Gift

660 65 66
                                    

       Hari yang lumayan berat untuk Norman, banyak berkas yang harus ditandatangani olehnya, tangan beserta tubuhnya sudah terasa lelah, ingin sekali ia pulang dan 'bermanjaan' dengan istrinya, padahal ia sudah menyiapkan hadiah spesial untuk istrinya itu.

     Lumayan lama, akhirnya semua berkas menjengkelkan itu selesai ditandatanganinya. Norman pun menghela napas lega, segera ia tinggalkan kantornya itu, tidak lypa membawa hadiah yang sudah ia siapkan.

     Sesampainya di rumah, pemandangan pertama yang ia lihat adalah, istrinya yang sedang tertidur nyenyak di atas sofa, dapat terdengar dengkuran halus dari bibirnya, Norman yang melihat itu tersenyum, ia berjalan mendekati istrinya yang sedang tertidur itu, ia selipkan rambut hitam istrinya ke belakang telinganya, lalu ia kecup dahi istrinya itu.

     Ray, istri Norman, terbangun dari tidurnya, akibat tindakan suaminya, wajahnya seketika berubah menjadi merah padam.

"N-Norman??" Ucap Ray gagap.

"Tidur nyenyak, sayang?" Norman tersenyum, "oh ya, aku punya hadiah untukmu, spesial," Norman memberikan setangkai bunga mawar, sekotak coklat dan juga, sebuah kotak yang berukuran cukup besar, ntah apa isinya.

     Ray menerima hadiah itu, ia membuka kotak yang ia tidak ketahui isinya itu, matanya langsung berbinar ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu. Itu adalah sesuatu yang sangat ia sukai, sesuatu yang dulu sempat ia miliki, dan harus ia relakan untuk menyelamatkan keluarganya, sebuah kamera.

"Kamu suka?" Norman bertanya, menatap wajah cantik Ray yang tengah terpana menatap kamera pemberiannya.

     Ray mengangguk pelan, "hn! Aku suka..." Ray mengalihkan pandangannya pada suaminya, ia pun mencium pipi Norman, "terima kasih idiot!" Ucap Ray dengan senyuman manis yang terpampang di bibirnya.

"Sama-sama, sayang."

"Eng...aku juga punya sesuatu untukmu, tunggu disini sebentar!" Ray berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan Norman yang penasaran dengan apa yang Ray persiapan untuknya.

     Tak lama, Ray kembali dengan membawa sebuah piring penuh dengan coklat berbentuk hati mungil, Ray pun memberikan piring itu pada Norman.

"Ini, aku membuatnya sendiri, spesial untukmu, harus kau habiskan, kalau tidak kau tidak ku beri 'jatah' dua minggu." Ucap Ray menatap Norman dingin.

"Tentu aku akan menghabiskannya, aku tidak akan menyia-nyiakan apa yang kau berikan," jawab Norman.

"Bagus!"

     Norman mendekatkan dirinya pada Ray, sampai kening mereka bersentuhan, Ray menahan napasnya karena itu.

"Ray, terimakasih," Norman mengecup bibir Ray sekilas. Ray pun mengangguk.

//The End//

Ok, pendek, banget, kek umur Conny

//plak//

Sorry, not sorry.g

Btw

Hope you guys enjoy this  story

NorRay OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang