BAGIAN 6. SEBUAH SALAH PAHAM

5.9K 682 19
                                    

~ Happy Reading ~

Pagi ini cuaca tak terlalu cerah. Rintikan hujan sisa malam ternyata masih berlanjut, namun kali ini hanya sebuah awan hitam dengan gerimis saja yang turun.

Dengan berbekal sebuah payung, Jundi berlari di pinggir jalanan untuk sampai ke sekolah. Mungkin kali ini ia harus terlambat karena pagi tadi lelaki itu terbangun tak seperti biasanya, dan anehnya mengapa tak ada satupun orang rumah yang membangunkannya (?)

Waktu hampir menunjukkan pukul setengah delapan. Semoga saja ia tak terlambat kali ini. Bahkan tali sepatunya masih belum sempurna ia ikat, Jundi tak terlalu mempedulikan nya yang terpenting ia datang ke sekolah tak terlambat, itu saja.

Sejak ia bangun tadi keadaan rumah sudah sepi, entah kemana keluarganya pergi.

Napas pemuda itu sedikit tersengal karena ia berlari cukup kencang membuat detakkan jantung semakin mendebar. Memilih berhenti untuk menetralkan napasnya, Jundi kini telah sampai didepan rumah Nadil temannya.

Pintu di sama terlihat masih tertutup, kemungkinan temannya tersebut telah berangkat ke sekolah lebih dahulu.

Karena tak ingin membuang waktu, Jundi langsung kembali berlari menuju ke gerbang sekolahan. Tak terlihat seorang penjaga di sana karena kemungkinan kali ini satpam tengah berteduh di suatu tempat untuk menjaga seragamnya tetap kering.

Beruntungnya sekarang gerbang terbuka setengah memudahkan Jundi untuk segera masuk kedalam.

Setelah sampai di Koridor, pemuda itu menutup sebuah payung yang ia pakai untuk melindungi diri dari rintikan air hujan. Di depan kelas XI IPS Jundi bertemu dengan Hanif yang sepertinya baru saja pergi dari toilet.

Mereka berdua saling menatap, namun sebuah tatapan ameh kini Hanif berikan. Tak biasanya temannya ini terlihat tegang seperti ini.

"Mata lo kaya panda kebun binatang?! Gue ramal kalo lo semalem gak bisa tidur karena belajar, Yekan?! "

"Oh iya, tampilan lo juga dikit berantakan. Gak kaya biasanya?"

Jundi hanya mengendikan bahu saja saat Hanif bertanya. Tadi pagi memang ia tak sempat merapihkan baju-bajunya yang terlihat kusut. Lelaki itu terlalu cemas tentang keterlambatan datang kesekolah.

Tak ingin membuang waktu, Jundi terlebih dahulu masuk ke dalam kelasnya. Untung saja belum ada seorang guru yang datang masuk ke dalam kelas membuat Jundi menghela napas lega.

Benar apa yang ia kira, ternyata Nadil sudah terlebih dahulu pergi ke sekolahan. Terlihat lelaki itu yang tengah menggeletakkan kepalanya ke atas meja sambil mendengarkan sebuah musik dari ponselnya melalui earphones yang terpasang.

Mereka berdua duduk sebangku tak terlalu jauh di belakang. Mungkin bisa dibilang kursi nomor dua dari belakang.

Di tepuknya pelan pundak sang sahabat bertujuan untuk membangunkan lelaki itu.

"Dil? "

Seorang yang merasa namanya dipanggil tersebut kemudian segera mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah Jundi yang baru saja memanggil dirinya. Jundi meletakkan payung yang ia bawa ke bawah meja.

"Hm? " Dengan rasa malas, lelaki itu menjawab ucapan Jundi. Bukan apa, ia hanya tengah sedikit mengantuk karena semalaman dirinya begadang menonton acara bola bersama sang ayah.

About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang