Kim Dokja's Company

12K 1.5K 144
                                    

Sorot matanya menatap sosok serba hitam yang tengah memijit pelipisnya.

Sosok itu dikelilingi oleh banyak orang. Dimulai dari perempuan berambut pendek yang sedang berteriak ke arah Jonghyuk heboh.

Dokja langsung tahu siapakah sosok itu. Dia adalah Han Sooyoung.

"Yang benar saja!" Teriak Han Sooyoung tak percaya setengah mati.

"Omong kosong macam apa itu, Yoo Jonghyuk!"

"Hah. Sudah kubilang aku juga tidak tahu." Balas Jonghyuk. "Dan jangan berteriak seperti itu, Han Sooyoung."

Han Sooyoung mencibir.

Brak!

Tiba-tiba saja pintu didobrak oleh dua bocah yang langsung melesat memeluk sosok Kim Dokja.

"Ahjussi!"

"Hyung!"

Kim Dokja tak protes saat Lee Gilyoung dan Shin Yoosung menelusupkan kepala kecil mereka ke dadanya.

"Grr." Sedangkan Yoo Jonghyuk menggeram tak suka.

Kim dokja terkekeh geli.

Melihat tingkah Yoo Jonghyuk merupakan sebuah hiburan baru baginya setelah sekian lama tertidur di kasur rumah sakit.

"Halo, Ahjussi!" Sapa gadis yang merupakan murid Yoo Jonghyuk itu muncul dari balik pintu kamar.

Gadis itu melambai. Kim Dokja membalasnya dengan anggukan lemahnya.

"Akhirnya kau sudah bangun." Lee Jihye masuk kedalam kamar dan menaruh sekantung basket buah di atas nakas.

"Kau tidak tahu betapa menyusahkannya mengusir master dari sisimu saat di rumah sakit." Bisik Lee Jihye pelan berharap sang master tak mendengar.

Kim Dokja yang baru tahu tentang berita itu hanya ber-oh ria sebelum melanjutkan ucapannya.

"Hmm, begitukah? Yoo Jonghyuk benar-benar sudah berubah, ya."

Lee Jihye tertawa puas. Ternyata sosok didepannya itu benar seorang Kim Dokja yang hobi menjahili masternya.

"Kenapa tertawa?" Potong Yoo Jonghyuk dengan dengkusan kasar.

"Ayolah, Yoo Jonghyuk. Jangan kasar seperti itu pada pasien rumah sakit." Yoo Jonghyuk tahu betul sanggahan siapa yang ia dengar barusan. Han Sooyoung.

"Diam kau."

"Hah? Apa kau bilang?!"

Lalu pertengkaran Yoo Jonghyuk dan Han Sooyoung dimulai.

Sedangkan, Kim Dokja disibukkan dengan kedua bocah yang sedang ingin dimanja olehnya.

"Ahjussi, aku merindukanmu." Rengek Shin Yoosung lucu.

"Tapi, Hyung merindukanku bukan kamu. Wlek." Lee Gilyoung menjulurkan lidahnya bermaksud mengejek.

"Kenapa bocah-bocah ini merindukan Ahjussi, sih?" Gumam Lee Jihye yang memasang raut aneh.

"Memangnya kenapa?" Kim Dokja memfokuskan perhatiannya pada Lee Jihye. "Apa kau tidak merindukanku?"

"Hm." Lee Jihye menggeleng, "Tidak."

Hati Kim Dokja bagai tertusuk anak panah yang tajam.

"Ada orang yang lebih merindukanmu daripada aku." Lanjut Lee Jihye sembari menatap ke arah Yoo Jonghyuk yang masih melanjutkan argumennya dengan Han Sooyoung.

"..." Kim Dokja tak menjawab.

Ia tidak boleh naif saat menanggapi perasaan Yoo Jonghyuk yang berubah saat ia terbangun.

"Ahjussi?" Shin Yoosung yang menyadari Kim Dokja melamun langsung memanggilnya.

"Hmm?"

