BAGIAN 13. SAKIT

5.5K 576 17
                                    

~ Happy Reading ~

Pagi hari dengan cuaca yang bisa dibilang cukup cerah. Tak ada mendung ataupun tanda-tanda hujan akan turun. Cahaya surya kini telah menembus celah-celah horden yang bahkan masih tertutup.

Di dalam kamar, lelaki itu terbangun dengan posisi tidur yang berada di bawah lantai. Pemuda itu mengucek kedua matanya bertujuan untuk menjernihkan pandangannya. Dari luar rumah terdengar beberapa kendaraan besar yang lewat di jalan raya.

Jam masih menunjukkan pukul enam kurang lika menit. Jundi langsung membuka jendela dan juga horden bertujuan agar cahaya surya dapat masuk kedalam kamar.

Saat tangannya hendak menggeser horden berwarna putih tersebut, sadar atau tidak tangannya membuat sebuah noda merah di kain itu. Tentu saja hal itu membuatnya sedikit kebingungan.

Entah sejak kapan terdapat cairan merah kental yang keluar dari telapak tangannya. Lelaki itu bahkan tak mengerti siapa yang melakukan padanya seperti ini. Bahkan jarak tempatnya tertidur dengan ranjang masih bisa dibilang sedikit jauh.

Karena tak ingin membuang waktu untuk berpikir lebih lama, lelaki itu langsung hendak melangkah menuju ke dalam kamar mandi untuk mencuci badannya. Namun saat satu kali ia melangkah, kakinya memijak sebuah benda yang terasa sangat menyakitkan.

Pemuda itu langsung melihat ke bawah kaki dan ia menemukan sebuah pecahan kaca yang masih berukuran besar. Dahinya terlihat mengkerut karena tak paham dengan apa yang terjadi semalaman. Manik matanya kemudian langsung menelusuri setiap sudut ruangan kamar yang bisa terbilang berantakan.

Dan ya, di bawah kasur ia melihat sebuah pecahan gelas lainnya. Seingatnya itu adalah gelas yang dibawakan mama saat dirinya tengah sakit.

Jundi semakin tak mengerti. Karena memang ia adalah anak yang tak suka menyia-nyiakan waktu, Jundi langsung membersihkan pecahan kaca tersebut dan segera membereskan kamarnya.

Sangat terlihat berantakan. Bahkan selimut yang tadinya ia gunakan untuk tidur kini sudah berada di bawah. Otaknya kini berpikir bahwa semalam memang ada seorang maling yang masuk ke dalam. Tapi lelaki itu sama sekali tak tahu dan tak ingat.

Tak peduli tangannya yang sudah terdapat cairan merah yang hampir kering, lelaki itu terus menerus membereskan semua kekacauan yang ada di dalam kamarnya.

Suara pintu yang tengah dibuka seseorang kini terdengar di telinganya. Terlihat di ambang pintu seorang adik yang sudah rapi dengan setelan seragamnya.

"Kak? "

Hanya suara itu yang Jundi dengar. Dengan senyuman manisnya lelaki itu menatap ke arah Jeevan yang entah mengapa datang kedalam kamarnya.

Langkah Jeevan kini berjalan mendekat ke arah sang kakak yang masih memunguti beberapa pecahan kecil dari gelas tersebut. Setelah sampai dekat dengan Jundi, Jeevan langkah mendaratkan bokongnya ke atas kasur yang sudah biasa Jundi gunakan sebagai tempat tidur.

"Ayo kebawah makan!"

Ucapan Jeevan mampu membuat kepala Jundi terangkat. Lelaki itu menatap beberapa saat ke arah sang adik yang baru saja menawarinya makan bersama.

"Gausah takut sama mama, katanya boleh. Kalo abang mau makan bareng ya terserah, gak ada yang larang."

Jundi mengulum bibirnya beberapa saat. Lelaki itu terlihat tengah berpikir dan memutuskan. "Kakak makannya nanti dulu, masih bersihin kamar"

About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang