15

31 23 1
                                    

Malam ini adalah malam puncak dimana anak-anak muda berkeliaran bersama pasangannya masing-masing. Tentu, malam ini adalah malam Minggu. Malam yang ditunggu-tunggu.

Namun, berbeda bagi anak muda yang menyandang status jomlo, malam Minggunya ia habiskan untuk sekedar healing di kamar, dengan menonton film dan ngemil sepuasnya, atau mungkin kalian yang jomlo malahan bobo gasik?

Atau mungkin ada yang malam Minggunya belajar? Heii, rajin sekali!

"Ahh, rasanya gue pengen keluar saja malam ini. Pengen jalan-jalan sendiri, makan puas, minum kopi," ucap Caca seketika ingin healing.

Ini masih pukul setengah 7 malam, dan ia kebetulan belum makan malam karena Bibi nya yang belum selesai menyiapkan makan malamnya.

Kemudian ia berjalan menyusuri tangga yang tidak terlalu tinggi itu menuju ruang makan.

"Bi, Caca mau makan di luar saja ya malam ini. Sekalian Caca jalan-jalan," pinta Caca pada Bibi nya.

"Tapi ... nanti yang nemenin Papah makan malam siapa? Kalo Papah udah pulang?" lirih Bibi.

"Sante Bi, palingan juga Papah nggak pulang tuh. Daripada Caca nungguin yang nggak pasti, mending Caca healing keluar sendiri," gerutu Caca.

"Hemm," dehem Bibi.

Caca kembali ke kamarnya untuk siap-siap. Ia membuka kunci pintu lemarinya dan mengambil sebuah hodi berwarna army dan celana baggy pants nya.

Seperti biasa, ia sedikit memberi polesan di wajahnya tipis.

Lalu, ia berpamitan pada Bibi nya. Meski Bibinya hanya seorang pembantu, tapi Caca selalu berpamitan seperti pada Mamanya sendiri.

"Bi, Caca berangkat dulu ya."

Malam ini cuaca cukup mendukung. Sinar rembulan menerangi jalanan yang tidak cukup rame ini. Dengan motor scoopy abu nya, Caca mengendarai motor dengan santai. Ia tidak menggunakan helm, karena jaraknya yang dirasa cukup dekat.

Ia menghentikan motornya di depan kafe yang menjadi langganannya.

"Rame banget sih," desus Caca melihat parkiran kanan kirinya penuh kendaraan.

"Sialan! Orang-orang ngapa bawa pasangan semua si?"

Caca berjalan masuk ke kafe yang ia tuju.

Dari luar, di parkiran kafe saja sudah sangat ramai apalagi di dalam kafe nya. Tapi, Caca tetap nekat masuk meski dia sendirian.

"Cewe ... sendirian aja?" tanya cowok yang sedang duduk sendiri, mungkin sedang menunggu ceweknya.

Mendengar gombalan dari cowok brengsek, Caca merasa jijik.

Ia merespon dengan wajah tak enaknya.

Lalu Caca berdecih kesal, "najis!"

Kemudian Caca berjalan mencari tempat duduk yang kosong, lagi-lagi karena kondisi kafe yang sangat ramai, Caca tidak menemukan tempat yang kosong. Ada satu tempat di pojokan yang hanya ditempati 1 orang saja, dan itu cowok. Caca bingung, mau kembali keluar, tapi udah sampe, nanggung.

Akhirnya dia tidak jadi keluar, tapi Caca memberanikan diri duduk di meja pojokan yang ada 1 cowok itu, kelihatannya sih bukan sedang menunggu pacaranya. Jadi Caca pun berani menghampiri, demi sebuah tempat duduk. Ya kali Caca sudah masuk, harus keluar.

"Permisi, boleh duduk disini?" tanya Caca sopan.

Cowok bertopi hitam dengan hody yang berwarna couple dengan hody yang dipakai Caca. Hody berwarna army. Dia sedang asyik memainkan gawaynya. Suara Caca berhasil membuat aktivitas cowok itu terhenti.

"Boleh," jawabnya tanpa menoleh ke arah Caca, dia masih fokus menatap gawaynya.

Karena cowok itu memakai topi dan masker duckbill yang membuat orang-orang sulit mengenalnya, Caca juga tidak mengenal kalau cowok itu ternyata teman sendiri-Alam Ar-Rafky Putra.

