Bismillahirrahmanirrahim
Budayakan baca bismilah sebelum membaca :)
____Jangan lupa vote ya ⭐
Lamunan Aiza terhenti saat pak penghulu memberikan instruksi untuk mencium tangan Azka. Ragu, Aiza meraih tangan Azka dengan gemetar yang membuat pemuda itu tanpa sadar tersenyum.
Namun saat bibirnya bersentuhan, Azka tiba-tiba langsung menarik tangannya yang membuat Aiza tertegun.
"Biasa aja kali!" Gumam Azka acuh.
Mendengar itu Aiza pun mendongak yang disambut dengan wajah dingin Azka yang datar dan tanpa ekspresi, tidak ada rasa senang sama sekali pada raut wajah pemuda tampan itu.
______Setiap prosesi sudah dilaksanakan dan kini sudah menunjukkan pukul 7 malam. Huft, capek sekali. Kini Aiza sudah ada di kamarnya membersihkan make up nya. Sedangkan Azka, suaminya itu sedang pergi ke masjid bersama Husein pamannya untuk melaksanakan shalat Isya.
Saat membersihkan make up-nya Aiza agak kesulitan karena jilbab putihnya jadi kotor kena make up. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 19:35 kemudian matanya beralih ke pintu kamarnya yang tertutup.
Nampaknya suaminya itu masih lama, jadi Aiza memutuskan untuk membuka hijabnya dan melanjutkan untuk menghapus make up nya.
"Ini kok ga ilang-ilang sih." Ujarnya cemberut.
Cklek!
Pintu terbuka. Refleks Aiza melihat ke arah pintu, matanya pun melebar.
Disana sudah ada Azka yang baru pulang dari masjid tengah berdiri diambang pintu, pemuda itu masih menggunakan pecinya, baju Koko putih dan sarung persis seperti saat ia berangkat tadi. Ditambah dengan sajadah yang tersampir di bahu kokohnya.
"Ya Allah... Subhanallah, ganteng banget suami aku. Eh, sadar Aiza! kamu kan lagi ngga pakai hijab. Aduh... Tapi pakai ngga ya? Kan udah sah?" Pikirnya.
Azka tetap diam mematung di ambang pintu dengan ekspresi yang.... Ehmm entahlah.
Sepertinya ia juga terkejut melihat Aiza yang tidak mengenakani hijab.Setelah mempertimbangkan, pada akhirnya Aiza memutuskan untuk memakai kembali hijabnya. Yah...meski agak terlambat.
"A-anu... Udah pulang kak?" Ujar Aiza tersenyum canggung.
Mendengar itu Azka menaikkan sebelah alisnya, kemudian berdehem.
"Ehem! Iya..." Jawabnya singkat.
Setelah itu ia melangkah masuk ke dalam kamar dan menaruh peci serta sajadah di atas nakas.
"Aduh Aiza! Kan udah tau orangnya ada disini, pake tanya udah pulang? Ahh...malu aku." Rutuk Aiza dalam hati.
"Mmm... Kak, Aiza mandi duluan yah." Ujar Aiza.
Lalu tanpa menunggu jawaban Azka, Aiza langsung berjalan kearah kamar mandi dengan tergesa-gesa. Tetapi kalimat yang diutarakan Azka saat ini membuat langkah gadis itu terhenti.
"Ga bakal dosa, udah muhrim juga." Ujar Azka.
Blush!
Mendengar hal itu Aiza langsung masuk kedalam kamar mandi saking malunya.
Brak!
Pintu kamar mandi tertutup.
Azka melihat pintu kamar mandi yang tertutup itu, seutas senyum terbit di bibirnya membuat wajahnya yang tampan semakin menawan, namun hanya seperkian detik karena segera menghilang seakan itu tidak pernah terjadi.
Pemuda itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan bernuansa putih biru tersebut. Kamar minimalis yang mungkin hanya setengah dari kamarnya sendiri itu hanya berisikan ranjang, almari, meja rias, sofa panjang satu, dan nakas, sesederhana itu.
Pandangan Azka jatuh ke meja rias. Tidak seperti gadis-gadis pada umumnya yang meja riasnya dipenuhi dengan make up, skincare atau berbagai macam kosmetik. Meja rias gadis itu hanya berisi beberapa skincare yang sepertinya sepaket dan bedak bayi.
Sebagian besar bagian lainnya berisikan buku termasuk dirak bawahnya juga berderet berbagai buku. Iseng, Azka melihat salah satu buku yang terlgeletak di atas nakas, sebuah novel berjudul Masya Allah Hubby karya Humaira A.
_____Keluar dari kamar mandi Aiza mendapati tidak ada seorangpun di dalam kamarnya, ternyata Azka sudah tidak ada disana. Mungkin dibawah? Pikir aiza.
Mengingat kejadian tadi, wajah gadis itu kembali memerah. Ia menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas sebelum keluar untuk menyiapkan makan malam.
Sesampainya dibawah saat melewati ruang keluarga, ia mendengar pamannya tengah berbincang-bincang bersama para kerabat dan tetangga yang masih tersisa dan ada Azka juga ternyata. Azka, pemuda itu tengah berbincang dan sesekali bahkan tersenyum.
Aiza yang melihat itu tanpa sadar menghentikan langkahnya.
"Subhanallah... senyumnya kak Azka manis sekali." Gumamnya. Andai ia tersenyum seperti itu juga padaku. Lanjutnya dalam hati.
"Aiza?"
"Ah, iya?"
Aiza terkejut mendengar panggilan itu, membuatnya tergagap. Gadis itu memandang orang yang memanggil namanya yang tak lain adalah pamannya. Husein tersenyum dan melambai pada Aiza tanda untuk mendekat.
"Ada apa paman?" Tanya Aiza.
"Eehh.... Ada pengantin baru nih."
"Kok baru muncul za."
"Harusnya barengan dong."
Ujar para tamu, Aiza hanya tersenyum sebagai tanggapan. Sedangkan Azka, senyumnya yang sebelumnya sudah hilang diganti dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Aiza, tolong buatin teh ya nak." Ujar Husein.
Aiza pun mengangguk kemudian ia memandang Azka, suaminya.
"Anu... Kakak mau minum apa?" Tanya Aiza.
"Kopi." Jawabnya singkat.
Aiza sekali lagi mengangguk sambil menghela napas dalam hatinya. Seharian ini suaminya itu memang tak banyak bicara padanya. Saat Aiza ingin berbalik, tiba-tiba Azka memanggilnya.
"Za! Kopinya jangan terlalu manis ya, saya ngga suka." Ujar Azka.
Memang singkat, tapi itu membuatnya senang.
"Iya kak." Jawab Aiza tersenyum manis.
Gadis itu mulai mencatat baik-baik dalam ingatannya bahwa Azka tidak suka kopi manis, kemudian Ia melangkah menuju dapur dengan senang hati.
-
-Hati-hati typo bertebaran.
Maklumin ya...author masih pemula hihi
Votenya Jan lupa ya bebs 😉
Love u ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Aiza Humaira
Romance[Jangan lupa tinggalkan jejak ygy ^^ Vote ⭐, Komen, & Follow Thankyou :) ] 📍HATI-HATI CHAPTER ACAK :')📍 Mencintaimu itu sebuah kebahagiaan sekaligus sakit terbesar bagiku. Takdir.... adalah sesuatu yang tidak bisa kita prediksi. Ada suatu saat ia...