Gunung berdiri kokoh di samping kampung tempat kediaman Feri. Kebun teh dan beberapa pohon cemara menghijaukan seluruh tubuh dari gunung tersebut.
Gunung besar, megah dan mendamaikan itu menjadi panorama penghias kampung di sana. Karena hidup di kaki gunung membuat tanah di kampung itu begitu subur, efeknya masyarakat disanapun hidup makmur.
Sayang, dibalik semua nikmat tersebut, orang-orang di kampung itu mempunyai adat atau kebiasaan yang sangat buruk. Masyarakat di sana kebanyakan adalah pemuja setan.
Setiap tahun masyarakat disitu menjadikan salah satu anak untuk dijadikan sebagai tumbal, hal itu diyakini sebagai tanda terima kasih pada setan yang telah memberikan seluruh nikmat hidup disana.
Diyakini pabila hal itu tidak dilakukan maka dikhawatirkan penghuni disitu akan marah besar dan akan menyebabkan hadirnya bencana pada kampung mereka.
Tidak semua masyarakat disana setuju atas hal tersebut, apa lagi tega menyembelih seorang anak untuk dijadikan tumbal. Salah satu yang tidak setuju atas tradisi tersebut adalah keluarga Feri.
***
“Percuma... Kau tidak akan bisa tinggi meskipun bergantung selama apapun.” Doni, sahabat Feri menganggu Feri yang tengah bergantung di belakang rumahnya. Feri melompat, menghentikan olahraga, menghampiri sahabatnya yang lebih tinggi itu.
Feri tertawa kecil “Akan kubuktikan, suatu saat aku bisa lebih tinggi darimu.” mengelap keringat di pelipis. Hanya sekejap Feri tertawa, sekejap kemudian Feri membungkam tawanya. Jauh di lubuk hati Feri, ia begitu sedih. Bagaimana tidak, tahun ini Doni sahabatnya itu terpilih sebagai ‘Tumbal’ dalam tradisi.
“Akhir-akhir ini aku merasa kalau kau mengalami perubahan, Feri” Doni berkata.
“Sudah kusangka bahwa aku lebih tinggi sekarang, hasil latihanku berguna, bukan?” Feri berkelakar.
“Tidak.. Kau bahkan jauh lebih pendek sekarang.” Doni ikut berkelakar.
Feri mengepalkan Tinju.
“Keningmu seperti menyimpan sesuatu.” Sekarang Doni berkata serius.
Feri menyentuh keningnya. Paham. Ia tahu kalau sahabatnya ini mempunyai indera keenam, atau bisa disebut sebagai indigo, dia mampu melihat hal-hal gaib yang tidak bisa dilihat orang biasa. Tak mau merahasiakannya lagi, Feri memanggil Lion untuk keluar. Doni kali ini benar-benar terkejut.
“Kau.. Bagaimana bisa makhluk itu ada dikeningmu?” mata Doni terpelotot.
“Jadi manusia ini mampu melihatku?” Lion berkata.
“Ada banyak hal yang ingin aku perlihatkan, Doni. Dan semua ini sebenarnya tidak masuk akal, sama halnya seperti kau yang mampu melihat makhluk-makhluk gaib yang kami tidak bisa melihatnya. Namun sebelumnya aku ingin bertanya, apakah kau menerima keputusan warga untuk menjadikanmu tumbal?” Feri ikut berkata serius.
Doni terdiam sejenak.
“Aku tak bisa berbuat apa-apa Feri."
“Kita harus menghentikan ini.. Dan harus menghapus tradisi gila ini dari kampung? Apakah kau setuju?”
Doni terdiam lagi.
“Ada sosok aneh mendekat..” Doni berkata sembari memejamkan mata.
Selama berteman bersama Doni, baru kali ini feri melihat perilaku ‘aneh' sahabatnya itu.
“Doni.. Apa yang kau katakan? Doni..” Feri menguncang-nguncang tubuh Doni. Temannya yang satu ini memang sedikit misterius. Doni seakan baru sadar setelah diguncang oleh Feri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW STAR (Selesai)
FantasyManusia sebetulnya memang mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mengendalikan kekuatan air, bumi, udara, atau apapun itu, kekuatan ini biasa disebut sebagai "Kinesis". Bintang-bintang ciptaan Meara membantu kekuatan dalam diri kelima pemegang "Rain...