Caca pun duduk di depan cowok itu, lalu memanggil pelayan untuk memesan secangkir coffy latte dan stik kentang favoritnya.

Kafe ini sudah menjadi langganannya untuk sekedar menenangkan dirinya sejak dulu. Di meja pojokan ini juga merupakan tempat duduk yang biasa ia pakai. Namun, sayangnya sekarang ini sudah ada yang menempati tempat duduknya. Jadi, mau tak mau ia tidak duduk sendirian disini.

Tapi itu tak menjadi masalah bagi Caca, yang terpenting dirinya masih bisa duduk di tempat yang membuatnya merasa tentram.

Biasanya saat Caca merasa pikirannya kurang baik, masalah datang bertubi-tubi, belum lagi masalah cowoknya, Caca selalu datang ke tempat ini sekedar untuk membuat perasaannya agar sedikit lega. Ditemani coffy latte dan stik kentang.

Baginya support system terbaik adalah diri sendiri. Betul memang. Sahabat, temen, orangtua, bahkan pacar belum tentu bisa menjadi support system bagi kita. Lantas, bagaimana jika diri kita sendiri belum mampu menjadi support system untuk dirinya sendiri?

Ayolah, jangan terlalu tergantung pada orang-orang terdekat kita, mereka belum tentu atau bahkan mustahil rasanya, mereka tidak akan selalu ada untuk kita.

Teman? Teman juga punya kesibukan sendiri, punya masalah sendiri.

Hidup terkadang terasa pahit, mungkin banyak pahitnya daripada manisnya?

Coba tambahkan gula 2 kg, apakah bertambah manis atau malah pahit?

Roda kehidupan akan terus berjalan, tidak mungkin kamu akan berposisi di atas terus? Tidak mungkin kamu akan berposisi di atas terus. Semuanya tergantung jalan dan pikiran kita.

Malam ini, dengan Caca yang datang ke tempat favoritnya saat dirasa tidak baik-baik saja, berarti gadis itu memang sedang tidak baik-baik saja.

"Permisi, selamat menikmati." Pelayan tersebut meletakan pesanan Caca di atas meja.

"Makasih," sahut Caca.

Pelayan pun kembali bekerja melayani pembeli yang lain.

Ia belum menyadari bahwa cowok di depannya itu adalah cowok yang ia kenal. Cowok itu juga memesan kopi, kopinya yang tinggal setengah membuat Caca berpikiran bahwa dia akhirnya akan meninggalkan kafe ini, yang artinya Caca bisa duduk tenang tanpa ada manusia di dekatnya.

Caca menatap cowok itu aneh. Sepertinya gue nggak asing? batin Caca.

Alam yang mulai menyadari bahwa Caca secara diam-diam mengamati dirinya, ia terus berusaha menutupinya. Sebenernya ia haus, pengen meneguk kopinya, tapi karena Alam takut ketahuan, ia rela menahan haus. Alam tak membuka maskernya sedikitpun.

Caca sepertinya ada masalah, tapi apa ya? Gue pikir anak seperti dia gak punya masalah, batin Alam heran.

Ini orang siapa sih? Kek ga asing gue, kek pernah liat tapi dimana ya? Terus sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu hal yang sangat penting, batin Caca.

Caca menyeruput cofyy latte pesanannya dan memakan stik kentang yang tadi ia pesan.

Sedang cowok di depannya malah menatap balik mengamati cewek yang duduk di depannya. Ia sudah tau kalo iri Caca atau yang biasa ia sebut KACA. Nama Cantika di preset jadi Caca kemudian dipreset lagi menjadi Kaca.

Mereka berdua duduk layaknya orang pacaran yang ngedate di malam Minggu.

Behh, gue udah kek ngedate sama pacar orang si. Nasib-nasib, nasib jadi jomlo. Batin Caca lagi.

Namun, mereka berdua fokus sendiri-sendiri dengan handphone miliknya masing-masing.

Caca kembali menyeruput kopinya, mungkin bagi sebagian orang, meminum kopi adalah obat untuk menenangkan pikiran. Begitu juga bagi Caca, kopi menjadi minuman favoritnya.

Yaps! Betul memang, ada beberapa orang yang setuju dengan anggapan itu.

Support System [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang