22. (Patah Hati)

18 5 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim~
Biasakan baca bismillah sebelum baca :)
Happy reading 🌻
________

Jangan lupa Votenya ya⭐⭐


Seorang pemuda dengan setelan jas hitam kantornya sedang mengotak atik leptop yang ada dihadapannya. Terlihat pemuda itu begitu fokus dengan leptop kesayangannya itu. Salah satu tangannya memegang dokumen yang entah apa isinya. Sepertinya ia sedang mengerjakan tugas yang sulit, dimana terlihat beberapa kali pria itu mengernyitkan dahi.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu, menandakan ada seseorang dari luar sana yang akan memasuki tempat pemuda itu bekerja.

"Ya, masuk." Ujar pria itu.

Perlahan pintu terbuka memperlihatkan seorang pria dengan pakaian hitam memasuki ruangan. Melihat pria yang masuk, pemuda itu menghentikan pekerjaannya.

"Bagaimana?" Tanya pemuda itu.

"Empat bulan yang lalu seseorang melihat nona viona dibandara dan setelah itu tidak ada petunjuk lagi. Tuan, bawahan tidak kompeten." Pria itu menunduk.

"Tidak berguna!" Bentak pemuda itu.

Ya pemuda itu adalah Azka Athalla Muwafaq. Berkali-kali ia mengutus seseorang untuk mencari keberadaan Viona kekasihnya namun selalu tak membuahkan hasil.

"Tuan, sangat sulit untuk melacak keberadaan gadis itu. Setiap kali kami menemukan petunjuk itu akan segera terhapus seakan ada tangan yang sengaja menghalangi kami."

".... Keluar." Titahnya.

Tak berani menunggu, pria itu segera membungkuk dan keluar dari ruangan.

"Sebuah tangan yang menghalangi, hm..."

Pemuda itu bergumam dan memainkan pulpen ditangannya, Pikirannya sudah melayang pada bayangan seseorang yang paling mungkin menghalanginya.

Tiba-tiba matanya tertuju pada benda yang melingkar ditangannya. Cincin pernikahan. Sebuah pernikahan yang sama sekali tidak ia harapkan saat pikirannya melayang.

----

"Aiza kamu suka yang mana sayang?"

Gadis berjilbab pasmina dusty pink itu menoleh menghadap wanita paruh baya yang tengah tersenyum kepadanya. Di kedua tanggan wanita paruh baya itu terlihat dua macam gamis yang berbeda, satu biru dan satu ungu.

Kening Aiza sedikit mengernyit menilai kedua gamis yang sama-sama cantik, sementara ia tidak tahu harus memilih yang mana.

"Dua duanya bagus umi." Ujar Aiza pada akhirnya.

Umi Aisyah tersenyum. " Yang umi maksud yang kamu suka sayang."

Aiza kembali memandang kedua gamis tersebut saat visinya tak sengaja melihat harga yang tergantung dari salah satu gamis yang seketika membuatnya melebarkan mata nyaris melotot. Aiza melirik gamis lainnya yang masih dipegang umi Aisyah. Sama. Hanya berbeda beberapa angka.

Diam-diam Aiza menelan ludah dan berkata dalam hatinya.

"Harga yang begitu tinggi! Melihat nominal itu saja membuatku ngeri. Terlebih itu hanya untuk satu baju?"

Mendadak Aiza merasa canggung, gadis itu menggaruk pelipisnya malu.

Daripada menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk satu gaun, Aiza lebih suka menggunakannya untuk hal lain yang lebih berguna.

"Ah..itu..umi, sebenarnya gamis Aiza masih banyak yang baru dan belum Aiza pake, jadi lain kali aja ya umi." Ujarnya lembut.

Gadis itu tersenyum dan siap untuk mengajak mertuanya itu pindah toko.

Assalamualaikum Aiza HumairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang