~ Happy Reading ~
Didalam ruangan UKS sekolahan, beberapa siswa yang tengah berjaga disini sedang menangani keadaan Jundi didalam bersama para temannya. Nadil sedikit terkejut saat menyadari pergerakan dada temannya yang sedikit melambat ketika sedang ia turunkan ke atas bankar.
Memang dari pagi tadi Jundi sama sekali tak beraktivitas lebih. Pemuda itu tak banyak bicara seperti beberapa Minggu yang lalu.
Jundi sudah sadarkan diri sejak beberapa saat yang lalu, tapi keadaannya masih diperiksa oleh para siswa yang menjaga ruangan UKS ini.
UKS memang tak terlalu lengkap peralatannya daripada rumah sakit. Dan oleh sebab itu tadi para tim penjaga memberitahu mereka jika temannya yang ini harus diperiksa disana.
Namun Jundi adalah Jundi, pemuda itu akan menolak jika sudah berkaitan dengan yang namanya rumah sakit. Cukup ayah saja yang ia repotkan, temannya jangan. Bukan apa, ia hanya tak ingin menghabiskan uang. Alasan yang selalu saja dikeluarkan dari mulutnya.
Walaupun napasnya terasa sedikit terhambat, itu semua sama sekali bukan masalah baginya. Jika dirinya harus diperiksa lebih lanjut kerumah sakit, yang ada hanya akan membebani orang sekitar.
"Gimana, masih ada yang sakit?"
Mendengar ucapan dari kakak kelasnya membuat kepala pemuda itu menggeleng. Ia tak ingin menambah nambahi masalah agar tak menjadi lebih lebar.
"Beneran Jun? Pusingnya masih ada kan?"
Kembali sebuah gelengan ia berikan ketika Nadil menanyai keadaanya. Hanya saja kini yang sakit adalah bagian dada kirinya. Entah apa yang tengah terjadi didalam sana. Setiap detik ketika berdenyut, rasanya selalu nyeri.
Karena Jundi yang tidak membawa obat pil, pemuda itu diberikan obat pusing dari UKS ini. Ketika sadar tadi, ia sempat linglung dengan keadaan sekitar hingga membuat Nadil dan temannya yang lain menjadi bingung. Untungnya hal itu tak terjadi lama sehingga keadaan kembali seperti semula.
Dilihatnya jam didinding menunjukkan pukul setengah dua siang. Masih tersisa dua jam lagi ia akan pulang.
"Gue mau balik ke kelas. Makasih ya"
Walaupun masih sedikit terasa sakit, pemuda itu tak peduli akan hal tersebut. Ia berjalan pelan menuju kedalam kelasnya. Disana ternyata sudah terdapat seorang guru yang tengah mengumumkan sesuatu yang ia sendiri tak tahu apa itu.Jundi masuk disertai salam sopannya. Dibelakang pemuda itu juga terdapat Nadil yang mengikuti dirinya hingga masuk kedalam kelas. Sebenarnya Nadil sudah tahu jika ada guru disini, namun karena ia juga mementingkan keadaan temannya membuat pemuda itu juga harus berada di dalam ruang UKS. Temannya pingsan cukup lama, hingga membuatnya tadi sedikit khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Jadi besok kalian sudah harus siap. Jam setengah tujuh sudah harus ada di dalam kelas sambil membawa peralatan kalian masing-masing." Ucap seorang guru lelaki yang tengah memberi tahu.
Sebagian disana juga terdapat anak Pramuka yang juga akan ikut melaksanakan kegiatan tahunan ini.
Dilihatnya teman yang berada disebelah bangkunya, Nadil kemudian menepuk pelan bahu Jundi.
"Lo yakin gak ikut?"
Jundi menggeleng. Jujur bukan hanya tentang keadaan ekonominya yang tidak mendukung. Melainkan ia juga ingat jika saat ini kondisinya bisa terbilang jauh dari kata baik. Dan jika pemuda itu ikut yang ada nantinya malah membuat suasana semakin tegang ketika sakitnya kambuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Jundi || Renjun [END]✔
Dla nastolatków"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas ku ini robek dikit. Kalo dibiarin nanti putus. Beliin baru boleh? " -Jundi "Jun... Ekonomi kita agak...