BAGIAN 2. HUJAN DAN PETIR

9.9K 970 20
                                    

Happy Reading buat kalian yang baca♡

~ 𝔸𝕓𝕠𝕦𝕥 𝕁𝕦𝕟𝕕𝕚 ~





"Tapi ma... Di luar hujan,"

Menghela napas kasar. Seorang wanita yang sudah berusia paru baya tersebut saat ini tengah meminta bantuan oleh si sulung agar mau membelikan sebuah obat di apotek yang berada di luar sana.

Kali ini cuaca tak cukup membantu, di luar hujan deras telah turun dari langit. Membuat semua aktivitas di hari minggu ini cukup tertunda.

"Jun... Adek kamu sakit, kamu gak kasian sama dia?! "

Jundi, seorang lelaki dengan sebuah tawa yang selalu menyertainya. Tapi seperti biasa orang-orang mampu membuat sebuah topeng untuk dirinya sendiri. Begitupun dia, seorang anak yang tak cukup mendapatkan keadilan dari kedua orang tuanya.

"Tapi mah... Di luar hujannya deras"

"Jun, mana yang lebih penting? Hujan deres apa keadaan Jeevan? "

Jundi menelan selivanya, bahkan mama nya saja lupa jika dirinya pun harus menjaga kondisi untuk sebuah Olimpiade yang akan datang lusa besok.

Tak ada yang bisa ia buat lebih kecuali menuruti ucapan Sang mama. Jundi mengangguk setelah mama mengucapkan kalimat tersebut, lelaki itu kini berjalan mengambil sebuah payung yang bahkan ia tak yakin dapat menahan derasnya hujan yang turun.

Saat ia melewati ruang keluarga, di sana bisa ia lihat adiknya yang berbeda dua tahun dari-Nya tengah di kompres oleh sang ayah. Memang tubuh Jeevan bisa dibilang sedikit bergetar karena suhu tubuhnya yang kini menaik.

Ayah hanya melirik sebentar ke arah Jundi, setelah melihat si sulung keluar dari rumah dengan menggunakan sebuah payung, pria itu kembali mencoba fokus kepada sang bungsu.

Di luar rumah hujan ternyata lebih deras dari perkiraannya. Bahkan kini jalanan saja hampir tak terlihat karena saking banyaknya air yang turun dari langit.

Hanya dengan berbekalan sebuah payung, Jundi mendekat untuk pergi ke sebuah apotek yang berada cukup terbilang jauh dari sini. Entah apakah masih buka atau tidak dengan cuaca yang terlihat semakin ekstrem ini.

Untungnya tak ada sebuah petir gemuruh yang terdengar, membuat Jundi tak perlu ketakutan saat berada di luar rumah seperti ini.

Semakin lama penglihatannya semakin memburam, tentunya hal itu membuat ia menjadi kesusahan untuk menyebrang jalanan.

Sebuah toko apotek kini terlihat di depannya, hanya dengan menyebrang saja ia bisa sampai di sana. Dilihatnya dahulu sisi jalanan kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tak ada sebuah kendaraan yang akan lewat saat ini juga.

Saat sudah di pastikan aman, Jundi segera berlari dengan sebuah payung yang masih ia pegang dengan erat.

Bajunya kini terlihat sedikit basah karena air hujan yang mengenainya. Bahkan dengan payung saja tak cukup untuk melindungi dirinya dari sebuah air yang terus menerus turun dari langit.

Untungnya kali ini toko apotek tersebut tak sedang tutup, hal itu tentu membuat Jundi bersyukur karena usahanya tak sia-sia.

About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang