Alam Ar-Rafky Putra, si cowo dingin dengan penuh ambisi dalam menggapai mimpinya. Sikapnya dingin dan sangat menyebalkan. Dia sedikit berubah setelah perceraian kedua orangtuanya, sikapnya yang kini berubah menjadi pendiam, dingin, cuek. Keadaan keluarganya yang tidak karuan membuatnya down, membuat dirinya tidak seceria dulu lagi. Ia hidup hanya dengan Bundanya—Rima. Ayahnya sendiri sudah menceraikan Rima sejak Alam duduk di bangku SMP. Sama seperti keluarga Caca, orangtua Alam bercerai juga karena faktor perselingkuhan.
Alam dan Caca, mereka satu kelas di MIPA 3. Mereka berdua pun duduk satu meja, ini sebuah takdir atau hanya kebetulan?
Tringgg!
Tepat pukul 07.00 bel masuk sekolah berbunyi. Berbondong-bondong siswa masuk kelas sebelum guru yang mengajar memasukinya duluan.
"Gue duluan!" Alam merebut bangku yang akan diduduki Caca.
"Gue!" gertak Caca 'tak terima.
"Gue!"
"Lo yang sebelah sana, 'kan masih ada bangku kosong! Gue mau duduk deket tembok! Titik!" ucap Alam.
Caca mendengus kesal dan duduk dibangku sebelah Alam. Mereka berdua berebut ingin duduk di dekat tembok. Bukan bangku paling belakang, tapi bangku paling depan dekat dengan meja guru.
Teman-temannya yang melihat Alam dan Caca berebut malah mencomblangkan mereka. Sebenernya Caca mempunyai sahabat di kelas ini, yaitu Kayla, Arin, dan Nada. Hanya saja Kayla sudah memutuskan untuk duduk sebangku dengan cowo yang ia taksir. Sedangkan Arin dan Nada mereka duduk satu meja. Dengan terpaksa Caca mau duduk satu meja dengan cowo yang dulu pernah ia tolong.
"Aciie ... cie."
"Alam, kasihan Cacanya, jadi cowo ngalah dikit dong."
"Yang sekarang berantem, nanti lama-lama suka, nih."
Banyak sekali ocehan-ocehan mereka yang tidak penting bagi Caca dan Alam. Namun, ada juga yang tidak mendukung mereka bersama.
"GAK, GAK COCOK ALAM SAMA CACA. ALAM TUH COCOKNYA SAMA GUE DOANGG!!!" teriak Riska si ratu gengnya ciwi-ciwi di sekolahnya.
"Woyy Riska, Lo sadar diri dong. Ngaca woy ngaca, yakali Alam tertarik sama modelan kayak lo," tegas Kayra—salah satu sahabatnya Caca.
"BANGKEE LO, KAY!"
"LO NGACA GAK DIRI LO KAYAK APA? CANTIKAN GUE KALI!!" balas Riska.
Riska meledak-ledak saat mendengar perkataan Kayra yang merendahkan dirinya.
Sedangkan Alam dan Caca mereka tidak peduli dengan segala keributan di kelasnya itu. Padahal teman-temannya itu sedang ribut juga karena mereka berdua, mereka meributkan Alam dan Caca.
Caca masih fokus dengan sebuah buku berukuran kecil di tangannya dengan berjudul 'MARIPOSA', Caca sangat serius membaca novel itu dan membolak-balikkan kertas lembar demi lembar. Mungkin dia sangat menikmati bahan bacaannya itu, novel karya Kak Luluk.
Sedangkan Alam sendiri ia fokus dengan benda pipih yang ia pegang. Jarinya menekan layar pada benda pipih itu, seperti sedang mengetikkan suatu hal yang kelihatannya penting.
Terbuka lah pintu kelas itu oleh seorang laki-laki paruh baya, beliau adalah Pak Damar guru matematika. Seorang guru killer di sekolahnya.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Pak Damar dengan nada tingginya.
Anak-anak yang tadinya ribut-ribut seketika tutup mulut dan bergegas lari menuju bangkunya masing-masing. Alam dan Caca yang menyadari kedatangan guru killernya itu langsung mengalihkan pandangan untuk memperhatikan gurunya. Mereka berdua meletakkan benda yang tadi di tangannya yang membuat mereka sibuk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Support System [Open PO]
Teen Fiction"Kamu bisa nggak jadi support system aja?" Definisi support system, Besti? Cantika Mahreen Almahyra atau biasa disapa Caca, dan Alam Ar-Rafky Putra, dua orang siswa yang bisa menjadi support system satu sama lain. Keduanya sama-sama korban broken...