kamu nggak boleh seperti ini."
Aku hanya diam dan tidak menjawab. Buat apa? Toh selama hidupku ini aku tidak pernah...

"Aku di sini. Ada aku. "
Tiba-tiba Bumi mengatakan hal itu. Lalu dia menggenggam jemariku. Saat itulah pintu terbuka dan ada seseorang masuk ke dalam.

"Mas Bumi... "
Bulan tampak bingung tapi kemudian dia mendekati Bumi dan membisikkan sesuatu. Bumi tampak menganggukkan kepala. Lalu dia beranjak berdiri.

"Aku keluar sebentar. "

Bumi berpamitan kepadaku lalu segera melangkah keluar. Bulan sudah menggantikan Bumi duduk.

"Maaf ya Mbak Kinan. Itu... "

"Nilam ya?"
Aku jadi teringat tadi sempat melihat Nilam memang datang ke rumah dan saat mobil memasuki halaman rumah Langit memeluk Nilam yang jatuh tak sadarkan diri. Aku tidak melihat dengan jelas.

"Iya. Ih sebel. Kenapa jadi ngerepotin Mas Bumi coba?"

Bulan malah menjawab seperti itu dan membuat aku menatapnya.

"Mbak Nilam nya nggak mau dinikahin apa gimana gitu. Terus minum apa gitu terus hadeh... Repot kalau kayak gini. "

Dia malah mengatakan itu dan membuat aku makin bingung.

"Eh tapi tenang aja. Bulan yang akan menjaga Mas Bumi agar tidak berpaling lagi ke Mbak Nilam. Enak aja dulu pernah buat Mas Bumi patah hati tuh, sekarang malah gangguin."

Ada sesuatu yang belum selesai diantara mereka pastinya. Aku hanya tersenyum tipis saat Bulan mengatakan hal itu. Kenapa ini semua jadi rumit?

*****

Tengah malam saat aku terbangun lagi, Bulan sudah pulang ke rumah. Tadi Mama dan Papa sudah menjengukku dan sekarang Bumi tampak tertidur pulas di kursi. Aku mengulurkan tangan untuk mengambil air minum di atas nakas. Yang malah membuat Bumi terbangun.

"Butuh apa?"
Dia mengusap matanya yang mengantuk tapi segera beranjak berdiri.

"Minum, Mas. "

Bumi membantuku meminum air putih. Lalu menghelaku untuk tidur kembali.

"Mas, Mbak Nilam gimana?"

Bumi menghentikan gerakannya yang sedang memberesi nakas. Dia menoleh ke arahku.

"Ehmm udah mendingan. "
Dia menjawab dengan canggung. Aku hanya mengangguk.

"Dia kenapa?"
Bumi duduk di kursi kembali lalu kini menatapku. Dia mengusap tengkuknya dan seperti tidak nyaman.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu, Tiba-tiba dia datang dan terjatuh. Sekarang dia sudah dijaga oleh keluarganya. "

Bumi mengatakan itu, tapi aku tahu ada yang disembunyikan.

"Mas, kalau mau jagain Mbak Nilam juga nggak apa-apa. Aku udah... "

"Enggak. Enggak, Kinan. Aku di sini. Jagain kamu. "

Jawabannya tiba-tiba terdengar tegas. Dia menatapku dan netra kamu bertemu.

"Tapi Mas... "

Bumi langsung meraih jemariku dan menggenggamnya.

"Jangan seperti ini. Jangan Kinan. Aku butuh kamu buat menguatkanku. Aku tahu, belum menjadi suami yang baik untuk kamu. Tapi semua, sedang proses ke sana."

Ada permohonan di dalam ucapannya dan aku hanya terdiam. Tapi bisakah aku menjalani ini semua kalau Bumi masih dibayangi masa lalu?

Bersambung
Ketik bab baru itu harus nungguin anak tidur dulu. Itupun nggak bisa banyak dan juga nggak bisa, tiap hari. Kadang udah bisa megang laptop pun tinggal ketik aja si kecil udah nangis.

Harap maklum author baru punya dekbay usia 8 bulan yang belum bisa ditinggal lama. Tidak ada waktu untuk menulis tapi mencoba untuk menyelesaikan ya. Jadi yang menunggu cerita baru harap bersabar. Maka dari itu untuk selingan up cerita lama biar kalian masih bisa menikmati cerita lain. Okeeee

Jangan ditanya kapan up lagi ya. Terimakasih. Semoga suka

Restu Bumi StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang