Eye

636 60 44
                                    

"Ray, sini biar aku bantu!" Ucap seorang anak laki-laki berambut putih platinum sembari mengulurkan tangannya.

     Ray mencoba meraih tangan anak laki-laki yang sedang mengajaknya berbicara itu, tangannya mencari kesana-kemari, sebelum tangannya dipegang langsung oleh temannya itu. Anak itu membantu Ray berdiri.

"Terima kasih Norman," ucap Ray dengan sebuah senyuman tipis, entah ke arah mana.

     Pada awalnya, semuanya baik-baik saja. Ray bisa melihat semuanya, penglihatannya sangat jernih. Namun, semua itu berubah, ketika ia mencoba menyelamatkan salah satu kakaknya, Matheo, dari dahan kayu yang patah. Sejak saat itu, penglihatannya hilang.

     Sebenarnya, ia sempat putus asa, ia sempat memutuskan untuk menghentikan semua rencana yang sudah ia persiapkan bertahun-tahun. Namun, ia melanjutkan rencananya itu, karena dukungan dan semangat teman-temannya, agar ia tidak berputus asa karena kehilangan penglihatannya.

__________

     Semua rencananya sudah berjalan sekarang, Norman dan Emma sudah tahu semua tentang rahasia panti tempat mereka tinggal.

     Ia bahkan sudah diberi tahu oleh mereka tentang rahasia panti yang sudah sangat lama ia ketahui, dan bahkan kedua temannya itu sudah memberi tahu Don dan Gilda, yang sebenarnya tidak pernah ia masukkan ke dalam rencananya. Mereka sedang mencari pengkhianat sekarang, pengkhianat yang bekerja pada mama Isabella.

__________

"Mata-matanya kau kan, Ray?" Ucap Norman menatap mata Ray yang sudah lama kehilangan cahayanya itu.

"Apa maksudmu Norman?" Ray tersenyum, mencoba terlihat tidak mencurigakan.

"Kau pasti sudah paham situasi saat ini," Norman berhenti sejenak, "aku tidak hanya menaruh dua jebakan," Ray terkejut mendengarnya.

"Aku memberitahu Don kalau talinya ada di bawah kasurku, dan aku memberitahu Gilda kalau talinya ada dilangit-langit kamar mandi lantai dua, itu yang kubilang padamu dan Emma, tapi sebenarnya, aku bilang pada Don kalau talinya ada di ruang makan, dan aku bilang pada Gilda kalau talinya ada di perpustakaan, itu berarti Don sedang dijebak. Ray, kau adalah sumber informasi mama."

     Ray meraih kasur Norman dan berbaring diatasnya, ia kemudian tertawa, "sial, kukira semua berjalan sesuai rencanaku," Ray merubah posisinya menjadi duduk, "kau begitu lembek, jadi kukira aku bisa membohongi kalian lebih lama, tapi sepertinya kau menyadarinya lebih cepat dari dugaanku. Kau benar, aku adalah mata-mata mama. Sejak kapan kau mencurigaiku?"

"Sebenarnya aku muak dengan diriku karena mencurigaimu dari awal, fakta mengenai dirimu yang sudah tidak bisa lagi melihat tidak menjadi hambatan untuk menjadi mata-mata. Ray, kau sudah lama bekerja pada mama kan? Mama tak mungkin akan percaya pada orang yang baru saja menjadi mata-mata. Jadi, sejak kapan kau menjadi mata-mata mama?" Norman menekankan beberapa kata pada kalimatnya.

"Sejak dulu, kau bisa menganggapku sebagai anak anjing diantara sekumpulan sapi," Ray menjawab.

"Kau adalah satu-satunya mata-mata mama kan? Kau tetap membantu mama meskipun tahu semuanya, apa semua itu hanya tipuan?" Norman lanjut karena tidak mendapat jawaban dari Ray, "ada banyak yang ingin kutanyakan, tapi pertama-tama, berapa banyak informasi yang kau miliki? Kau benar-benar bisa menghancurkan alat pemancarnya kan?"

"Kenapa kau bertanya padaku? Apa kau akan menyingkirkanku saat aku memberitahunya?" Ray mengangkat sebelah alisnya.

"Tentu saja tidak, aku ingin kau tetap berada di sisi kami," ucap Norman.

"Apa yang kau inginkan?" Ray bertanya.

"Tiga hal, pertama, tetaplah bersama kami, kedua beritahu semua informasi yang kau tahu pada kami, ketiga, jadilah mata-mataku," Ray terkejut mendengar jawaban Norman.

NorRay OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang