01 - Skrinning
------------------------------
Rayya mengambil napas banyak-banyak lalu menghempaskan dengan kasar, saat ini dia benar-benar gugup.
Asli sih, dia gugup setengah mampus!
Sesampainya di depan sekretariat BEM Univ, Rayya menatap lamat-lamat, mencoba meyakinkan hati kecilnya untuk melangkah masuk.
"Semangat, Rayya!" seru Ajeng dengan senyuman yang merekah, secerah cuaca pagi ini.
Sejenak Rayya melirik kesal kepada Ajeng, "Fakyuuu!" balasnya, yang mampu membuat Ajeng tergelak terbahak-bahak.
Ada cewek dengan tampilan swag di depan pintu masuk.
"Bisa liat formulirnya?"
Rayya mengangguk, dia merogoh isi tasnya untuk menemukan formulir yang sudah diisinya kemarin malam dengan keadaan terpaksa.
Kalau tidak begitu, Ajeng akan menangis dan menjauhi Rayya selama sisa dunia perkuliahan mereka. Agak seram memang ancamannya.
"Oke, tunggu di dalam aja, ya," saran cewek penjaga meja registrasi tersebut.
Rayya tak tau bahwa mahasiswi disini boleh bergaya swag seperti itu.
Gelang rantai, celana jeans bolong-bolong dibalut dengan kemeja yang kebesaran dimana semua kancingnya terbuka memperlihatkan kaos hitam polosnya.
Sesampainya di dalam ruangan yang prasangka awal Rayya, ruangan ini tidak lebih besar dari luas kamarnya. Namun, sayangnya, Rayya salah besar.
Ruang sekretariat BEM Univ sangatlah luas. Seperti satu rumah namun masih dalam standar rumah biasa saja, bukan rumah gedongan.
Fasilitasnya lengkap. Ada dispenser bahkan rice cooker segala. Coba bayangkan, lengkap sekali ruangan ini.
Rayya memilih duduk selonjoran menghadap banner kabinet periode ini yang dipasang di dinding.
Beberapa wajahnya Rayya kenali karena pernah berinteraksi saat proker Hima terdahulu. Dan beberapanya lagi benar-benar asing dimata Rayya.
"YANG JELAS KALO NGOMONG!"
Semua orang yang ada di ruangan ini seketika diam dan menatap ke satu arah, dimana terlihat dua orang laki-laki saling berhadapan.
Laki-laki yang pertama, Rayya kenali sebagai ketua BEM Univ saat ini. Laki-laki itu berasal dari Sumatera Utara jadi wajar kalau nada bicaranya terkesan galak. Laki-laki itu juga yang tadi berteriak dengan lantangnya.
Di hadapannya, terdapat laki-laki dengan wajah yang nyeleneh abis!
Wajah itu tetap datar walaupun mendapat teriakan menggemparkan seperti itu.Wah, hebat sekali dia.
"Jadi, jawaban lo apa?" tanya Bang Jordan. Ketua BEM Univ saat ini yang tinggal menghitung hari saja sudah lengser dari jabatannya.
Laki-laki di depannya bersuara dengan lantang, mungkin karena semua orang masih terdiam, jadi mau tidak mau suara laki-laki tersebut terdengar jelas sekali,
"Gue nggak mau munafik, Bang. Gue bakal pilih masuk kelas ketimbang ikut acara BEM," jawabnya dengan santai.
Semuanya menahan napas.
Bisa-bisanya laki-laki itu bicara santai dan memilih masuk kelas dibanding menghadiri acara BEM, di depan ketum BEM pula. Pasti punya nyawa tujuh.
"Dengan catatan, acara BEM tersebut tidak menjadi tanggung jawab departemen gue, nantinya. Lalu gue nggak berperan penting dalam acara tersebut dan masih ada anggota lain yang menghandle ketidak hadiran gue yang dikarenakan sibuk menutupi absen bolong-bolong dan menunda surat drop-out jadi milik gue," lanjut laki-laki tersebut dengan penekanan disetiap katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Hati Raden | Mark Lee X Yeri Kim
Hayran KurguKehidupan seorang Raden Pangestu Adiwinata itu bentuknya horizontal. Datar. Flat. Siapa kira bahwa dipertengahan hidupnya, Raden mengalami metanoia. Menyebabkan dirinya mengubah dunia nyaman yang telah dibangun. Laki-laki itu juga lebih sering mende...