BAGIAN 14. PLEASE

5.1K 560 6
                                    

~ Happy Reading ~

Minggu pagi menjelang siang masih memperlihatkan cuaca cerahnya. Di belakang rumah banyak sekali para ayam yang datang, baik betina maupun jantan.

Seorang pemuda yang masih mengenakan sebuah kaus dalam dengan celana pendek tersebut berjongkok di sana tepat dekat dengan perkumpulan para ayam tersebut. Lelaki itu tengah memberikan makanan seperti biasa kepada para ayam-ayam itu. Tak peduli miliknya atau bukan.

Jundi hanya memiliki satu ekor ayam yang sudah kalian kenal bernama Aceng. Jika dilihat-lihat Aceng sudah siap untuk di sembelih karena tubuh nya yang terlihat mengandung banyak sekali daging.

Namun lelaki itu lebih memilih untuk terus memberi makan ayamnya ini karena ia sama sekali tak pernah berniat untuk menyembelih ayam kesayangan nya yang sudah lama mendengarkan semua keluh kesahnya. Ya walaupun mereka sama sekali tak mengerti yang ia katakan.

Tapi rasanya Jundi menjadi sedikit lega karena sudah membagi suka dukanya terhadap Aceng.

Terdapat sekitar tiga ayam jantan dan dua ayam betina tengah bermain di tempat ini. Tentu saja salah satu dari mereka ada yang termasuk ayam peliharaan milik tetangganya. Bahkan Aceng saja sering kalah saat memperebutkan satu persatu benih-benih jagung yang berserakan di tanah.

Jam hampir menunjukkan pukul dua belas, dan Jundi sama sekali belum mengisi perutnya sedari pagi.

Ayah dan mama tengah memeriksa kondisi kesehatan si bungsu di rumah sakit sedari pagi tadi. Namun sampai detik ini juga masih tak ada tanda-tanda jika mereka sudah pulang.

Hal seperti ini sudah biasa ia hadapi. Kesendirian, kesepian, kesunyian, sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Namun berkat keberadaan para sahabatnya yang tak sengaja ia kenal sewaktu masih duduk di bangku kelas 10, membuat semua kesunyian tersebut hilang saat berada dekat dengan mereka.

Rumah kedua setelah tempat ini.

Perutnya terasa sedikit panas karena asam lambungnya yang mungkin menaik. Setelah memberikan makanan kepada Aceng dan ayam lainnya, Jundi langsung berdiri beranjak menuju ke dapur. Ia akan mencari makanan apa saja yang bisa ia gunakan untuk mengisi perut yang kosong.

Hanya terdapat dua bungkus mi instan yang terdapat pada lemari dapur. Terpaksa lelaki itu harus memakan makanan seperti ini.

Jundi menunggu lama untuk memasak makanannya. Entah mengapa ia menjadi sangat rindu dengan Nadil dan temannya yang lain. Hari minggu adalah hari yang sangat ia tak suka karena tak dapat menemui para sahabat nya.

Mungkin jika ingin bermain, mereka berlima harus membuat sebuah janjian terlebih dahulu.

Lagi-lagi pemikiran nya kini beralih ke sikap nya akhir-akhir ini. Pemuda itu merasa ada yang salah dengan dirinya, namun ia sama sekali belum menemukan apa hal yang mengganjal nya.

Tentang ayah yang tiba-tiba memberikan obat tidur, para temannya yang menjenguknya kemarin, dan juga tangannya yang berdarah saat pagi hari. Sampai saat ini semuanya masih menjadi pertanyaan Jundi.

Bahkan terkadang ia juga pernah tak sadar telah melakukan apa. Ingatannya sering sekali menghilang setiap bangun dari tidurnya.

Kadang lelaki itu juga sering terbangun tengah malam di atas lantai yang dingin. Jundi tak paham tentang semuanya. Banyak sekali yang mengganjal dalam hatinya.

About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang