~ Happy Reading ~
Suara bel sekolah yang telah di nanti-nanti kini mulai terdengar. Para siswa-siswi berhambur keluar dari kelasnya masing-masing. Sengaja para murid di pulangkan lebih cepat karena guru-guru masih mengadakan rapat tentang acara tahunan yang akan datang.
Jundi berjalan di koridor sekolah bersama dengan Nadil. Beberapa kali pemuda itu hampir mengenai siswa yang lewat karena rasa pusing yang lagi-lagi datang dengan sendirinya.
Liam dan para temannya yang lain sudah berada di gerbang sekolah. Pandangan mereka kemudian bertemu disana. Seperti biasa Liam akan membonceng Hanif sedangkan Candra akan pulang menggunakan taxi.
"Jun, Na. Gue duluan ya!"
Setelah menyalakan motornya, lelaki itu langsung menggas dengan cara yang cukup kencang hingga membuat Hanif yang berada dibelakang saja hampir terjatuh. Lelaki itu memukul punggung Liam agar ia berhati-hati saat tengah mengendarai sepeda motornya.
Nadil hanya mengangguk tanda menyetujui. Sedangkan Jundi hanya tersenyum kearah keduanya.
Lingkungan sekolah masih terlihat ramai. Ah iya, Jundi ingat jika ia harus segera mencari pekerjaan untuk sampingannya. Pemuda itu kemudian berjalan mendahului Nadil.
"Gue duluan ya Na! Ada urusan."
Dari gaya bicara dan berjalan nya saja, Nadil bisa menyimpulkan jika temannya ini pasti tengah berbohong.
Jundi sedikit berjalan cepat agar bisa menghindari temannya. Pemuda itu tak berniat untuk pulang terlebih dahulu kerumah. Ia yakin jika sore ini pasti memiliki waktu untuk mencari pekerjaannya.
Entah bagaimana keadaan Nadil di belakang. Jundi sudah tak peduli. Pemuda itu langsung pergi mendahului temannya sebelum sebuah omelan keluar dari sana. Karena situasi yang tengah ramai sore ini membuat Jundi sedikit kesusahan untuk melihat pandangan.
Banyak sekali motor dan mobil milik siswa-siswi yang berkeliaran dari depan gerbang.
Pemuda itu mengambil jalan kecil agar ia bisa menghindari para kendaraan yang akan menyalipnya. Di jalan ini hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan juga pesepeda biasa.
Gang sempit ini adalah jalan yang berlawanan dari arahnya pulang. Tentu saja Jundi tak pernah melewati jalanan seperti ini, tapi ia yakin jika jalan-jalan sempit ini sama sekali tak berbahaya.
Jalanan ini justru lebih nyaman udaranya dibanding dengan pinggir jalan raya yang dimana terdapat banyak sekali asap kendaraan yang melintas.
Hanya terdapat beberapa orang saja yang melintas disini. Jundi sama sekali tak mengenal pasti nama mereka.
Setelah berhasil melewati jalanan sempit. Kini pemuda itu telah sampai kembali di sebuah trotoar jalan raya. Banyak para orang-orang yang tengah menjalankan tugasnya.
Indra penglihatan nya tak sengaja menangkap sebuah montir yang berada di sebrang jalanan. Sepertinya disana ia bisa menyalonkan diri bekerja disana. Tentang ditolak atau tidak Jundi akan memikirkan hal itu nantinya.
Setelah memastikan bahwa tak ada kendaraan yang akan lewat. Ia langsung segera menyebrang di sebuah zebra cross yang terdapat disana. Pemuda itu menghembuskan napas lega setelah berhasil menyebrangi jalanan yang berukuran lebar tersebut.
Di tempat montir ini terdapat satu orang lelaki yang berusia sekitar ayahnya tengah mencuci beberapa motor. Jundi semakin yakin jika orang tersebut memang tengah membutuhkan seseorang yang membantunya bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Jundi || Renjun [END]✔
Teen Fiction"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas ku ini robek dikit. Kalo dibiarin nanti putus. Beliin baru boleh? " -Jundi "Jun... Ekonomi kita agak...