Tinggal satu hari lagi persembahan oleh warga kampung di tempat Feri dilaksanakan. Setiap warga yang bertugas sudah sibuk mempersiapkan makanan- makanan untuk sesajen. Doni disuruh oleh mereka supaya tidak kemana-mana, ia telah dikurung dalam sebuah kamar khusus. Di sanalah tempat tumbal-tumbal sebelumnya ditahan. Baik keluarga Doni dan siapapun juga tak mampu menghentikan ritual yang telah berlangsung sejak lama ini.
Sebagai sahabat sedari kecil, Feri sudah menganggap Doni adalah saudara kandungnya sendiri. Teringat olehnya kenangan-kenangan masa lalunya yang hampir setiap hari bermain bersama anak remaja misterius ini. Apalagi dikala pertama kali Feri mengenalnya.
Hari itu cuaca begitu mendamaikan. Angin semerbak lembut menyentuh permukaan gunung, daun-daun teh menari-nari dihembus angin sepoi-sepoi. Lapangan luas yang penuh rerumputan hijau kecil dan dikelilingi oleh rentetan pohon teh itu menjadi lokasi terkeren untuk berlatih bela-diri. Apalagi hari itu langit biru tanpa sedikitpun tertutup awan.
Anak-Anak yang mengikuti latihan bela-diri sudah berkumpul di lapangan. Semangat mereka begitu membara.Kala itu Feri masih berusia sekitar 10 tahun, sama halnya dengan usia Doni.
“Dia orang gila.. Jangan terlalu dekat.” Kata sekumpulan anak. Feri melihat ke arah seorang anak yang berdiri sendiri, mematung. Tak ada satupun anak yang berada di sampingnya. Feri jadi penasaran akan anak tersebut, ia mendekatinya.
“Hai..” Feri menyapa.
Anak itu tetap diam layaknya patung. Feri menatap penuh keheranan.“Kau lihat apa?” Tanya Feri Lagi.
Anak itu masih tetap diam.
Feri benar-benar tidak mengerti, 'Orang ini mungkin betul-betul sudah gila' Pikirnya, Mengerenyitkan kening. Feri melangkah untuk menjauh.
“Ada wanita setengah ular bersembunyi di balik kumpulan pohon teh.” Tiba-tiba ia membuka mulut. Feri berhenti, menoleh. Tidak mengerti.
“Orang ini.. Benar-benar sudah gila” Feri tak menghiraukan.
“Kita harus lari dari sini.” Tiba-tiba anak itu menarik paksa Feri. Feri yang tidak mengerti maksudnya, menolak, menghentikan lari.
“Ular-ular itu menyerbu..” Kedua bola mata anak itu terpelotot, begitu ketakutan.
“Hah Ular? Dimana?” Mendengar itu Feri tersergap, ia begitu takut kepada ular. Meskipun belum percaya, ia akhirnya menurut untuk lari dari situ.
Ternyata apa yang dikatakan Doni benar, ketika mereka sudah sampai di kampung, terdengar kabar bahwa banyak anak-anak yang hendak latihan diserbu oleh puluhan ular putih. Semenjak itulah Feri menyadari kalau Doni tidaklah gila, ia bisa melihat apa yang orang biasa tidak bisa lihat. Mulai hari itu juga persahabatan antara mereka mulai terlihat.
“Meara ingin mengatakan sesuatu,Feri.” Lion memecah lamunan Feri yang tengah mencari cara menyelamatkan Doni.
“Para pemegang Rainbow Star membutuhkanmu, Feri. Kau harus cepat datang ke sini.” Meara berkata dalam telepati.
“Ta..Tapi.. ada sesuatu yang harus aku lakukan..” Feri menjawab.
“Ini jauh lebih penting, Gavin kembali menyerang bumi bagian barat, dan dia tidaklah sendiri.”
“Sial…” Feri mendesis. Batinnya kebingungan, apakah harus menyelamatkan sahabatnya, atau menyelamatkan bumi. Pikiran Feri berperang.Di satu sisi dunia butuh dia, dan disisi lain nyawa sahabatnya tinggal menunggu waktu. Mata Feri terpejam, Ia berusaha memutuskan.
“Maafkan aku, Doni.” Feri memutuskan. Ia akhirnya berangkat menuju bumi bagian barat. Setengah jam kemudian Feri sampai. Kakek Jerolin menyuruh Feri mengenakan jubah coklat dan penutup mulut, sama halnya seperti yang dikenakan Vera, Feri,Ling-Ling dan Meara dengan warna Kostum yang berbeda sesuai dengan Warna bintang mereka. Persis seperti seorang ninja.
“Kostum ini akan menyembunyikan identitas kalian.” Jerolin ikut mengenakan jubah putih sekaligus penutup mulutnya.Di kota bumi bagian barat, suasana sangatlah kacau. Gavin dengan wujud kingkong berkepala tiga datang mengacau. Beberapa petugas keamanan kota mengerahkan berbagai senjata untuk menyerangnya. Suara tembakan bercampur jeritan warga kota memenuhi langit-langit. Tembakan-tembakan itu tak berpengaruh sama sekali pada kulit Gavin. Gavin terus menghancurkan gedung- gedung dan beberapa rumah.
Sementara Kosmo, Ling-Ling dan Vera sibuk mengamankan warga. Kosmo menerbangkan sebagian warga untuk menjauh, Ling-Ling menggunakan kekuatan air untuk menahan runtuhan agar tidak menimpa siapapun, Dan Vera dengan kekuatan tanaman terus melilit dan mengangkat orang-orang agar tidak berada disitu.
Feri, Jerolin dan Meara bersiap untuk melawan Gavin.
“Dimana Andet?” Feri bertanya.
“Entahlah, sampai hari ini ia tidak ada kabar sama sekali.” Kakek Jerolin menjawab.
“Bukankah kakek bisa melihatnya ketika melalui telepati seperti hari itu?”
Tanya Feri Lagi.
“Hal itu bisa dilakukan jika tuan dari Zoodam bersedia.” Jawab kakek Jerolin.
Feri tidak mengerti akan hal itu, tak mau terlalu membahasnya, Feri sudah mengubah dirinya menjadi tanah untuk menghadapi Gavin. Ketika Meara, Jerolin dan Feri hendak menyerang Gavin, seseorang datang menghentikan langkah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW STAR (Selesai)
FantasiManusia sebetulnya memang mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mengendalikan kekuatan air, bumi, udara, atau apapun itu, kekuatan ini biasa disebut sebagai "Kinesis". Bintang-bintang ciptaan Meara membantu kekuatan dalam diri kelima pemegang "Rain...