Hari ini, hari terakhir Risa di rumah. Karena ia akan kembali ke ma'had nya sore nanti dan lusa, ia akan melaksanakan Ujian Nasional.
"Risa..." Panggil Ummi lembut. Pagi ini setelah sarapan Risa menuju ke halaman rumahnya. Ia hanya ingin menyapa angin pagi dengan kicauan burung yang saling bersahutan.
"Iya Ummi" Risa sedikit bergeser dari tempat semula yang ia duduki. Ia memberi tempat untuk ummi nya agar bisa diduduki.
"Risa, apa boleh ummi bertanya sesuatu ke kamu, sayang?" Izin ummi Risa sambil menatap dalam bola mata putri kesayangannya itu.
"Ummi...ummi mau nanya apapun boleh. Ummi ga perlu minta izin gini" jelas Risa sambil memegang kedua tangan ummi nya.
"Risa..." Panggil ummi lagi. Risa hanya menatap bola mata wanita paruh baya yang sedang berada di hadapannya saat ini. Ia sedang menanti apa yang akan ditanyakan oleh ummi nya itu." Kalau setelah UN nanti ada yang datang untuk melamar kamu, gimana sayang?" lanjut ummi Risa.
Risa tentu kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh ummi nya barusan.Dari pertanyaan ummi, Risa tahu kalau ummi sedang tidak basa-basi. Bukan sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan candaan, tetapi sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan serius.Tetapi Risa belum menemukan jawaban apa yang harus ia jawab, pikirannya tiba-tiba menjadi buntu dan kosong. Ummi melihat raut muka kaget dari wajah putri kesayangannya itu.
"Ummi ga memaksa kamu untuk nerima dia kok sayang" lanjut ummi. Ummi paham dengan perasaan putrinya saat ini.
"Apa Risa boleh tau, siapa laki-laki itu ummi?" tanya Risa.
"Kamu pasti mengenalinya dengan baik" jawab ummi. Tetapi, ummi Risa tidak menginginkan perjodohan ini. Ia tidak ingin anak-anak nya tidak bahagia pernikahannya karena sebuah perjodohan. Ia ingin anak-anaknya sendiri yang memilih pasangan hidupnya. Ia percaya kalau Darma dan Risa bisa memilih yang terbaik untuk diri mereka masing-masing.
"Farhan, ummi?" tanya Risa untuk meyakinkan jawaban yang ummi berikan dari pertanyaan yang ia tanyakan sebelumnya. Risa berfikir, hanya Farhan yang ia kenal dengan baik.
"Iya sayang" jawab ummi sambil menatap wajah putrinya itu.
"Maafkan Risa, ummi" ucap Risa sambil menunduk. " Risa ga bisa nerima lamaran Farhan, ummi. Karena hati Risa bukan untuk Farhan". Keluh Risa.
"Kamu ga usah merasa bersalah. Kamu punya hak untuk memilih, sayang." jelas ummi sambil mengelus punggung anaknya itu." Apakah ada seseorang yang mengisi hati kamu?" tanya ummi lanjut.
"Ada ummi. Hati Risa udah ditempati olehnya" jawab Risa sambil menatap ummi nya.
'Ekhm...'
Mereka berdua langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Memangnya, dia sudah memberikan kepastian kepadamu, Risa?" tanya abi Risa, yang baru keluar dari rumah.Yang mana, abi Risa sudah mendengarkan semua perbincangan mereka sebelum-sebelumnya dari balik pintu rumah.Risa terdiam mendengar pertanyaan dari abi nya itu. Risa tidak tahu ingin menjawab apa. Karena ia memang tidak tahu, apakah Riyad memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya, apalagi lagi sebuah kepastian seperti apa yang ditanyakan oleh abi nya barusan."Jelas-jelas, Farhan sudah memberikan kepastiannya untuk kamu Sa. Untuk apa kamu menunggu yang belum pasti?" lanjut abi Risa untuk meyakinkan putrinya.
"Abi...hati Risa bukan untuk dia" akhirnya Risa memberanikan diri untuk menjawab."Apalagi untuk menikah. Menikah itu harus didasari dengan perasaan cinta dari kedua belah pihak, bukan dari sebelah pihak saja, abi. Risa harap abi bisa mengerti dengan perasaan Risa. Maaf abi, kalau Risa lancang dan kurang sopan" lanjut Risa. Lalu ia meninggalkan ummi dan abi nya dihalaman. Ia tahu, ini tidak sopan. Karena ia meninggalkan orang tuanya yang sedang berbicara dengannya. Tetapi, ia terlalu kecewa dengan keadaan saat ini.
"Abi... Harusnya abi ngerti dong perasaan Risa. Abi seharusnya ga ngomong gitu ke Risa. Apa yang Risa bilang tadi tu ada benarnya, abi. Sebuah keluarga itu akan harmonis kalau didasari rasa cinta dari kedua belah pihak" tegur ummi atas apa yang telah dikatakan oleh abi kepada Risa tadi."Lagian... Tidak ada pemaksaankan dalam perjodohan ini?" tanya ummi Risa mengingatkan suaminya kembali.
"Risa itu butuh kepastian, ummi". Ujar abi Risa.
"Bukan...bukan itu yang Risa butuhkan, abi!" sanggah ummi Risa. "Ummi merasakan apa yang Risa rasakan saat ini" lanjut ummi Risa.
Drrrt...drrrrt. Handphone Risa bergetar.
"Assalamualaikum" ucap Risa.
"Wa'alaikumussalam" jawab yang diseberang. "Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Darma heran. Tidak biasanya Risa secuek itu menjawab telfon dari Darma. Biasanya Risa selalu senang kalau Darma yang menelfon dirinya.Risa selalu menyambut telfon Darma dengan "Assalamualaikum, Abaaang". Tetapi tidak dengan hari ini.
"Risa baik-baik aja kok" jawab Risa bohong.
"Untuk adek abang yang paling cantik, kamu itu ga bisa bohong. Coba cerita yang sebenarnya ke abang" rayu Darma. Ia sangat heran dengan apa yang sedang terjadi kepada adik satu-satu nya ini.
"Lain kali aja ya Risa ceritain, bang". Risa memang tidak ada mood untuk berbicara.
"Yaudah...usahain kalau ada apa-apa cerita ke abang, paham!?" tegas Darma. Darma memang sepeduli itu dengan Risa.
"Iya, Risa paham" jawab Risa.
"Abang tutup dulu ya telfon nya. Dan semangat untuk UN nya lusa. Semoga sukses dan mendapatkan nilai terbaik. Jangan jadikan masalah yang sedang kamu hadapi sekarang menjadi pengahalang untuk ujian nanti" pamit Darma sambil memberikan wejangan dan semangat buat Risa.
"Iya Abang, makasih ya udah semangatin Risa" balas Risa.
"Masama. Yaudah, abang tutup ya. Waasalamualaikum" ucap Darma.
"Waalaikumusaalam" jawab Risa. Lalu ia menatap datar layar handphone miliknya itu. 'Maafkan Risa ya bang,kalau Risa bersikap gini ke abang'.
Toktok!toktok!
"Sayang, buka pintunya nak!" perintah ummi. Karena pintu kamar Risa terkunci.
Risa masih melamun ditempat duduknya sekarang, ia menatap kearah luar jendela dengan tatapan kosong.
"Risa...buka pintunya nak!" perintah ummi kembali. "Ummi mau bicara sama kamu" lanjut ummi dengan suara yang agak lebih keras.
"Tapi, Risa lagi ga mau diganggu,mi" ujar Risa tanpa bergerak sedikitpun dari tempat duduknya saat ini.
"Yaudah gapapa, ummi paham sama perasaan kamu". Ummi Risa paham dengan perasaan putrinya itu. Ia lalu meninggalkan kamar putrinya menuju kembali kelantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Cinta Ali Dan Fatimah
RomantikMemendam perasaan tanpa harus bertutur kata.Itu lah yang dilakukan kedua insan ini,Risa&Riyad. Mendiamkan perasaan yang sudah ada, hanya itu yang mampu dilakukan mereka.ya hanya diam.tanpa ada komunikasi yang khusus untuk membicarakan tentang perasa...