garis terakhir

3.1K 430 19
                                    

lah aku kira ini udah dipublish dari 22 jan:))) ternyata belum..

agak rated ini mah, lumayan buat ending.

...

waktu demi waktu berjalan mulus, gak ada hambatan besar yang ngehalangi kehidupan keluarga bratadikara ini. ya, hari-hari diisi kayak biasa, kecuali eksistensi seonghwa yang jadi lebih sering dirumah, karena hongjoong sekarang minta seonghwa buat fokus sama rumah tangga dan anak-anak.

tapi hongjoong gak menutup jalan karir seonghwa. meski agak melenceng dari pekerjaan sebelumnya, sekarang seonghwa buka kedai kue -- yang dulu sempet dirinya impikan.

lokasinya juga gak jauh dari kantor hongjoong, sengaja biar kalo jam istirahat hongjoong bisa mampir katanya. bau bucinnya berasa banget gak sih.

dan sekarang, hari minggu pagi, anak-anak dari jumat malam gak ada dirumah, mereka main ke jogja, bareng papi mami hongjoong.

jawaban dari pertanyaan kenapa keduanya gak ikut adalah gak dibolehin sama orang tua hongjoong, katanya mau ngasih waktu berduaan buat pasangan baru ini.

padahal mah dari pagi seonghwa udah ngambek, karena ternyata hongjoong ada kerjaan -- meeting sama client lama.

si dominan gak henti-hentinya buat ngebujuk pasangannya. salah dia sih, karena lupa sama jadwalnya sendiri. tapi gak mungkin juga dia ngebatalin pertemuannya secara mendadak.

"emang gak bisa diundur aja, mas?" tanya seonghwa yang sekarang lagi bersandar di meja kerja pasangannya, ngeliatin hongjoong yang masih sibuk sama kemejanya.

"gak bisa, sayang. aku sama pak tomi udah lama jadwalin ini, karena sama-sama sibuk jadi baru dapet waktunya sekarang," jelas hongjoong.

seonghwa menghela napasnya, tangannya sekarang bersedekap di depan dadanya. air mukanya nunjukkin kalo dia lagi kesel banget.

"akhir-akhir ini kamu sibuk banget, akunya dicuekin," gumam seonghwa.

hongjoong yang udah selesai sama kemejanya nyamperin pasangannya, berhadapan. seakan tanpa beban, hongjoong dengan mudahnya angkat badan seonghwa buat didudukin di mejanya. menempatkan dirinya diantara kedua kaki seonghwa.

kedua tangan hongjoong tangkup muka seonghwa, beri jejak kecupan singkat sebelumnya, "maaf ya, sayang. mas gak bisa ubah jadwalnya juga, soalnya pak tomi harus ke batam sore ini. mas janji gak akan lama keluarnya."

seonghwa masih cemberut, seakan gak kasih izin buat hongjoong, seonghwa kalungin kedua tangannya di bahu sang dominan.

hongjoong sendiri paham banget, ada waktunya bagi seonghwa buat jadi clingy kayak gini, tapi hal gak keduga kayak gini malah terjadi. bukan terjadi di waktu yang tepat, dua hal ini seakan sengaja bikin hongjoong dilema.

"ada sesuatu yang bikin kamu gak nyaman?" tanya hongjoong. gelengan seonghwa jadi sebuah kebingungan buat hongjoong, terus kenapa.

pertanyaan-pertanyaan yang hongjoong ajukan gak ada yang dijawab secara lisan. kedua tangan seonghwa ditautin, narik hongjoong buat makin deket sama dirinya.

"s-sayang?"

tunggu, hongjoong gak ngerti kenapa seonghwa kayak gini.

seonghwa justru nenggelemin mukanya di leher hongjoong, "aku kan mau sama mas."

deru napas hangat berasa banget di permukaan leher hongjoong buat si empu agak merinding. belum lagi hidung bangirnya yang ikut gerak, seakan mau hirup banyak-banyak aroma badan suaminya.

"sayang, are you okay?"

seonghwa sekarang menjauh dari leher hongjoong, diam. netra keduanya bersitatap, gak ada kata yang keluar diantara keduanya.

how to deal with the boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang