Hari ini

1.9K 191 69
                                    

Note : Disini Leslie masih hidup, dan dia ayahnya Ray. Dan mereka make baju kayak gambar di atas.

◇~◆~◇~◆~◇~◆~◇~¤~◆~◇~◆~◇~◆~◇

14 Februari 2021

Ray's POV

'Kriiing....'

     Ku ulurkan tangan ku untuk mematikan alarm di atas sebuah lemari kecil yang sengaja ku letakkan di sebelah kasurku. Lemari itu ku gunakan untuk menyimpan buku gambarku.

     Aku duduk dari tidurku, ku kucek mataku, lalu ku tolehkan kepalaku ke arah lemari kecil di sampingku itu, ku lihat kalender yang berada tepat di sebelah jam weker kecil ku.

"Tanggal 14 ya? Kenapa aku melingkari tanggal itu? Apa ada sesuatu yang spesial? Ulang tahun kah? Ulang tahun siapa ya?" Aku mencoba mengingat apa yang terjadi pada tanggal 14.

"Oh benar! Valentine, tapi tunggu, sejak kapan aku melingkari hari itu di kalender?" Aku kembali berpikir, untuk apa aku melingkari tanggal di mana itu adalah salah satu hari yang paling tidak aku sukai dalam satu tahun.

     Ya, aku tidak menyukai hari itu, itu adalah hari yang menyebalkan, orang orang saling memberikan kasih sayang satu sama lain, memberikan coklat atau bunga pada orang yang mereka suka yang belum tentu menyukai mereka kembali, kalau di ingat ingat, aku hampir tidak pernah mendapatkan coklat satu pun, atau mungkin memang tidak pernah? Kelihatan banget ngenesnya hidupku ini.

"Ah benar! Aku punya janji dengan Norman!" Aku memukulkan tinju kananku ke telapak tangan kiriku

     Aku menghela nafas sejenak, lalu turun dari kasurku, aku merapikan kasurku itu sebelum mengambil handuk, dan melangkahkan kaki ku ke kamar mandi yang berada di kamarku. Tidak butuh waktu lama untuk mandi, aku segera berpakaian, dan turun untuk sarapan.

     Di ruang makan, aku bisa melihat kedua orang tua ku sedang mengobrol di meja makan. Mereka tiba tiba menoleh ke arahku, kemudian tersenyum.

"Ray? Tumben kau bangun sepagi ini di tanggal merah." Kata ibuku terkejut.

"Ya, itu hal yang mengejutkan, biasanya kau bangun siang di tanggal merah, apa kau memiliki janji dengan seseorang?" Tanya ayahku, aku membalasnya dengan sebuah anggukan kecil.

"Siapa dia?" Ayahku mengukir sebuah seringai di wajahnya.

"Norman, siapa lagi? Yang biasanya mengajakku jalan kan dia, lagipula, aku tidak mau pergi dengan sembarang orang." Jawabku.

"Iya juga sih." Balas Ayahku.

     Aku bergabung bersama kedua orang tua ku untuk sarapan. Setelah selesai, aku membereskan peralatan makanku, berjalan menuju pintu keluar, memakai sepatu, lalu berpamitan pada orang tua ku.

"Mama, papa, aku pergi dulu!" Pamitku.

"Ok, jangan pulang terlalu malam ya!" Kata ibuku.

"Iyaaa..." Aku segera memutar kenop pintu, kemudian bergerak menjauhi rumah.

     Aku berjalan ke taman, di mana tempat seharusnya aku bertemu dengan Norman hari ini. Aku duduk di salah satu bangku yang terpampang di depan taman itu. Sembari menunggu pria beruban- maksudku Norman, aku memainkan ponselku.

     Tak lama sejak aku duduk di sana, sebuah mobil BMW putih parkir di depanku, pintu mobil itu terbuka, dan menampakkan sesosok pemuda tinggi dengan surai putih dan manik sebiru langit. Ia berjalan mendekati ku, dan berhenti tepat di depanku.

"Sudah lama?" Tanyanya.

"Tidak juga, aku baru sampai sekitar 3 menit lalu." Jawabku. Aku kemudian berdiri dari duduk ku.

NorRay OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang