20

27 21 1
                                    

"Assalamualaikum Bunda," ucap Alam yang baru saja datang.

"Waalaikumsalam, Sayang."

Caca mengikuti Alam dari belakang, dan ikut mencium tangan Bunda.

"Eh, ini siapa, Lam? Cantik banget si," puji Bunda Rima.

"Hehe, kenalin Tante, aku Caca temannya Alam."

"Caca, namanya lucu kayak yang punya," kekeh Bunda Rima.

"Eh, sebentar, Bunda kayaknya nggak asing deh sama muka kamu, Ca." Bunda Rima berpikir sejenak.

"Iya, dong Tante, aku biasa beli kue di toko Tante tauu, soalnya kue buatan Tante enak bangettt," ucap Caca memperlihatkan wajah imutnya.

"Kamu kalo kayak gitu lucu tau, Ca. Kek anak kecil tauu," ucap Alam ikut menirukan gaya bicara Caca yang seperti anak kecil.

"Ih, apaan sih." Caca mendengus kesal.

"Caca kalo ngambek tambah cantik ya, Bun."

"Iya nih, kek bidadari," kekeh Bunda Rima.

"Eh, enggak kok Tan, biasa aja." Caca merasa jengah dipuji seperti bidadari. Padahal kemaren dia ngaku sendiri kalo dirinya cantik bak bidadari.

"Apalagi kalo malu-malu gitu ya, Bun. Cantiknya nambah lagi deh," puji Alam.

Caca meliriknya tajam.

Reaksi Bunda Rima dan Alam malah ketawa melihat mata Caca yang meliriknya tajam.

"Cantik banget kamu, Ca," ucap Bunda Alam memujinya lagi.

"Hehe, makasih Tante."

"Jangan panggil Tante dong, panggil Bunda aja," perintah Bunda.

"Hehe siap Tan, eh Bun." Caca merasa kikuk mengucapkannya.

"Sini ikut Bunda, katanya kue bunda enak, ini Bunda baru nyoba-nyoba bikin soalnya, jadi kamu pasti belum pernah makan. Ini resep baru tauu Ca." Bunda menarik tangan Caca dan menyuruhnya duduk.

"Wahh pasti enak dong, apalagi Bunda yang buat."

"Bentar, Bunda ambilin."

"Ini, kamu cobain nih." Bunda memberikan potongan kue di sebuah piring kecil.

Caca mulai menyendok kue itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Mata Caca berbinar. "Enak bangettt lochh, Bunn, ini kue terenak yang pernah Caca makan. Cokelatnya lembut banget."

Alam menyusul Bunda dan Caca.

"Jadi kehadiran Alam disini nggak dianggap nih?" tanya Alam yang dari tadi merasa tidak dipedulikan.

"Alam udah kayak anak tiri aja, Caca anak kandungnya," ketus Alam.

"Ututut, Sayangnya Bunda ngambek nih."

"Hah, Alam ternyata manja ya, Bun?" Caca menahan tawanya.

"Apaan, enggak kok," timpal Alam 'tak terima.

"Anaknya sendiri gak dikasih makan ya? Padahal dia baru pulang sekolah, pasti laper banget. Kasihan, mana masih muda," sindir Alam.

"Bun Bun, liat tuh anak Bunda. Kelaparan, nanti kalo busung lapar gimana? Aduh kasihan lochh Bunn," cibir Caca.

"Ya Allah Caca, jangan sampai dong busung lapar. Kamu ngawur ih." Bunda tertawa.

"Bunda 'kan disini nggak masak nasi, Bunda disini jualan kue sayang. Kalo mau makan mah di rumah," tutur Bunda.

Support System [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang