16. ( Flashback ).

78 22 1
                                    


Bismillahirrahmanirrahim~
Biasakan baca bismillah sebelum membaca :)
Happy reading ❤️
_______


Di sebuah taman terlihat seorang gadis kecil tengah menangis sendirian dibawah pohon besar disana. Gadis kecil itu menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya, Meringkuk. Tubuh kecil itu gemetar, sesekali terdengar suara sesegukan keluar dari mulut kecilnya. Saat itu menjelang senja di sore hari, namun tak terlihat seorangpun yang mencari atau sekedar menemani gadis itu.

"Umi....Abi....Ai nggak mau sendirian hiks hiks." Gumamnya pelan.

"Hiks hiks, Ai takut.... "

"Kenapa Umi sama Abi ninggalin Ai sendirian...."

"Siapa yang ninggalin kamu sendirian?"

Suara asing itu membuat gadis itu mendongak, didepannya telah berdiri seorang anak laki-laki yang entah siapa namanya saat ini sedang memandangnya.

"Kamu bilang, siapa yang ninggalin kamu sendirian?" Tanya anak laki-laki itu kembali.

"Umi sama Abi...hiks hiks."

Bocah itu menelengkan kepalanya. "Emang orang tua kamu dimana?"

"Umi sama Abi...mereka meninggal hiks, huwaaa..."

Melihat gadis kecil itu yang menangis lebih kencang membuat panik bocah laki-laki itu. Bingung harus melakukan apa, akhirnya anak laki-laki itu duduk disebelah si gadis kecil. Ia memandang bunga yang sedang mekar tak jauh darinya kemudian memetiknya lalu menyelipkannya di tali kerudung gadis kecil itu. Si gadis kecil terkejut dan menghentikan tangisnya.

"Kamu nggak sendirian." Anak laki-laki itu berujar.

Gadis kecil itu berkedip membuat setetes air mata jatuh darinya. Bocah itu menatap iris coklat terang gadis kecil itu yang masih sentiasa mengeluarkan bulir bening. Alisnya mengerut tidak suka saat ia mencari sesuatu dalam sakunya.

"Nih, sapu tangan. Lap sendiri air mata kamu karena aku nggak bisa ngelapin."

"Kenapa?"

"Karena kita bukan mahram."

"Kenapa?"

"Karena kamu bukan saudara aku, juga belum jadi istri aku."

"Belum?"

"Iya belum. Eh, kenapa jadi ngomongin ini sih." Anak laki-laki itu menggaruk kepalanya.

"Jadi pokoknya, kamu nggak boleh merasa sendirian lagi. Kamu harus ingat kalau kamu masih punya Allah yang akan selalu menemani kamu, ngerti?" Ujar anak laki-laki itu.

"Iyaaa...."

"Apanya yang iya?"

"Ai masih punya Allah yang akan selalu menemani Ai."

"Iya, pinter," tangan anak laki-laki itu terangkat ingin menepuk kepala gadis kecil itu. Hanya kurang satu cm lagi, tiba-tiba gadis kecil itu menghindar.

"Kita bukan mahram." Ujarnya.

Anak laki-laki itu pun menarik tangannya kembali dan tersenyum malu. Padahal baru saja ia mengatakannya, tapi sekarang malah dirinya sendiri yang dinasehati. Dengan ucapannya sendiri pula. Bocah itu memandang gadis kecil itu yang kini tengah tersenyum. Ia tertegun.

"Kakak namanya siapa?" Tanya si gadis kecil.

"Ah... Ingat ini, namaku Azka Athalla Muwafaq."

Gadis kecil itu mengangguk dengan serius.

Di kejauhan, terdengar suara seseorang memanggil nama si gadis kecil. Anak laki-laki itu pun menemani si gadis kecil mencari asal suara. Di seberang sana, terlihat pria paruh baya tengah merentangkan kedua tangan padanya yang tak lain adalah pamannya.

Assalamualaikum Aiza HumairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang