19. ( Reyhan coming )

25 5 0
                                    


Bismillahirrahmanirrahim~
Biasakan baca bismillah sebelum baca :)
Happy reading 🌻
______

Janga lupa vote⭐⭐⭐

"Kepercayaan itu begitu rapuh. Jadi jangan sampai hal itu hancur hanya karena satu kebohongan."

"Aizaaaa!!!"

Suara koar-koar bagai geledeg di siang bolong yang melengking dengan indahnya itu membuat Aiza yang tengah memarkinkan motornya meringis.

Tanpa melihat pun ia sudah bisa menebak siapa. Perlahan, gadis itu berbalik dan tersenyum saat melihat sosok gadis yang saat ini tengah berdiri dihadapannya.

"Sabiya-"

Aiza baru akan menyapanya ketika gadis didepannya itu tiba-tiba menubruk tubuhnya yang membuat Aiza terhuyung mundur dan hampir oleng karena tidak siap.

"Huwaaa Aizaaa... Aku kangen bangettt huhuhu." Ujar Sabiya dramatis.

"Uhuk. Biya, lepasin dulu aku sesak nih."

Sadar, akhirnya Sabiya melepaskan pelukannya. Gadis itu mengusap ujung matanya yang tidak berair sambil memasang wajah paling sedih.

"Kamu ngusap apa Biya?" Tanya Aiza.

"Apa? Tentu saja air mata dong. Kamu lihat, air mata aku sampai jatuh saking kangennya aku sama kamu, jadi kamu harus tanggung jawab. Traktir makan, sepakat!" Ujar Sabiya tanpa berkedip.

"Hah? Apaan? Mana ada air mata, yang kamu usap tuh cuma angin Biya."

"Ish Ai, nggak asik. Merusak suasana aja deh." Ujar Sabiya manyun.

"Bilang aja mau makan gratis." Aiza cemberut.

"Hehe ketahuan ya." Sabiya nyengir.

Ujung mulut Aiza sedikit berkedut melihat tingkah sahabatnya ini. Bagaimana tidak, ia baru masuk dan sudah diminta traktir. Aiza tanpa daya melirik Sabiya yang saat ini nyengir tak berdosa. Sahatnya itu benar-benar.

"Eh, Ai. Kamu dari mana aja sih, cutinya kok lama banget. Perasaan nikahannya kak Faza kan udah lebih dari seminggu?"

Aiza membeku. Haruskah ia jujur sekarang? Tapi bagaimana caranya ia harus bilang. Bicara tentang Faza yang menghilang dan ia yang harus menggantikannya? Jujur saja Aiza belum siap.

Tapi, sampai kapan ia harus menyembunyikan? Terlebih Aiza tidak ingin berbohong pada Sabiya.

Beberapa saat hening sampai Sabiya menepuk pundaknya menyadarkan gadis itu.

"Ai, Kok diem?" Tanya Sabiya.

Menghembuskan nafas, Aiza memutuskan untuk jujur pada Sabiya.

"Hm, itu..."

"Zara?"

Suara seseorang menginterupsi mereka, membuat keduanya menoleh. Seorang pemuda tinggi dengan tas yang tersampir disebelah pundaknya tersenyum cerah dan melambai pada mereka.

Beberapa gadis menoleh saat melihat pemuda itu, pipi mereka agak bersemu. Beberapa berbisik, dan beberapa secara langsung menyapa pemuda itu yang di balas anggukan dan senyum tipis.

Reyhan Ghifari Abigail adalah nama pemuda yang kini tengah berjalan menuju Aiza dan Sabiya. Sampai didepan Aiza, pemuda itu berhenti. Sabiya melongo hingga mulutnya membentuk huruf 0.

Aiza menatap pemuda yang kini berdiri didepannya dengan tak percaya. Beberapa tahun berlalu dan kini pemuda didepannya tengah tumbuh begitu tinggi hingga membuatnya mendongak untuk sekedar melihatnya. Bahu lebar dan tegap serta wajah tampan itu membuatnya seperti lebah diantara kaum hawa.

Assalamualaikum Aiza HumairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang