Pada akhirnya
yang menyatukan
setiap hubungan,
entah dalam pernikahan
atau persahabatan,
adalah percakapan.Oscar Wilde
🍁🍁🍁
¡
¡
¡
¡
¡
Sebulan lebih sudah kejadian lalu itu terjadi, sekarang hubungan Nesya dan Alfaro semakin lengket saja seperti perangko. Alfaro yang memang sudah mencintai Nesya dari awal pertemuan mereka saat di bis waktu itu. Membuatnya semakin mengeratkan ikatan cintanya kepada Nesya setelah ungkapan Nesya waktu itu.Alfaro seolah punya energi tambahan untuk hidupnya saat Nesya sudah mulai menempati singgasananya di hati Alfaro. Ia tak menyangka kalau Nesya akan secepat ini menerima hatinya. Bahkan meski sampai satu atau dua tahun ataupun lebih dari itu Alfaro akan tetap bersabar untuk menunggunya. Tapi ternyata kenyataan lebih indah dari dugaannya, Nesya lebih cepat menanamkan rasa sayangnya untuk Alfaro.
Kini bekal makan siang untuk Alfaro juga lebih sering Nesya yang mengantarkannya sendiri, hanya agar ia bisa makan siang bersama dengan Alfaro. Terkadang Alfaro juga mengajak Nesya untuk ikut ke kantornya, Alfaro hanya tidak ingin Nesya merasa bosan di rumah terus.
Saat ini ia memang belum bisa membawa Nesya untuk berbulan madu pernikahan mereka yang tertunda. Karena Alfaro sedang menyelesaikan segera kontrak kerjanya dengan salah satu client nya yang hampir saja selesai. Ia janji setelah ini, ia akan mengajak Nesya jalan jalan kemanapun yang Nesya inginkan.
"Hueekkk..."
"Sayang... kamu kenapa...??" Tanya Alfaro saat mereka sedang menikmati sarapan mereka pagi ini. Alfaro khawatir karena tiba tiba saja Nesya mual seperti mau muntah saja. Sedangkan tadi Nesya terlihat sehat sehat saja.
"Nggak tahu nih mas, tiba tiba aja perut aku mual, rasanya mau muntah. Kepalaku juga mendadak pusing, mungkin aku masuk angin kali ya mas...?? Hueeekkk.." jawab Nesya sambil menahan rasa mual yang menderanya saat ini.
"Kita ke dokter sekarang..?? Mas takut kamu kenapa napa.." jawab Alfaro panik.
"Nggak usah mas... ini paling cuma masuk angin aja, boleh aku minta di kerokin mas, biasanya kalau aku lagi nggak enak badan gini, suka dikerokin sama ibu dirumah." Pinta Nesya pada Alfaro.
"Tapi mas nggak bisa kerokin kamu, mas jemput ibu saja sekarang ya. Biar ibu bisa bantuin mas buat kerokin kamu..?" Tawar Alfaro sambil mengelus elus punggung Nesya.
Nesya menggeleng "aku mau ke kampung saja, boleh...?? Pengin lihat suasana kampung. Udah lama semenjak kita nikah kan belum kesana mas... Hueeekk..." pinta Nesya lagi pada Alfaro.
"Tapi kamu lagi sakit sayang... mas nggak tega kalau kamu ikut mas ke kampung.." jawab Alfaro khawatir. Kini Ia memijit bahu dan bagian belakang leher Nesya berharap bisa mengurangi rasa mual yang saat ini Nesya rasakan.
"Nggak apa apa mas.. aku kuat kok.. aku mau liat sawah sawah di kampung, mau makan masakan ibu terutama tempe embek embek buatan ibu." Ucap Nesya yang tetap kekeh ingin pulang ke kampungnya. Kali ini ia memasang wajah memelas agar diizinkan oleh Alfaro.
"Tapi..."
"Aku nangis nih...!" ancam Nesya sedikit serius, entah kenapa ia ingin sekali menangis saat ini..
"Eh.. jangan.. iya nanti kamu ikut. Tapi makanannya di habisin dulu ya... kamu baru makan 2 sendok loh ini..." kata Alfaro sambil menunjuk piring makanan milik Nesya.
"2 sendok apanya...?? Aku udah makan 5 sendok tadi..." elak Nesya tak terima.
"Ya udah.. tapi makan lagi ya, dihabisin, biar kamu nggak tambah masuk angin di perjalanan nanti.." nasihat Alfaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbour (TAMAT)
Short Story"maaf mas... bisa minta tolong, aku pinjem uangnya sepuluh ribu buat bayar bis. sekali iniiii aja..?? (sambil menunjukkan jari telunjuknya dan menunjukkan wajah melasnya) aku lupa bawa dompet tadi. Barusan nggak sengaja liat masnya punya kartu Perum...