Selamat ulang tahun, sayang

684 71 6
                                    

Note : repost? Credit ke saya

"Kurasa...dia selingkuh," Ray menundukkan kepalanya, raut wajahnya yang awalnya biasa saja, sekarang berubah menjadi murung.

"Tidak mungkin Norman selingkuh, aku tau dia sangat mencintaimu Ray," ucap Gilda berusaha menenangkan temannya itu.

"Lalu, kenapa dia jarang di rumah? Kenapa dia jarang memperhatikanku? Dia bahkan tidak pernah berbicara denganku seminggu ini," air mata mulai tergenang di mata indah milik Ray.

"Ayolah, kau jangan memikirkan hal-hal negatif seperti itu, mungkin belakangan ini dia sangat sibuk? Aku benar-benar sangat yakin dia tidak akan selingkuh, Norman itu orang yang sangat setia," Gilda menekankan beberapa kata pada kalimatnya.

"Tapi..."

"Ray, kau mencintainya kan?" Ray mengangguk, "kalau kau benar-benar mencintainya, percayalah padanya, jangan ragukan dia," Gilda tersenyum penuh keyakinan.

     Ray menghela nafasnya berat, ia berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "baik, terima kasih karena telah bersedia mendengar curhatanku, aku harus pulang sekarang, aku harus menyiapkan makan malam," setelah itu, Ray pergi meninggalkan rumah yang dihuni dua orang sahabatnya.

"Kalian berdua berbicara tentang apa tadi?" Sebuah kepala dengan sepasang antena muncul dari balik pintu kamar.

"Emma, ha.....kita sudah membicarakan ini beberapa hari lalu," Gilda menatap Emma dengan wajah datar.

"Yang...oh! Yang itu ya?!" Emma memukulkan tangan tangannya ke telapak tangan kirinya, Gilda hanya bisa menghela nafas.

     Sementara itu, Ray masih berada di tengah perjalanan, ia sibuk memikirkan sikap suaminya yang berubah beberapa hari terakhir. Saat ia sampai di depan pintu rumahnya, ia berhenti sejenak, menatap kenop pintu rumah yang ia tinggali berdua bersama suaminya. Ka menghela nafas, kemudian memutar kenop pintu. Ketika ia membuka pintu, hanya kegelapan yang ia lihat, bahkan cahaya yang ada di rumahnya hanya berasal dari pintu yang baru saja ia buka. Semua gorden ditutup, padahal ia yakin ketika ia meninggalkan rumah, ia tidak menutup gordennya. Ia menutup pintu, tangannya meraba-raba dinding, mencoba mencari saklar, setelah ia temukan, ia tekan saklar itu, dan ia terkejut dengan apa yang pertama kali ia lihat setelah lampu hidup.

     Di depannya, berdiri seorang pria tinggi, yang mengenakan jubah bertudung dengan warna serba hitam, tudung jubah itu menutupi wajahnya, sehingga wajahnya tidak terlihat sama sekali.

"K-kau siapa???" Tanya Ray dengan wajah ketakutan.

     Pria itu menggerakkan tangannya ke belakang tubuhnya, Ray yang melihatnya memasang kuda-kuda pertahanan. Tangan pria itu bergerak cepat ke depan wajah Ray, sehingga Ray tersentak mundur karenanya.

"Selamat ulang tahun, sayang," ucap pria itu yang ternyata di tangannya sedang memegang setangkai mawar merah.

"No-norman?" Ray menatap wajah pria yang tertutup tudung itu, perlahan tangannya bergerak, membuka tudung yang dipakai pria itu, di balik tudung itu, terdapat wajah seorang pria tampan dengan senyum penuh makna yang terpampang di wajahnya tampannya.

"Ray, maafkan aku karena telah mengabaikanmu seminggu ini, aku benar-benar sangat bingung harus memberi hadiah apa untuk ulang tahunmu, dan akhirnya, aku menemukan ini," Norman mengeluarkan sebuah kotak kecil memanjang dengan pita terikat rapi di atasnya, kemudian ia membuka kotak itu, dan memperlihatkan sebuah kalung yang sangat indah pada Ray.

"Bagaimana? Kau suka?" Tanya Norman.

"A-aku..." Air mata perlahan jatuh, membasahi pipi Ray, "aku sangat menyukainya," Norman sangat senang mendengarnya.

"Ray, berbaliklah! Aku akan memakaikannya untukmu."

     Ray mengangguk, ia membalikkan badannya, Norman mengangkat kalung itu, dan memasangkannya di leher Ray, kemudian mengecup leher Ray singkat.

"Hei...geli!" Ucap Ray terkekeh.

     Norman membalikkan tubuh Ray menghadapnya, ia sentuh pipi Ray yang masih basah karna tangisan bahagianya, ia mengusap air mata itu, dan kemudian mengecup bibir ranum milik Ray, ciuman itu adalah sebuah ciuman kecil, namun penuh dengan cinta, tak lama ciuman itupun lepas.

"Terima kasih, Norman, terima kasih banyak," ucap Ray dengan senyuman bahagia.

"Sama-sama sayang," sekali lagi, Norman menutup jaraknya dengan sang istri.

//The End//

Ya...maaf dah lama ga update, sejak masuk SMA aku jadi tambah sibuk, wkwkwk.....

Btw...

Hope you guys enjoy this story, cyaaa!!!

NorRay OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang