02. (Itu dia)

95 74 8
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...~
________

#Votenya⭐ jangan lupa:)

Tiga hari berlalu dengan cepat, saat ini ditengah ruangan keluarga kediaman Husein kedua keluarga sedang berkumpul untuk membicarakan pertunaangan Faza dengan Azka lelaki yang akan dijodohkan dengannya sebentar lagi.

"Pak Husein kedatangan saya dan sekeluarga kemari ingin menghitbah anak bapak Faza Zakia kianar dengan anak kami Azka Athalla Muwafaq, benar kan nak?" Ujar Ayah Azka yang bernama Zaid Ibnu Muwafaq.

"Iya, om." Ujar Azka singkat, padat, dan jelas dengan sopan.

"Kalau begitu, Faza apa kamu setuju, nak?" Tanya Zaid  Ayah Azka.

Namun jawaban yang ditunggu tak kunjung keluar dari mulut gadis itu.

Saat ini Faza terlihat linglung, seakan pikiran dan jiwanya tidak ada ditempat yang sama. Diamnya Faza membuat dua keluarga merasa canggung, sampai Husein berdehem untuk menegur puterinya itu.

"Ehem!"

Mendengar itu Faza langsung tersadar dari lamunannya, dan mendongak menatap semua orang. Matanya berhenti pada seorang pemuda tampan yang berdiri. Diseberangnya, dialah lelaki yang nanti akan menikah dengannya.

Dari tadi, Faza memang tidak memperhatikan, tapi setelah melihat tampaknya tidak ada rasa gembira diwajah tampan orang yang akan menjadi calon suaminya itu, hanya datar tanpa ekspresi, namun ia berusaha untuk menunjukkan wajah sopan.

Mungkin sebagai formalitas?

Satu hal yang Faza  tahu, lelaki itu tidak senang dengan pernikahan ini sama sepertinya. Tiba-tiba sebuah pikiran terbesit dalam otaknya, namun segera menghilang.

"Faza." tegur Halima ibunya Fiza.

"Ah iya, maaf. Faza.... insyaallah setuju Abi." Ujar Faza.

"Alhamdulillah..." Kedua keluarga pun mengucapkan syukur bersamaan.

"Mulai sekarang, kamu panggil tante Aisyah umi ya, nak." Ujar Aisyah Ibunda Azka.

"Iya..... Umi." Panggil Fiza.

Saat kedua keluarga berbincang, Halima mengajak Faza menuju dapur untuk menyajikan minuman bagi para tamu. Di dapur, sudah ada Aiza yang sedang sibuk menata gelas minuman.

"Ai, kok kamu disini? Kenapa ngga keluar?" Tanya Faza.

"Mami yang suruh, soalnya pamali kalau saudari perempuan hadir pas prosesi khitbah saudari perempuan lainnya." Ujar Halima sinis.

Aiza pun tersenyum lembut. "Iya kak, aku juga pernah denger kok, katanya saudari perempuan dari perempuan yang dikhitbah ngga boleh hadir di prosesinya."

"Yaelah, ini tuh udah jaman moderen tahu. Masih aja percaya yang kaya gituan, Mami juga ih." Ujar Faza.

"Ini kan juga demi kebaikan kamu Faza sayang. Kalau sampai ada apa-apa sama hubungan  kamu nanti gimana? Cuma gara-gara Aiza hadir disana." Ujar Halima.

"Mami tuh kenapa sih, selalu aja begitu ke Aiza." Ujar Faza sewot.

Lagian belum tentu pernikahan ini akan terjadi juga!  Lanjut Faza dalam hati.

Mendengar itu, Halima hanya memalingkan wajahnya. Hubungan antara Aiza dan Halima bibinya memang tidak terlalu dekat, berbeda dengan pamannya yang sudah seperti pengganti Abinya dan Faza yang sudah seperti kakaknya sendiri. Sejak kejadian itu, Halima selalu memberi jarak degan Aiza. Namun meski begitu, Aiza bersyukur masih bisa tinggal disini.

Assalamualaikum Aiza HumairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang