Tanpa bicara, Adam langsung menyodorkan selembar formulir pendaftaran kepada Kayla.
"Terimakasih, Kak," ucap Kayla tapi tidak dibalas oleh Adam.
Disamping itu terdapat Alam yang menatap Caca terus-terusan, masih ingat dengan Alam 'kan? Alam Ar-Rafky Putra. Cowok yang waktu itu ditolongin Caca saat ban motornya bocor di jalan dan mengalami kecelakaan.
Alam, Adam, Adnan, namanya hampir mirip bukan? Itulah nama-nama rentetan cogan.
Alam memberanikan diri untuk mendekati Caca, bukan, bukan mendekati Caca, lebih tepatnya mendekati Kak Adam untuk meminta selembar formulir pendaftaran OSIS.
"Permisi, Kak. Saya mau minta formulir pendaftaran?" pinta Alam.
"Wahh cowok lo daftar juga, Ca," celetuk Kayla ngawur.
Adnan dan Adam sontak kaget mendengar perkataan Kayla bahwa Alam adalah cowoknya Caca, mereka percaya saja apa yang keluar dari mulut Kayla.
Adnan dan Adam memutuskan untuk meninggalkan rombongan Adek kelasnya itu dan melanjutkan tugasnya.
"Cowok apaan heh? Gue duduk bareng aja cuma sekali, itupun karena Kayla yang tega ninggalin gue," balas Caca.
Dulu Caca memang pernah satu bangku dengan Alam dan mereka berebut, karena Kayla yang minta duduk dengan Reza—mantan pacarnya, akhirnya Caca bernasib satu meja dengan Alam.
Dari kejauhan datanglah Riska dan para kurcaci-kurcacinya. Kaki dan tubuhnya yang berlenggak-lenggok kesana kemari untuk mencari perhatian para cogan-cogan di SMA ini.
"Dasar ya, nggak Adam, nggak Alam, semuanya di embat! Dasar cewek murahan!" cibir Riska yang baru saja datang.
"MURAHAN MATA KAU! LO YANG PANTES DISEBUT MURAHAN SAYANG!" balas Arin yang tak terima dengan ucapan Riska.
"Heii Riska, lo sadar diri dong! Apa yang dikatakan Arin itu bener. Lo yang murahan, Caca nggak ngejar-ngejar Kak Adam, Caca nggak ngejar-ngejar gue juga." Alam membela Caca.
"Nahhhhhhh, tapi karena Caca itu pantes diperjuangin banyak cowok. Kalo lo sendiri kan yang ngejar-ngejar cowoknya. Pdhl lo nya yang suka, dianya mah gak suka balik. Kasihan cinta bertepuk sebelah tangan." Kayla pun ikut angkat bicara.
Semua orang yang berada disitu menertawakan Riska.
"Ca, gue mau ngomong sama lo." Alam mengajaknya ke bagian kiri papan mading yang tidak ada orang untuk membicarakan sesuatu.
"Ekhemmm, kayaknya ada yang mau ditembak nih," celetuk Kayla ngawur.
Caca mengikuti Alam berjalan ke tempat tujuannya.
Sekarang mereka berdua sudah berdiri saling tatap. Tapi Alam tiba-tiba menundukkan kepalanya, ia tak menatap Caca lagi."Mau ngomong apa?" tanya Caca memberanikan diri.
Ini orang mau ngomongin apaan si? Batin Caca.
"Gue mau ngomong ...," ucap Alam terpotong karena bel masuk sudah berbunyi.
"Woyy bel udah bunyi, jangan pacaran mulu!" teriak Kayla bergegas menuju kelasnya.
"Eh, sudah bel, ngomongnya nanti saja. Ayok sekarang kembali ke kelas," ajak Caca.
Caca menarik tangan Alam tapi dengan cepat Alam langsung menepis tangannya. Perasaan Caca saat ini malu pada Alam, ia reflek memegang tangan Alam karena bel yang sudah berbunyi.
"Bukan muhrim." Alam menyingkirkan tangan Caca.
"Ayok, kenapa bengong?" tanya Alam.
Caca pun membuyarkan lamunannya. "Ehh, iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Support System [Open PO]
Teen Fiction"Kamu bisa nggak jadi support system aja?" Definisi support system, Besti? Cantika Mahreen Almahyra atau biasa disapa Caca, dan Alam Ar-Rafky Putra, dua orang siswa yang bisa menjadi support system satu sama lain. Keduanya sama-sama korban broken...