Bismillahirrahmanirrahim~
Biasakan baca bismillah sebelum baca ya :)
______Jangan lupa votenya ok⭐
Flashback
Saat ini Umi Aisyah dan Aiza ada didapur, sebelumnya Umi Aisyah mengajak Aiza untuk membuat makan malam bersama, jadi disinilah mereka sekarang. Sembari memasak, Umi Aisyah bercerita mengenai Azka sewaktu kecil, kebiasaannya dan Apa yang Azka sukai dan tidak sukai.
Aiza mendengarkan sambil tersenyum, dan sesekali tertawa. Namun meski begitu, tangan Aiza tidak berhenti memasak. Aiza dengan terampil memasukkan bumbu-bumbu ke dalam masakan hingga tercium bau harum dari masakannya itu.
"Waahh... Aiza, harum sekali sayang. Pasti enak nih, kamu pinter banget masaknya." Ujar Umi Aisyah semangat.
Ucapan Aisyah seketika membuat pipi Aiza bersemu malu.
"Tidak sehebat itu kok Umi, Aiza mah tidak ada apa-apanya dibanding Umi." Ujar Aiza canggung.
Ia masih merasa agak asing terhadap pujian mengenai dirinya. Mengingat selama ini sangat jarang ada orang yang memujinya, mungkin bisa dihitung dengan jari?
Umi Aisyah melihat pipi Aiza yang memerah pun ikut tersenyum.
"Kamu nggak usah malu sayang, jika ada orang yang memujimu itu berarti orang itu tahu bahwa kamu layak untuk mendapatkan pujian itu." Aisyah mengusap pipi Aiza yang memerah.
Merekapun tertawa bersama, Bu Ijah yang melihat itu pun ikut tersenyum. Bersyukur ternyata nyonya mudanya adalah orang yang baik. Tidak seperti yang sebelumnya. Mengingat itu Bi Ijah segera menggelengkan kepalanya.
Tak beberapa lama, semua hidangan pun selesai. Umi Aisyah meminta Aiza untuk memanggil Zaid mertuanya dan suaminya Azka untuk makan malam bersama.
Setelah mencari-cari diruang tamu dan ruang tengah mereka sama sekali tidak terlihat, akhirnya Aiza mencari mereka dihaalaman rumah. Dan benar saja, tak jauh Aiza melihat Abi Zaid dan Azka yang sedang berbicara.
Gadis itu baru saja akan memanggil mereka saat sebuah kalimat pernyataan terdengar ditelinganya yang membuat langkah kakinya terhenti dan tubuhnya membeku. Hatinya bagaikan ditusuk beribu-ribu belati. Sakit sekali.
"Azka tidak mencintainya Abi. Tidak akan pernah!" Ujar Azka dengan tegas.
Zaid menggelengkan kepalanya mendengar jawaban puteranya itu.
"Kamu mungkin tidak mencintainya sekarang Azka. Tapi Abi yakin suatu saat kamu akan. Karena batu tidak akan bisa menjadi mutiara, dan kamu pasti akan menyadarinya."
Zaid menepuk bahu putranya sebelum beranjak.
"Aku tahu, suatu saat aku juga harus menghadapi kenyataan itu, aku tahu itu. Tapi meski telah menyiapkan diriku, hatiku masih sakit bila mendengar hal itu dari mulutmu sendiri, kak Azka."
Flashback end
Tok tok
Aiza mengetuk pintu kamar Azka, setelah mendapat sahutan dari si empu Aiza pun melangkah masuk.
Sungguh kamar yang sangat besar.
Itulah yang pertama dipikirkan Aiza ketika melihat ruangan bernuansa hitam putih di depannya yang sepertinya dua kali lipat lebih besar dari kamarnya. Ia memandang sekeliling sebelum jatuh pada seseorang yang sedang bersandar di sofa.
Disana, terlihat Azka yang sedang membaca sebuah buku diatas sofa dengan serius. Aiza terdiam memandang lelaki yang telah sah menjadi suaminya itu. Gapapa kan? Kan sudah halal.
Matanya yang tajam, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang pink alami, saat ini alis hitamnya sedikit mengerut karena fokus membaca buku. Subhanallah.... Nikmat mana yang engkau dusta kan.
Aiza tengah hanyut dalam pemandangan itu ketika suara Azka membangunkannya.
"Kenapa bengong!"
Lelaki itu kini telah menutup bukunya dan memandang datar kearahnya dari tempat ia duduk.
"Ah, itu... Koper Ai mana kak, Aiza cari kok nggak ada?" Tanya Aiza.
"Kamar seberang." Ujar Azka singkat dan kembali melanjutkan membaca buku.
"Kamar seberang? Kenapa? Emangnya kiita nggak tidur bareng?" Tanya Aiza polos.
Azka menatap tajam kearah Aiza.
A-apa aku melakukan kesalahan?
Aiza mengingat kembali ucapannya, tanpa sadar pipinya memerah.
"Ah! Bu-bukan gitu maksudnya kak. Ma-maksud Aiza, kita nggak satu kamar?" Ujar Aiza melambaikan tangannya gugup.
Azka yang melihat itu mengangka sebelah alisnya.
"Apa? Tinggal sekamar? Ngak!" Pemuda itu menjawab dengan tegas.
"Kenapa kak?"
"Kenapa? Karena saya tidak suka barang-barang saya disentuh oleh orang asing."
"Tapi kita kan suami istri." Ujar Aiza lirih.
"Kamu istri saya, tapi cuma dalam kertas. Kenyataannya kamu hanyalah orang asing buat saya." Azka menjawab acuh.
"Tapi-"
"CK! BERISIK BANGET SIH. DIBILANGIN KAMU TINGGAL DI KAMAR SEBELAH, TULI YA!" Teriak Azka.
Pemuda itu melemparkan bukunya dan melangkah menghampiri Aiza. Gadis itu masih tercengang saat Azka tiba-tiba menarik tangannya dengan kasar keluar kamar.
Sesampainya di luar kamar Azka segera melepaskan tangan Aiza seolah jijik. Azka menunjuk sebuah ruangan tak jauh dari tempat mereka berada.
"Disana. Itu kamar kamu. Dan disini...."
Pemuda itu mundur dua langkah ke dalam kamarnya. Tangannya menggambar sebuah garis tak terlihat disana sebelum berkata dengan dingin.
"Disini adalah wilayah saya. Dan kamu tidak boleh melewati batas ini. Camkan itu Aiza!"
Brak!
Suara pintu terbanting keras membuat gadis itu tersadar. Pandangannya terpaku pada pintu yang saat ini tengah tertutup. Untuk kesekian kalinya gadis itu menangis.
-
-
⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Aiza Humaira
Romance[Jangan lupa tinggalkan jejak ygy ^^ Vote ⭐, Komen, & Follow Thankyou :) ] 📍HATI-HATI CHAPTER ACAK :')📍 Mencintaimu itu sebuah kebahagiaan sekaligus sakit terbesar bagiku. Takdir.... adalah sesuatu yang tidak bisa kita prediksi. Ada suatu saat ia...