Bunyi bel pulang yang sangat dinanti-nanti para murid kini mulai terdengar. Masing-masing dari mereka langsung berhamburan keluar dari dalam kelasnya masing-masing dan pergi menuju ke gerbang utama.Dengan langkah gontai, Jundi berjalan mendahului Nadil yang berada tak jauh dibelakangnya. Pemuda itu harus segera sampai di tempat kerjanya untuk bisa mendapatkan uang yang akan berguna untuk dirinya.
Seakan menulikan pendengarannya, Jundi terus berjalan bahkan saat Nadil memanggil namanya tiga kali. Tak ada jawaban dari sang teman membuat pemuda yang berada di belakang tersebut langsung menghela napas.
Nadil berjalan sedikit cepat agar bisa sampai di samping Jundi. Apakah ia harus menanyai keadaan temannya saat ini juga? Bahkan rasanya seperti sedikit ragu.
Bukan hanya Nadil saja yang heran, melainkan Hanif dan Liam yang berada di sana pun merasa ada yang tidak beres. Tidak ada senyuman yang ia lihat hari ini diwajah sahabat nya. Seakan memang masalah yang tengah dihadapi sangatlah besar.
Liam memilih untuk menstandart kan motornya. Lelaki itu kemudian berjalan cepat untuk menemui Jundi. Niatnya ingin berbicara mengapa temannya saat ini sangat berbeda dari beberapa hari yang lalu. Jika tidak ingin bercerita maka Liam juga tak akan memaksa temannya untuk berbicara.
Puk
Ditepuknya bahu Jundi dari belakang. Pemuda itu menoleh saat menyadari Liam lah yang baru saja menyentuh pundaknya. Tak ada ekspresi dari wajah Jundi, hanya raut wajah datar saja yang ia berikan.
Melihat hal tersebut membuat Liam terdiam beberapa saat. Memang tidak seperti biasanya Jundi menjadi seperti ini. Saat hendak pulang kerumah biasanya temannya ini selalu tersenyum hangat kearahnya dan Hanif.
"Jun? Lo hari ini kenapa?"
Jundi terdiam. Pemuda itu paham apa tujuan Liam bertanya hal seperti ini. Namun pemuda itu hanya membalas dengan sebuah gelengan saja, tak ada suara atau pergerakan lain yang ia perlihatkan.
Nadil yang berada dekat dengan mereka hanya diam ditempat menyaksikan interaksi antara keduanya. Biarlah Liam dahulu yang berbicara dengan Jundi saat ini.
Terlihat aneh tentu saja.
"Gue harus cepet pulang. Duluan ya!!"
Setelahnya ia langsung berjalan cepat menuju ke arah gerbang yang dimana masih banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang. Sedikit demi sedikit pasti bisa ia lewati hal-hal seperti ini. Jika sudah terbiasa maka tak akan ada lagi rasa penasaran di hati mereka.Sedangkan ditempatnya, Hanif, Liam dan Nadil hanya diam. Masing-masing mereka mencerna apa yang baru saja terjadi. Mana mungkin orang periang sepertinya akan menjadi seperti ini.
"Lo mikir gak kalau dia itu coba menghindar?"
Pandangan mereka tertuju pada Liam yang baru saja berucap. Ah iya mengapa Nadil tak menyadari sedari tadi jika temannya itu memang tengah menghindar dari mereka.
Apakah masalah yang menimpa Jundi ada sangkut pautnya dengan semua temannya? Jika memang ada mengapa Jundi tak ingin berbicara dengan mereka untuk sama-sama menyelesaikan semuanya(?)
Langkah Jundi sudah jauh didepan nya. Pemuda itu berjalan cukup cepat hingga membuat Hanif yang sedari tadi mengamati langsung kehilangan jejak karena para murid lain yang juga tengah berlalu-lalang.
"Ini mungkin terarah sama privasinya dia, kita jangan maksa buat cerita dulu. Yakin sama gue kalau udah waktunya pasti dia bakal ngasih tau."
---
Cucian motor hari ini bisa terbilang lebih banyak dari kemarin. Montir pak Karjo mungkin sudah menjadi langganan bagi mereka yang sering sekali mencuci kendaraan transportasi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Jundi || Renjun [END]✔
Fiksi Remaja"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas ku ini robek dikit. Kalo dibiarin nanti putus. Beliin baru boleh? " -Jundi "Jun... Ekonomi kita agak...