BAGIAN 15. DONOR DARAH

5.2K 543 13
                                    

~ Happy Reading ~


Nadil berlari di sepanjang koridor rumah sakit. Lelaki itu tak sanggup hanya untuk melirik ke arah bawah dimana sang sahabat tengah dalam kondisi yang sangat tak berdaya. Suara roda dari bankar yang ia dorong kini terdengar menggema.

Banyak sekali darah yang keluar dari kepala temannya. Bahkan ia juga hampir saja menangis karena melihat banyak sekali cairan merah di hoodie yang tengah dikenakan Jundi.

Tak peduli dengan tangannya yang terkena percikan darah, lelaki itu terus menggenggam tangan temannya yang sudah melemas.

Di belakang mereka juga terdapat tiga orang yang sangat familiar. Mereka juga tengah berlari karena saking khawatirnya dengan kondisi sangat sulung saat ini.

Sumpah demi apapun, tubuh Ilham langsung melemas kala melihat tubuh sang anak lah yang baru saja ia tabrak tadi.

Jeevan yang juga tengah khawatir kini pun berlarian menyusul Nadil yang berada tak jauh didepannya. Rasanya jantung pemuda itu hampir saja lepas saat melihat keadaan sang kakak yang sudah bisa dibilang kritis. Bahkan darahnya kini masih mengucur sehingga terdapat beberapa tetes cairan merah tersebut di atas lantai.

Mama yang juga menyaksikan hal tersebut didepan mata kepalanya sendiri pun langsung merasa lemas.

Jundi dibawa ke rumah sakit oleh Ilham. Tak peduli dengan para polisi yang mungkin kini masih berada di lokasi. Pria itu langsung membawa tubuh Jundi masuk kedalam mobil untuk ia bawa kerumah sakit.

Disini, Nadil lah yang terlihat sangat ketakutan. Banyak sekali darah yang keluar dari kepala dan juga hidung sang sahaba, dan itu membuat nya menjadi tak berani hanya untuk sekedar menatap manik mata temannya.

Saat berada di luar ruangan ICU, tubuhnya dicegah masuk oleh para perawat yang tadi membantu mendorong bankar Jundi. Nadil hanya bisa pasrah saja jika disuruh menunggu di luar ruangan seperti ini.

Lelaki itu sedikit mengintip ke kaca buram yang berada di tengah-tengah pintu. Lalu kemudian mendarat kan tubuhnya di kursi yang terdapat disana.

Napas Jeevan terengah-engah saat sampai di depan ruangan ICU. Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah Nadil yang kini sudah terduduk pasrah di kursi.

"Oh na!! Gue mau beli minum disana, lo nunggu gapapa kan?"

"Enggak Jun... Harusnya tadi lo gue anter!! " gumamnya.

Tubuh sang ayah terpaku saat sudah berada ditempat. Pria itu mencoba untuk menenangkan sang istri yang terlihat sangat khawatir.

Ilham menyumpah serapahi dirinya, seharusnya ia tadi lebih memperhatikan jalanan depan yang ingin ia tuju. Pria itu meraup wajahnya prustasi.

Disini Jeevan tak kalah khawatir nya. Pemuda yang memiliki fobia terhadap darah kini harus melihatnya secara langsung di depan mata, tepat di tubuh sang kakak.

Hal pertama kalinya pemuda itu berani melihat cairan merah yang bercucuran sangat banyak di dahi kakaknya.

"Ma.. Tenang, Jundi bakal baik-baik aja. "

Thalita kalang kabut saat ini. Wanita itu berusaha untuk ditenangkan oleh sang suami yang duduk tak jauh darinya.

Nadil hanya terdiam di tempatnya. Sebisa mungkin lelaki itu berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja saat ini. Jujur, saat ia berusaha untuk tetap mempertahankan kesadaran Jundi, tangannya bergetar. Ia takut jika terjadi hal-hal yang negatif kedepannya.

About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang