Double up 💚
~ Happy Reading ~
Malam ini rasanya kedua kaki Jundi seperti ingin lepas saja. Padahal tak ada sama sekali kendala sedari pagi tadi yang membuat kedua kakinya merasa kelelahan. Jika di deskripsi kan rasanya seperti pegal-pegal.
Lelaki itu mengoleskan sebuah obat agar rasa sakitnya segera mereda, semoga saja.
Bahkan sore tadi juga dirinya tak ingat apa yang tengah terjadi dan apa saja kegiatan yang ia lakukan. Entahlah, padahal lelaki itu sama sekali tak pernah mengonsumsi macam minuman keras yang mampu menghilangkan kesadaran. Bukan kali ini saja ia merasakan hal yang sama.
Jika dipikir-pikir kemungkinan sudah dua kali semenjak ia demam kemarin.
Setiap malam, di pikirannya hanya ada suara marah kedua orang tuanya yang bahkan itu sudah lama sekali terjadi. Dari saat dirinya tak sengaja menumpahkan susu sang adik saat masih menginjak umur 7 tahun, merusak sebuah vas bunga dan juga akuarium yang sama sekali bahkan bukan sepenuhnya kesalahan dirinya.
Jika diingat kejadian sekitar tujuh tahun lalu, Jundi tengah berdua di dalam rumah. Tak ada mama ataupun papa di dalam, dan waktu itu sang adik merengek meminta jajanan. Karena memang paksaan dari Jeevan sama sekali tak bisa ditolak Jundi.
Lelaki itu mencoba untuk berlari ke sebuah toko yang berjarak tiga rumah besar di pinggir jalan raya. Karena tak ingin membuat hal-hal fatal nantinya, Jundi terpaksa meninggalkan sang adik di rumah ini sendirian.
Bahkan menyebrang jalanan saja membutuhkan waktu sekitar 10 menit karena memang saat itu banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang.
Kedua tangannya memegang sebuah kantong plastik yang berisi jajanan berupa es dan snack, sengaja ayah meninggalkan beberapa uang untuk berjaga-jaga. Dan saat itu juga Jundi pastinya telah paham berapa mata uang yang diberikan ayahnya.
Saat Jundi sudah kembali ke dalam rumah, sama sekali tak ada suara teriakan dan juga sosok adiknya yang terlihat. Tentunya saat itu juga ia panik bukan main.
Dicarinya sang adik di belakang rumah, dalam kamar, toilet, dapur dan juga taman. Namun hal itu sama sekali tak membuahkan hasil.
Jundi dibuat panik ketika seorang tetangga memanggil namanya. Tepat di sebelah rumahnya terdapat seorang tetangga yang bernama pak Iwan, lelaki itu menggendong tubuh sang adik yang sudah basah kuyup entah karena apa.
"Adek kamu jatoh tadi di kolam berenang depan rumah bapak. Lebih baik kita cepet bawa dia kerumah sakit sebelum terjadi sesuatu hal yang sama sekali gak diinginkan!! "
Jundi kecil masih tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh pak Iwan tetangganya ini. Namun anak itu habis dibuat panik karena pak Iwan yang terlihat seperti orang kesetanan sekarang.
Mama dan ayah belum pulang juga saat itu.
Anak itu membututi tubuh pak Iwan yang berada di depannya, mereka berdua segera memasuki mobil pribadi milik pria paru baya itu. Di sana juga terdapat putera dari pak Iwan yang sudah berumur sekitar 20 an.
Jeevan sama sekali tak bangun, dan itu tentunya membuat Jundi ikut panik bukan main.
Dan saat kedua orang tuanya tahu, mama langsung memukul Jundi tanpa belas kasihan sama sekali. Begitupun ayah yang tak henti-hentinya membentak putra sulungnya karena tak becus menjaga adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Jundi || Renjun [END]✔
Teen Fiction"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas ku ini robek dikit. Kalo dibiarin nanti putus. Beliin baru boleh? " -Jundi "Jun... Ekonomi kita agak...