Jeffrey Esa Kurniawan
Dulu sekali, selagi Akio menumpang tinggal di perut ibunya, Gladis pernah menyambangi arena balap di Malaysia untuk memberi gue dukungan. Dalam satu kali kesempatan itu, gue tidak bisa menunjukkan performa terbaik. Justru sebaliknya yang terjadi. Gue mengalami "luka ringan" yang bikin Gladis khawatir berlebihan dan berakhir dengan kita bertengkar hebat. Alhasil, Akio lahir sebelum waktunya.
Berkaca pada kehidupan sahabat yang ditinggal pergi istrinya padahal masih ada anak-anak berusia sangat belia, gue tergerak untuk tidak ingin berada jauh dari keluarga kecil gue sebisa mungkin. Gue tidak mau menyesal di akhir dengan menomorduakan kebahagiaan bersama. Sekarang Akio sudah dua tahun, sudah cukup besar untuk gue ajak ke mana-mana. Maka, turnamen musim ini menjadi ajang pertama kalinya gue memutuskan untuk memboyong serta istri dan anak.
"You mean, like, I am going around the world with you?"
"Ngh, something like that." Gue tidak bisa menahan senyum saat melihat binar antusias di mata Gladis. "Gimana? Mau ikut aku, nggak?"
"Of course, I'll go!" Gladis bertepuk tangan heboh. "Aku masih punya satu tahun sampai aku dapat izin kamu untuk lanjut kerja. Anggap aja ini sebagai liburan panjang."
"Well, Shasha. I am so happy because you're happy. I thought you hate my job."
"Aku nggak gitu. Aku menghargai pekerjaan kamu. Dari dulu kita mempermasalahkan pekerjaan karena hal ini yang bikin kita terpaksa menjalin long distance relationship. Tapi kan, sekarang jarak sudah terkikis. Aku sama Akio bisa dukung kamu dari dekat."
Persetujuan Gladis berhasil gue dapatkan. Gue tinggal menyusun strategi agar Gladis dan Akio dapat tinggal bareng gue dengan nyaman. Untungnya, segala persiapan dapat diselesaikan tanpa hambatan berarti.
Tahun ini pertandingan akan dimulai pada akhir bulan Maret dan berakhir di November. Seperti biasa, pada paruh pertama, pertandingan dilaksanakan layaknya Europe tour. Paruh berikutnya baru menyambangi sirkuit-sirkuit di benua Asia.
Dengan padatnya jadwal pertandingan gue, dari jauh-jauh hari gue sudah mewanti-wanti Gladis agar tidak kaget. Kita mempersiapkan banyak hal, terutama kebutuhan Akio, untuk meminimalisir kemungkinan bocah itu merengek minta pulang karena tidak betah.
Petualangan kita dimulai dari Qatar, negara penyelenggara Grand Prix sebagai pembukaan MotoGP musim ini. Begitu pesawat mendarat, kita dijemput oleh kru. Gue bilang ke Gladis bahwa selama satu setengah minggu ke depan kita bakal menghabiskan waktu dengan tinggal di motorhome, sejenis truk yang dibuat layaknya apartemen sebagai tempat tinggal sementara. Begitu sampai, Gladis terkejut.
"Tahu nggak sih, aku suka banget lihat pengalaman vlogger tinggal di campervan tiap liburan musim panas. Aku nggak berani mimpi untuk merasakan apa yang mereka rasakan, cause it will be too much to be happened in my life. But, here I am, standing inside a truck with amazing interior!"
"Do you like it?"
"It's cool!"
Gue tertawa mendengar nada bicaranya. Gladis jarang terlihat benar-benar bergembira seperti sekarang. Cuma sekali, saat kita berdua tahu keberadaan Akio untuk pertama kali. Saat itu ia tertawa sambil menangis saking senangnya. Kini gue bisa melihatnya lagi. Bahkan, sejak mendengar ide gue untuk membawa Gladis dan Akio ikut tur, dia selalu tampak antusias.
Gue senang. Itu berarti, rencana gue berhasil. Rencana untuk bersenang-senang bersama keluarga sambil bekerja.
"Kamu menikah sama atlet sukses dengan penghasilan jutaan dolar per tahun, Shasha. Hal kayak gini bisa kamu dapatkan dengan mudah. Kamu tinggal bilang ke aku, aku cariin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Race Track
Fanfiction[lanjutan cerita keluarga Jeffrey dari universe #bcrush] Shasha itu nyebelin. Dia nggak ngerti kemauan gue sebagai laki tuh gimana. Padahal kita sudah menikah hampir empat tahun. -- Jeffrey Esa Kurniawan Jeffrey itu egois. Aku sudah usaha keras biki...