"Bumi itu sangat suka naik gunung. Satu bulan sekali itu pasti. Tapi setelah menikah katanya dia tidak akan lagi naik gunung."
Aku masih teringat terus ucapan Mbak Nilam, saat kemarin mendekatiku dan memberiku ucapan selamat. Dia baik, bahkan sangat baik. Aku yang merasa sungkan sendiri dengan sikapnya itu. Padahal aku sudah merebut calon suaminya, kalau boleh dikatakan dengan kasar.Bahkan dia mengatakan kalau sudah ikhlas dengan jalan hidupnya. Aku ingin memiliki keikhlasan itu, tapi aku tidak bisa. Bagaimanapun juga aku tidak mengenal Bumi begitupun sebaliknya. Lagipula, sejak dulu aku merasa insecure dengan lingkungan sekitarku. Aku ini tidak sempurna. Cacat. Dan aku tidak ingin dilihat sebagai wanita yang lemah dan butuh bantuan atau dikasihani.
Semalam, saat aku kedinginan dan merasakan sakit yang sering terjadi tiap malam. Bumi mencoba untuk menghiburku, tapi aku bersyukur dia tidak memperlakukanku berlebihan. Dia tahu batasnya untuk tidak melihatku dari kacamata orang normal. Dan aku sedikit nyaman dengan hal itu. Dia membiarkanku tertidur lagi.
Paginya, saat aku terbangun Bumi sudah tidak ada di sampingku. Tapi di atas nakas ada sarapan dan satu gelas susu hangat seperti biasa sejak aku mulai menginap di rumah ini.
"Kinan."
Aku baru saja meletakkan gelas susu yang sudah aku minum ke atas nakas saat Bumi masuk ke dalam kamar. Dia terlihat sudah rapi.
"Mas... "
Bumi berjalan perlahan ke arah kasur. Lalu menatapku dan menunjuk kursi roda yang ada di samping kasur.
"Mau aku bantu?"
Dia terlihat ragu saat bertanya tentang itu. Aku mencoba untuk menerima sikapnya yang sepertinya tidak mau menyinggungku."Aku bisa kok Mas, biasanya juga gitu. Tapi tongkat yang biasa aku pakai masih di rumah. Bisakah hari ini kita ambil? Sambil mau lihat keadaan rumah."
Sebenarnya aku juga bisa berjalan dengan tongkat penopang. Meski satu kakiku sudah diamputasi, tapi sejak dulu sama Bapak aku sudah diikutkan terapi berjalan. Sehingga aku juga bisa berjalan meski hanya menggunakan satu kaki.
Wajah Bumi terlihat serius, dia tidak menjawab pertanyaanku. Kini, dia malah melangkah ke tapi kasur dan duduk di sana. Dekat dengan aku yang duduk bersandar.
"Kamu bisa berjalan dengan tongkat?"
Aku menganggukkan kepala."Bisa."
Bumi mengamatiku lagi lalu menghela nafas "Tapi kamu tidak akan ja... tuh?"
Dia tampak khawatir dan itu membuatku tersenyum. "Aku sudah terapi selama ini, tapi memang kemarin kakiku sedikit sakit sebelum Bapak meninggal. Maka aku memutuskan untuk memakai kursi roda lagi. Hanya saja, kalau aku terus bermanja aku akan merepotkan semuanya. Maka aku ingin mulai berjalan lagi."
Raut wajah Bumi masih khawatir, tapi kemudian dia menganggukkan kepala.
"Baik. Kita ke rumah."
*****
Ingin rasanya menangis lagi. Sejak menginjak rumah yang penuh kenangan ini, aku tidak bisa membendung rada sedihku. Tapi aku tidak mau terlihat sebagai wanita yang cengeng di depan Bumi.
"Penuh debu semua. Aku akan panggil orang buat bersihin ini semua. "
Aku yang tadi memang ijin untuk melihat kamarku, dan akhirnya menangis sendiri di sini terlalu terkejut dengan suara Bumi. Dia tadi berpamitan akan berkeliling rumah dan memeriksa semuanya. Tidak menyangka dia datang dengan begitu cepat. Kuusap wajahku yang sudah basah oleh air mata. Tapi Bumi sudah melihatnya.
"Hei, ada yang sakit?"
Bumi sudah berjongkok di depanku dan membuatku malu. Aku menunduk dan menggelengkan kepala."Enggak. Cuma... " Kuangkat wajahku dan kini menatap Bumi "Kangen sama Bapak."
Mendengar jawabanku, Bumi seperti mengerti, dia mengulurkan tangan untuk menggenggam jemariku.
"Apa kamu mau kita di sini? Maksudku tinggal di sini?"
Tentu saja aku terkejut dengan ucapan Bumi. Maksudnya dia mengajak tinggal di sini?"Di sini?"
Dia menganggukkan kepala dengan mantap "Setidaknya kamu di sini sudah terbiasa. Tidak merasa asing. Daripada di rumahku yang... Kamu belum kenal."
Aku menatapnya lekat dan memang tidak menemukan keraguan di matanya.
"Tapi rumah ini jelek Mas. Rumah Mas Bumi kan bagus dan... "
"Aku tidak peduli itu. Yang penting kamu nyaman dan senang."
Bersambung
Hemmm asal kau bahagia dong ya... Yuhuuu Mas Bumi aku padamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu Bumi Story
RomanceBumi tidak menyangka kalau bantuannya terhadap seseorang akan membawanya untuk bertanggung jawab menikahi seorang wanita yang tidak dikenalnya. Bahkan, dia harus menerima semuanya meskipun wanita itu tidak sesuai dengan kriteria nya. Bumi harus me...