Terlalu pandai
menduga duga.
Lalu mundur,
karena berprasangka
tanpa memastikan.
Ternyata salah paham
lantas menyesal.Jalani saja semua
yang ada pada dirimu,
kamulah yang paling faham.
Orang lain mungkin
bisa menilai sesuai
kapasitas kepala mereka.
Tapi tidak paham
apa yang kau rasa.💔💔💔
,
,
,
,
,Sudah 3 hari berlalu Nesya menghindari Alfaro. Ia tidak pernah bertemu Alfaro meski mereka tinggal satu rumah. Sejak kejadian pelukan itu, hati Nesya menjadi ragu kembali, ia yang awalnya sudah mulai sedikit membuka pintu di hatinya, kini oleh Alfaro pintu itu tertutup kembali.
Nesya lebih sering mengurung diri di kamarnya saat Alfaro masih di rumah. Saat pagi hari ia akan keluar hanya untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Itupun ia lakukan pagi pagi sekali saat semua masih terlelap dalam tidur mereka.
"Nesya kemana bi...??" Tanya Alfaro lagi, setiap pagi ia selalu menanyakan keberadaan Nesya yang sudah lama tidak sarapan ataupun makan malam bersamanya. Pintu kamar Nesya juga selalu tertutup. Tidak pernah di buka saat Alfaro mencoba untuk masuk.
"Di kamarnya den. Den Faro lagi berantem ya sama non Nesya...??" Tanya bi Jum yang sudah tidak tahan melihat tingkah Nesya yang tak pernah mau bertemu Alfaro. Mungkin saja Alfaro melakukan kesalahan yang membuat Nesya enggan untuk melihatnya. Meskipun sarapan atau makan siang itu tetap saja Nesya yang membuatkannya.
Alfaro seperti mengingat ingat sesuatu. "Sepertinya tidak ada bi...?? Saya ketuk ketuk kamarnya saja tidak pernah di buka bi..." cerita Alfaro.
"Tapi kalau siang jam 9 non Nesya keluar untuk menyiram tanaman sama masak makan siang buat den Faro, sampe nanti makan malam, non Nesya selalu milih makan di kamarnya den..." cerita bi jum lagi.
Alfaro mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu dimana letak kesalahannya itu. Nesya juga tidak pernah mau mengangkat telponnya atau sekedar membalas chatnya.
"Kamu kenapa sih sayang...??" Gumam Alfaro khawatir. Ia benar benar merasa kehilangan sosok Nesya yang periang.
"Ya sudah bi.. saya berangkat dulu..." pamit Alfaro pada bi Jum.
"Iya den... hati hati... semoga aden sama non Nesya bisa kembali baikan lagi." Jawab bi Jum. Ia tersenyum getir melihat keadaan majikannya itu.
Alfaro sempat mampir ke kamar Nesya, mencoba peruntungannya lagi. Siapa tahu Nesya akan membuka pintunya.
Tok tok tok...
"Sayang... mas berangkat kerja dulu ya..." suara Alfaro terdengar dari luar kamar Nesya. Namun Nesya tak bergeming, ia tetap menatap keluar jendela kamarnya.
"Kenapa kamu nikahin aku kalau ternyata kamu masih sayang sama kekasih kamu itu mas...??" Gumam Nesya lirih. Air matanya kembali mengalir membasahi kedua pipinya.
"Harusnya dari awal aku nggak usah terima pinanganmu mas, kalau tahu bakal sesakit ini, lebih baik aku tidak melangkah waktu itu. Aku sudah berusaha untuk membuka hatiku untuk kamu mas, tapi kenapa kamu tega sekali mempermainkan perasaan aku mas...??" Monolog Nesya.
Nesya teringat dengan kalimat Dimas, saat Nesya hendak pamitan untuk pulang kampung.
"Kamu nggak kenal siapa Alfaro Nes, dia udah punya tunangan. Tapi tunangannya itu lagi pergi entah kemana. Dan kamu itu cuma dijadikan mainan aja oleh dia. Lihat saja nanti, kalau Alfaro udah bosen sama kamu, pasti kamu bakal dibuang sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbour (TAMAT)
Short Story"maaf mas... bisa minta tolong, aku pinjem uangnya sepuluh ribu buat bayar bis. sekali iniiii aja..?? (sambil menunjukkan jari telunjuknya dan menunjukkan wajah melasnya) aku lupa bawa dompet tadi. Barusan nggak sengaja liat masnya punya kartu Perum...