"Kapan Ahjussi bisa keluar dari rumah sakit? Aku ingin main denganmu." Pinta Shin Yoosung dengan matanya yang memelas imut.

Lee Gilyoung tak mau kalah, "Bermainlah dengan kami, Hyung."

Kim Dokja tampak berpikir beberapa saat. Dan ketika ia ingin menjawab, sosok serba hitam itu menyela.

"Dia masih harus istirahat. Jangan mengajaknya bermain terus."

Kim Dokja melotot kearah Yoo Jonghyuk dan memukul pinggang pria itu.

"Jangan kasar pada anak-anak." Desis Kim Dokja.

"Aku tidak kasar."

"Bohong."

"Hn."

Lee Gilyoung dan Shin Yoosung cemberut. Tak lagi menempel pada tubuh Kim Dokja.

Kim Dokja tak senang melihat kedua bocah itu sedih.

Ia pun menarik Coat hitam Yoo Jonghyuk dan meminta pria itu untuk mendekatinya.

Bibirnya ia dekatkan kearah telinga Yoo Jonghyuk, "Biarkan mereka mendatangiku setiap hari, ya?"

Yoo Jonghyuk tertegun mendengar itu.

"Apa?! Tidak boleh." Teriak Yoo Jonghyuk sedikit kasar.

"Kenapa?"

Yoo Jonghyuk tak mau menjawab.

"Ayolah--"

"Kalau begitu aku juga mau mendatangimu setiap hari, Dokja-ssi."
Suara ramah muncul dari daun pintu yang terbuka.

Kim Dokja tahu sosok siapa saja yang tengah berbaris didepan pintu.

"Heewon-ssi, Hyunsung-ssi, Sangah-ssi!"

Sejujurnya, ia senang melihat ketiga anggotanya itu datang menjenguknya.

Yoo Sangah berjalan cepat untuk menghampiri Kim Dokja yang masih duduk di atas kasur rumah sakit.

"Dokja-ssi, bagaimana keadaan tubuhmu?"

Rautnya penuh dengan ekspresi lega bercampur khawatir.

"Seperti yang kau lihat, badanku masih belum bisa bergerak bebas." Jawab Kim Dokja dengan nada suaranya yang masih lemah.

Melihat kondisinya yang rapuh, Yoo Sangah menundukkan kepalanya sedih.

Kim Dokja tak suka dengan ekspresi itu. Ia pun menaruh tangannya di pundak Yoo Sangah.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan segera sembuh." Ujar Kim Dokja mencoba menenangkan Yoo Sangah.

Dan wanita itu pun mengangguk paham.

Kim Dokja tersenyum kecut. Perasaan hangat saat dikelilingi teman-temannya tidak pernah ia rasakan selama ini.

Rasanya aneh. Namun bohong rasanya jika Kim Dokja tak merasa haru.

Melihat sang protagonis yang muncul dihadapannya dan merawatnya sepanjang waktu.

Mendengar sumpah serapah sang penulis yang menyuruhnya untuk bangun.

Merasakan genggaman kuat dari tangan yang berbeda setiap harinya.

Dadanya sesak. Apakah ia yang notabene hanyalah seorang *Dokja  berhak menerima semua itu?

Yoo Jonghyuk menatap kearah Kim Dokja yang melamun.

Tangan kasar nan dinginnya menyentuh pipi pucat Kim Dokja.

Kim Dokja menaikkan pundaknya terkejut.

Matanya menoleh kearah Yoo Jonghyuk yang sudah menatapnya dalam.

"Ada apa?" Tanya Yoo Jonghyuk.

Kim Dokja menggeleng ragu sebagai jawaban. Yoo Jonghyuk menyipit curiga.

Kim Dokja tahu jawabannya tidak akan memuaskan pertanyaan Yoo Jonghyuk.

Tangannya yang lentik beralih menyentuh tangan kasar milik Yoo Jonghyuk.

Bibir ranumnya bergerak. Membisikkan sesuatu pada Yoo Jonghyuk.

"Aku mau tidur."

While You're Sleeping [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang