Its just a accidential

2.2K 269 12
                                    

Javier Angkasa Atmadja lelaki 26 tahun itu kini tengah memeriksa schedule padat nya. Ditemani satu asisten sekaligus teman nya Leonard.

"Gue pusing banget liat tawaran job lu Jav. Ini ga tau lagi mana yang harus di terima mana yang harus ditolak."

"Sebanyak itu?"

"Iya gue send di email ya list nya Lo pilih dah mau terima mana mau tolak yang mana juga."

"Lah kerjaan lu apa dong?"

"Tumben bener gue santai udah protes lu. Udah pilih aja dulu."

"Oke."

Drrtt drrrt

Javier melihat ponsel nya. Senyum nya mengembang melihat nama Bubu disana. Tanpa pikir panjang Javier langsung menjawab nya.

"Bubu cantik."

"Jevi nya bubu, apa kabar?"

"bubu baik jevi, how is Paris?"

"Good, but Indonesia still my favorite. Because my bubu ia there."

"Tobat dek emak lu itu."

"Lohh kok ada ayah?"

"Ya rumah gue masa gue gak ada?"

"Vibe bapak bapak ngeselin nya ga pernah failed."

"Halah, gak pernah pulang Lo dek bawain mantu kek."

"Dihh ayah mah gitu."

Javier mencebik namun matanya masih tetap tertuju pada MacBook nya.

"Jevi banyak kerjaan?"

"Strange banget tiba tiba ayah manggil jevi kayak gitu."

"Kan nama kamu jevi."

"Kan Javier. Bubu doang yang manggil Jevi."

Seperti nya Javier melupakan ada seorang lagi yang memanggil nya jevi.

"Ada kerjaan ga?"

"Banyak yah sampe nolak nolak tau."

"Jangan lupa istirahat ya? Bubu udah tidur ternyata loh kamu sih ngajak ayah ngobrol."

"Salah aku dimana? Bukanya ayah yang nimbrung?"

"Udah ah ayah mau kelonan lagi bye jevi."

Javier menutup telepon nya. Susah ya berurusan sama si kepala keluarga.

....

Selene kembali mengurus beberapa display produk nya di pasar raya Hills. Hari ini pikiran nya tak serumit biasanya. Benar juga istirahat sebentar bukan lah perbuatan dosa.

"Siang semua, bisa saya lihat laporan penjualan Minggu ini?"

Salah seorang staff nya memberikan beberapa lembar dokumen untuk Selene.

Selene memastikan seksama. Ada beberapa penurunan memang. Selene sudah mengoreksi dirinya sejak kemarin. Memang ada beberapa kesalahan. Mulai dari design nya yang kian hari terlihat monoton. Lalu beberapa tim pemasaran yang memang berjalan tidak seimbang.

Selene juga sudah memberitahu Karenina untuk mengganti saja kerja sama dengan tim pemasaran lama.
Lalu untuk design Selene akan berusaha semaksimal mungkin untuk musim depan.

Untuk fashion week juga Selene sudah mendapatkan beberapa influencer terkenal. Jadi semoga saja penjualan setelah ini dapat melesat hingga semua masalah nya selesai.

"Bu Selene? Tidak mau istirahat makan siang?"

"Ya?"

"Istirahat Bu Selene."

"Ah ya, aku keluar, satu lagi. Aku langsung kembali ke kantor."

"Baik Bu Selene, have a good day."

Selene menenteng tas nya lalu keluar dari outlet Aster.
Menuju lantai 1 tempat stand makanan dan restauran.

Selene memutuskan untuk membeli kopi dahulu.
1 ice americano berukuran grande mungkin dapat memastikan hari nya akan baik baik saja.

"Nadean?"

Selene menoleh terlalu familiar dengan suara itu.

"Papa?"

Mereka memutuskan untuk duduk sebentar menikmati kopi nya.

"Apa kabar?"

"Good, how about your family?"

"They are good, Jiel will be so happy of you visit him."

"As you know i'm the mist busy person in this world."

"Tidak pernah pulang? Mama apa kabar?"

"Baik. Last time i call her she is fine."

"Nadean harus sering sering pulang. Nanti bisa ajak Jiel. Jiel pasti senang."

"Nanti Nadean pulang pasti bawa Jiel. Oh ya Nadean harus ke kantor. bye pa."

"Nadean? Is everything okay?"

"Of course but some problem will never left me down. Bye pa."

"Bye girl. Have a good day."

"You too pa!"

Pergi dari Hills setelah bertemu papa nya membuat Selene termenung di jalan. Mereka dekat tapi terasa jauh. Ada begitu sedikit jarak namun terlalu berat rasanya jika sering bertemu. Harusnya Selene sudah berdamai dengan keadaan. Demi tuhan sudah. Tapi rasanya semua masih begitu berat.

Ngomong ngomong  Jiel kenapa hari ini Selene jadi merindukan anak itu. Terakhir bertemu Jiel masihlah anak SMP. Meski masih sering berkomunikasi melalui imess namun sekalipun Selene tak pernah bertemu lagi dengan Jiel. Mungkin benar kata papa nya sesekali dia harus bertemu dengan anak itu. Kira kira sudah setinggi apa Jiel sekarang ya?
Click

....

"Karen bagaimana tim produksi?"

"Sebagian sudah selesai Bu Selene."

"Tolong beritahu agar dikirim beberapa kesini karen."

"Baik Bu."

Beberapa saat kemudian Karenina membawa beberapa potong baju. Dengan cekatan Selene langsung memasangnya pada manekin. mengambil jarum pentul dan buku catatan.

Setelah mengoreksi beberapa hal dalam design nya mulai dari ukuran lengan lingkar pinggang dan bentuk kerah. Selene kembali berkutat dengan buku sketsa nya.

"Bu Selene, i have a good news."

Selene langsung menoleh.

"Akhirnya VR company mau bekerja sama!!"

Mata Selene terbelalak tak percaya.
VR company merupakan perusahaan media promosi baik online maupun offline yang memang terkenal susah untuk diajak kerja sama. Atau istilah nya jual mahal. apalagi mereka terkenal memiliki orang orang berbakat.

"Benarkah?"

"Iya Bu Selene. Oh my God thankyou."

"Semoga semua akan baik baik saja setelah ini."

"Bu Selene berarti nanti kita akan melakukan sesi pemotretan katalog dengan Mr Javier."

"Siapa?"

"Mr Javier Bu Selene. Founder VR company."

"Javier Angkasa Atmadja is that him?"

"One hundred persen YES!!" teriakan kegirangan Karenina malah menjadi suatu hal yang tak mengenakkan bagi Selene.

Takdir macam apalagi ini? Harus kah Selene bekerja sama dengan partner one night stand nya? Dunia ini terlalu sempit. Dia tak pernah mengira founder VR yang bernama Javier itu adalah Javier Atmadja.

La MargueriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang