"Oi Norman!" Norman menoleh ke asal suara.
Pemilik suara itu berjalan mendekati Norman, sambil membawa sebuah nampan, yang di atas nya terdapat semangkuk bubur, dan segelas air putih. Norman perlahan duduk dari tidurnya.
"Maaf ya Ray, aku merepotkanmu. Uhuk." Ucap Norman sembari tersenyum.
Ray duduk di pinggir kasur Norman, dan meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja kecil di samping kasur Norman."Hish...sudah tau fisikmu itu lemah, masih nekat mandi hujan." Kata Ray yang tengah mengambil mangkuk bubur di atas nampan, yang ia letakkan di atas meja.
"Ya...mau gimana lagi, kasian liat anak anak lain ngerengek ngajakin mandi hujan." Kata Norman yang di balas cibiran dari Ray.
Ray mulai menyuapi Norman perlahan, tangannya sedikit gemetar, nafasnya tercegat, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, pipinya tampak memiliki semburat merah. Ia berharap pemuda berambut putih platinum di depannya, tidak melihat rona di pipinya itu.
"Biarin aja! Kalo kamu sakit aku yang repot kan!" Ray mencibir sekali lagi.
"Oh, keberatan ya nih ceritanya?" Ledek Norman.
"Bukan gitu..." Ray membantah.
"Trus?"
"Dah lupain aja!!" Ray kembali menyuapi Norman dengan kesal.
Norman merasakan sosok seorang ibu di depannya, ia teringat akan Isabella, seseorang yang dulu ia panggil mama, orang yang telah membesarkannya bersama anak anak lainnya.
"Arigato mama." Ucapan itu lolos dari bibir pemuda tampan yang tengah sakit itu. Tentu saja Ray terkejut mendengarnya.
"Ma-mama?" Tanya Ray heran.
Ray memperhatikan sekitar, berupaya memastikan apakah ada orang lain selain dirinya dan Norman, namun, ia tidak dapat menemukan sosok lain disana.
"Maksud ku...mama itu, kau- Ray." Ray membelalakkan matanya, menatap Norman dengan kesal, di pipinya tampak jelas rona berwarna merah.
"Makan saja sendiri!" Ray langsung memberikan mangkuk di tangannya pada Norman dengan kasar, kemudian menghentakkan kaki keluar ruangan itu.
Norman yang melihatnya, hanya bisa terkekeh dan beranggapan bahwa, yang di lakukan Ray itu lucu. Ia mulai menyuapi dirinya sendiri dengan bubur yang di bawa Ray, ia yakin, Ray yang membuat bubur itu, karna, menurutnya tak ada yang bisa memasak lebih baik dari Ray.
Esoknya, Norman menunggu mama- Ray untuk masuk sambil membawakannya semangkuk bubur, dan segelas air putih, kemudian menyuapinya seperti hari sebelumnya.
Tiba-tiba, ada yang membuka pintu kamarnya, namun, itu bukan orang yang ia tunggu, melainkan Anna.
"Mana m- Ray?" Tanya Norman pada Anna.
"Oh, itu- dia katanya ga mau ketemu sama kamu." Jelas Anna, singkat, padat dan jelas.
"Gitu ya, masih ngambek ama yang kemarin ya?" Norman tertuduk.
"Emang dia kenapa? Kamu apain dia? Kok bisa sampe ngambek gitu?" Tanya Anna penasaran yang di balas, "ga ada apa apa kok!" Dari Norman.
Anna mencoba menyuapi Norman, tapi Norman menolak dan meminta Anna memberikan mangkuk bubur itu padanya. Anna memberikan mangkuk bubur itu pada Norman, lalu keluar dari kamar Norman.
Dengan hanya menghirup baunya saja, Norman sudah yakin kalau Ray yang membuatkannya bubur itu. Norman tersenyum kemudian mulai menyantap bubur itu.
Berhari hari Norman menunggu kehadiran Ray di kamarnya, namun, Ray tidak pernah datang sampai Norman sembuh sekalipun.
Norman mencari Ray kemana mana, namun, sampai tengah hari, ia masih belum bertemu dengan Ray. Norman hanya bisa berjalan acak setelah putus asa mencari Ray setengah hari.
Beberapa saat kemudian, ia tidak sengaja menabrak seseorang, ia langsung meminta maaf pada orang di depannya. Saat ia mengangkat kepalanya, ia tersentak.
"Mama!" Norman reflek memeluk orang yang ia panggil mama itu.
"A-apa-apaan???" Ray mencoba mendorong Norman, tapi nihil. Ia bertanya tanya dalam hati, sejak kapan sosok berpenampilan albino itu menjadi sekuat itu.
"Mama kemana aja??? Aku nungguin mama terus di kamar." Kata Norman yang masih memeluk Ray.
"Ke-kenapa kamu masih manggil aku mama heh???" Protes Ray yang merasakan wajahnya memanas.
Norman melepaskan pelukannya dan mengusap pipi Ray halus, dan berkata, "karena Ray itu seperti ibu bagiku." Norman mendekatkan bibirnya ke telinga Ray, "dan mungkin bagi anak anak kita kelak."
Ray tersentak, wajahnya memerah, hampir sewarna dengan warna tomat masak. Ray langsung memeluk Norman untuk menutupi wajah merahnya itu. Norman hanya bisa terkekeh melihat tingkah menggemaskan dari anak laki laki berambut hitam kesayangannya itu.
//The End//
//Bonus//
Norman mencari Ray kemana mana, ia kebingungan, hingga akhirnya terlintas suatu pemikiran gila di otak jeniusnya.
Segera ia pergi ke kamar ganti. Tak lama kemudian, ia keluar menggunakan sebuah kostum. Ya- itu kostum Hachi, lebah kecil yang nyari emaknya Na'udzubillah lamanya. Norman mulai berjalan jalan sambil menyanyikan sebuah lagu, yang liriknya...
"Mama...
Mama...
Di manakah kau berada?Mama...
Mama...
Ingin sekali ku bertemuNorman anak yang sebatang kara
Pergi mencari calon bininya~Di malam yang sangat dingin
Teringat sama Ray..."Melihat Norman bernyanyi menggunakan kostum Hachi, membuat orang orang sekitar ingin menari dan bernyanyi. Sampai sampai para readers yang cuma baca liriknya aja, malah ngikut nyanyi.
//The End//
Bah....bingung aku tu, antara seneng ama cemburu, Norman husbuku soalnya :")
Hope you guys enjoy this story.

KAMU SEDANG MEMBACA
NorRay Oneshot
Roman d'amourCuma kumpulan cerita random tentang Norman x Ray warning : -Top!Norman -Bottom!Ray -OOC -Cerita absurb -Bahasa baku ga baku (gmn gmn?) -Typo bertebaran -Jadi gini...jadinya gitu... [Karakternya bukan punya saya, karakter cerita disini punya Kaiu Shi...