•-🌧 11 🌧-•

167 21 8
                                    

Happy Reading...

Diam, melamun menatap jendela kelas. Itulah yang Gaeun sedang lakukan saat ini. Tak peduli pada sekitar.

"Gaeun" suara Hari menginterupsi.

Gaeun menoleh sebentar. Berusaha juga terlihat baik-baik saja. Seolah tak ada yang terjadi. Tapi.. Tidak bisa! Ia terus memikirkan apa yang terjadi kemarin malam.

"Gwaenchana?" hanya anggukan yang Hari dapatkan.

Berusaha menghibur. Hari menyikut lengan Gaeun. Matanya menyipit menggoda, "hayooo mikirin siapa?"

Gaeun hanya menggeleng. Ia terus saja melamun.

"Ciee yang beda alam" itu suara Hyunwoo. Bermaksud menggoda. Tentu saja tak berguna. Hari menggeplak kasar punggung nya. "Bodoh" rutuknya pada Hyunwoo.

"Ada apa?" tanya Hari lagi. Lagi lagi Gaeun tak menjawab, hanya gelengan pelan yang Hari dapatkan.

"Terserah kamu, mau cerita apa enggak. Tapi, aku disini. Walau pun engga sekarang, kamu bisa cerita apa aja kapan aja kok. Ingat ya? Aku disini"

Gaeun hanya mengangguk lagi. Ia tahu, sahabatnya ini hanya ingin membantu. Tapi tak ada tenaga untuk menceritakan kejadian kemarin malam. Mengingat nya saja benda bening dimata yang biasa disebut air mata itu ingin keluar dengan deras.

Suara bel sekolah yang entah sejak kapan sudah diperbaiki itu menginterupsi warga sekolah. Yang tadinya berisik tak karuan berubah menjadi hening, menunggu seorang guru yang mengisi kelas mereka.

Setelahnya pembelajaran dimulai.

•-🌧🌧🌧-•

"Dah Gaeun" pamit Hari pada sahabat nya sembari melambaikan tanganya.

"Dahh" balas Gaeun juga membalas lambaian tangan Hari.

Berjalan sendirian lagi kerumah. Dirumah pun juga sama, sendirian. Gaeun hanya mengisi keseharian nya dengan belajar, bermain ponsel, kadang juga berkeliling seperti kemarin malam. Ah, kenapa harus teringat malam itu. Gaeun sangat membenci daya ingatnya yang kuat. Bahkan dirinya masih mengingat semua dialog yang mereka keluar kan dari mulut.

"Aishh, sial!" desah Gaeun frustasi.

"Kenapa harus dia? Kenapa dia beda alam? Kenapa waktu itu aku membantunya? Kenapa aku harus mengenalnya?"

Air mata Gaeun meluncur begitu saja. Ia ingin meluapkan emosinya, tapi sia-sia tak ada gunanya.

Pertanyaan 'Kenapa' tentang Vampir itu terus mengitari, mengisi otak Gaeun. "Kenapa bisa aku jatuh cinta pada vampir? Kenapa??" tangis Gaeun pecah.

"Aku gila! Engga bisa bedain mana manusia mana vampir! Bisa-bisannya aku mencintai vampir! Bodoh!" Gaeun terus menyalahkan dirinya.

Dijam yang seharusnya ia gunakan untuk belajar ini justru ia gunakan untuk menyalahkan dirinya sendiri. Tak peduli dengan pelajaran yang akan datang besok. Toh, semua tugas sudah dia kerjakan jauh-jauh hari. Anak teladan bestiezzz

Lelah menangis, Gaeun yang tadinya menangis di kasur kini tertidur lelap dengan mata bengkak. Sendirian dirumah lumayan menguntungkan baginya, karna tak ada yang tahu jika dirinya sedang menangis.

Angin berhembus teratur, masuk lewat jendela kamar Gaeun. Menerpa rambut panjang Gaeun menutupi wajah gadis itu.

Sesosok pria dengan rambut silver, tak lain adalah Ian. Ia datang diam-diam. Walau di siang hari, ia nekat karna sangat merindukan Gaeun. Padahal baru kemarin malam mereka bertemu, tapi tidak mulus.

Menyilakkan rambut yang menutupi wajah Gaeun dengan perlahan. Ian memandang sendu. Melihat mata Gaeun yang bengkak, ia menerka-nerka jika gadis itu habis menangis.

"Maaf, seharusnya waktu itu kau tidak menolongku"

"Seharusnya juga, aku tidak memberimu payung saat hujan dihari itu"

"Atau mungkin, aku tidak mengatakannya malam itu. Tapi,, aku pergi begitu saja mungkin sudah cukup untukmu. Tanpa membuatmu menderita"

Gaeun mudah bangun dari tidur. Ia tahu jika Ian sedang disini, bersamanya. Gaeun mendengar semua yang dikatakan Ian.

Lagi, Gaeun merasakan Ian menyentuh dahinya, dan menyilakkan rambut nya. Cepat, Gaeun merubah posisi nya dari tidur menjadi duduk, tak lupa ia mencekal tangan Ian. Ian tentu saja terkejut.

"Kenapa?" Gaeun berucap lirih.

"Kenapa kau kembali"

Tbc-!
aiii :)
terserah, mau vote apa ngga. itu hak kalian :)
n, makasih banget yang stay tune sama cerita² ku <3

Under Rain • Shinbi's House • [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang