BAGIAN 32. FAINT

4.8K 415 3
                                    

~ Happy Reading ~

Jam telah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Keadaan belakang rumah seperti biasa, sangat ramai dengan para ayam yang tengah melakukan aktivitas nya. Sebagian dari mereka juga ada yang tengah menggaruk-garuk tanah guna menemukan cacing didalamnya.

Namun sampai saat ini pemuda itu sama sekali tak melihat keberadaan dimana ayamnya berada. Sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Aceng, entah bagaimana kabar ayam itu sekarang.

Pagi ini Jundi berusaha untuk menghindari ayah. Bukan apa, ia hanya merasa tak enak jika berada didekat pria itu. Terbesit sedikit rasa bersalah ketika ia mengeluarkan kalimat yang sangat sensitif jika didengar oleh orang tua.

Pagi tadi ia hanya bertemu dengan Mama saja yang berada didapur. Wanita itu sama sekali tak melihat keberadaan sang anak ketika berada disana, karena Jundi memang sengaja memelankan suara langkahnya. Niatnya hanya ingin menemui Aceng dan membawanya pulang jika ayamnya itu tak berada dirumah.

Dan benar Aceng tak berada didalam kandangnya. Seperti biasa disamping rumah ada seorang wanita paru baya yang tengah memberi makan para ayam-ayam miliknya. Karena merasa Mpok Ijah tahu dimana keberadaan Aceng, lelaki itu berjalan mendekat ke arah nya.

Suara lembutnya menyapa Indra pendengaran Mpok Ijah, tentu saja wanita itu kemudian mengalihkan pandangannya kearah Jundi yang berada tak jauh darinya.

"Mpok, tau ayam Jundi gak?"

Sebuah gelengan sebagai jawaban terlihat dari pergerakan wanita itu. Memang akhir-akhir ini Mpok Ijah juga tak terlalu tahu dimana keberadaan ayam milik Jundi, tetangganya.

Manik Jundi menatap ke sekeliling guna menemukan keberadaan Aceng. Namun hasilnya nihil, sama sekali tak ada tanda-tanda jika ayamnya berada disekitar sini. Pemuda itu lalu memilih untuk mencari ketempat lain, siapa tau ayamnya tengah berkeliaran di belakang rumah tetangga lainnya.

Lama mencari sampai jam sudah hampir menunjukan jam enam lewat. Lelaki itu berdecak sebal karena tak menemui dimana keberadaan ayamnya. Langkahnya kemudian berjalan kembali kearah dapur dan untuk melangsungkan ritual mandinya.

Mama masih ada disana. Wanita itu masih sibuk menyiapkan masakan untuk seluruh anggota keluarga. Tatapan Jundi dan mama bertemu, pemuda itu langsung memberikan senyuman hangat khas dirinya.

"Kamu dari mana aja, kak?"

"Cuman dibelakang nyari ayam jago yang itu. Mama tau?"

Mama yang mendengar kemudian mengangguk. "Kan udah dimasak kak. Jeevan yang minta waktu itu suruh buatin sup ayam. Kamu juga makan kan?"

Langkah Jundi terhenti saat itu juga. Pemuda itu terpatung di tempat dan mencoba menyerap ucapan mama barusan. Ia tak salah dengar kan?

"Yang mana, ma?"

Mama menghela napasnya pelan. "Udah sekitar dua-tiga hari yang lalu kak. Waktu kamu makan sup ayam itu"

Jundi masih mematung. Tidak mungkinkan jika ayamnya di sembelih saat dimana ia mendapat pekerjaannya disore hari itu. Jundi masih ingat dengan semuanya disaat ia pulang dan mama langsung memasak sup ayamnya. Ia pikir ayam yang dimakannya itu adalah hasil beli di supermarket.

"Kenapa bengong, kak?"

Manik Jundi menatap kosong kearah mama. "Kenapa gak ngomong dulu sama aku, ma? Mama kan tau udah lama Jundi melihara ayam,"

"Ya makanya dari itu. Udah waktunya juga kan ayammu di masak. Badannya udah gemuk kaya gitu masa iya dibiarin aja. " Jawab mama dengan santainya.

Jundi tak habis pikir. Tapi apa susahnya bukan jika harus memberitahu sang pemilik. Jundi sangat menyayangi ayamnya itu, pasti. Tapi kenapa mama malah semudah itu membelih dan memasaknya.

About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang