~ Happy Reading ~
Malam hari ini para bintang bersinar terang di angkasa. Lampu-lampu jalanan pun sudah menyala menerangi sisi gelap kota. Seorang pemuda dengan Hoodie yang ia gunakan kini tengah turun dari sebuah taxi yang baru saja ia naiki.
Mungkin sudah bisa terhitung jari, berapa kali pemuda itu menaiki taxi. Biasanya ia akan menggunakan kendaraan umum ini saat jarak dengan tujuannya jauh.
Hanya membutuhkan waktu sekitar dua belas menit ia sampai di depan bangunan mewah yang bertuliskan rumah sakit. Dari lokasi yang ayah kirim, tempat inilah tujuannya.
Langkah kakinya berjalan masuk kedalam, langkahnya bisa terbilang cukup cepat. Ia menanyai ke seorang suster untuk mengetahui dimana tempat ruangan sang adik di gunakan. Setelah mendapat tempat yang diberitahukan, ia langsung kembali melanjutkan jalannya pergi ke sebuah pintu yang berjarak tak terlalu jauh dari tempat ini.
Didalam sudah terlihat mama yang tengah menyuapi Jeevan dengan penuh kasih sayang tentunya, tak ada keberadaan ayah disini. Entah dimana pria itu berada.
Pandangan mereka bertemu, Jundi melemparkan senyuman hangatnya kearah mama dan Jeevan. Pemuda itu kemudian mengambil duduk di kursi yang berada dekat dengan mereka.
Perasaan Jundi semakin tak enak, semoga saja mama sudah tak marah dengan perkataan nya waktu itu. Helaan napas keluarga dari mulut Jundi.
"Ma, maaf tadi bilang yang enggak-enggak"
Mama hanya mengangguk sambil memamerkan senyuman hangatnya ke arah sang sulung. Perasaan lega kini Jundi rasakan saat ini, pemuda itu kemudian bertemu pandang dengan sang adik. Tak terlalu lama karena setelahnya Jeevan kembali membuang pandangannya ke arah kanan yang dimana terdapat mama tengah menyuapi nya.
Hening beberapa saat, hanya ada suara sendok dsn piring yang saling berpaduan. Tak ada yang membuka suaranya, sehingga Jundi lebih memilih untuk mengeluarkan suaranya sekarang.
"Adek kenapa bisa masuk rumah sakit, ma? "
"Tadi dia pingsan di sekolahnya, terus kata guru suruh bawa aja kesini. "
Jundi berpikir sejenak, tak mungkin kan jika hanya pingsan biasa Jeevan harus sampai di bawa kerumah sakit. Mungkin ada hal-hal lain yang terjadi dengan adiknya.
"Kamu udah makan, kak?"
Mendengar ucapan dari mama membuat pandangan pemuda itu langsung teralih kesana. "Udah tadi dirumah,"
Tak ada jawaban dari mama, wanita itu sibuk menyuapi makanan kedalam mulut adiknya. Dan diwaktu yang bersamaan suara decitan pintu dibuka kini terdengar, terlihat tubuh besar ayah yang berada di ambang pintu tersebut.
Tatapan mereka bertemu satu sama lain. Jundi tak bergeming, ia hanya diam saja saat ini.
"Kamu ikut sama ayah ya, kak? "
Ucapan mama mampu membuat pemuda itu kembali menoleh. Ah iya dirinya baru ingat saat di telfon tadi sore.Jam didinding masih menunjukkan pukul tujuh malam. Dan dimana ayahnya akan pergi membawanya? Lelaki itu menatap sebentar ke arah sang adik, tak ada balasan pandang dari sana.
"Kemana, yah?"
"Periksa"
Setelah mendengarkan jawaban dari ayah, pemuda itu mengangguk. Ia lantas beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekat ke arah ayah. Lelaki itu melirik sebentar ke arah sang adik yang melihatnya dengan wajah tak suka. Entahlah, mungkin hanya firasat Jundi saja.
Pemuda itu berjalan di koridor rumah sakit tepat dibelakang ayahnya. Mungkin pemeriksaanya kali ini bukan di rumah sakit tempat ini. Tak ingin mengambil pusing, pemuda itu lebih memutuskan untuk mengikuti ucapan yang ayah berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Jundi || Renjun [END]✔
Ficção Adolescente"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas ku ini robek dikit. Kalo dibiarin nanti putus. Beliin baru boleh? " -Jundi "Jun... Ekonomi kita agak...