Pregnancy

2.3K 234 11
                                    

Selene mulai merasakan begitu banyak perubahan dalam dirinya. Kandungan nya memang relatif lebih besar dikarenakan ada tiga bayi di dalam nya. USG terakhir menggunakan sistem 4d Selene dan Javier bisa melihat aktifitas anak anak mereka di dalam sana. Lagi lagi yang menangis itu Javier. Anak anak mereka mulai aktif menggerakkan jari jari nya. Kadang juga kakinyam namun belum seberapa.

Hingga hari ini Selene merasakan sensasi yang sebenarnya. Merasakan apakah ketiga anak nya bermain bola di dalam atau mereka sedang bertengkar.
Perut nya sedikit sakit tapi tak apa. Anak anak nya mungkin sedang dalam fase aktif aktif nya. Selene menikmati itu.

Dengan telaten Selene mengelus perut nya. menenangkan si anak namun tampak nya tak membuahkan hasil. Dengan iseng dia memvideokan aktifitas si kecil. Perut nya benar bener seperti di tendang hebat.

Setelah merekam Selene mengirim nya pada Javier. Dengan tulisan. "Ayah Jev anak nya ga mau diem seneng banget kayak nya  hari ini. Lagi simulasi main bola kali ya? Buna nya gak di kasih jeda istirahat nih."

Namun Javier tak membalas sama sekali hanya dibaca saja. Mungkin sedang ada jadwal pemotretan.
Namun beberapa menit kemudian pintu kamar nya terbuka menampakkan sosok Javier.

Selene tentu saja kaget ini masih jam kerja.

"Loh ayah kok pulang?"

"Kangen buna sama dedek."

Javier mencuci tangan nya mengganti baju nya dengan setelan rumah lalu tidur di samping Selene. Mensejajarkan diri nya dengan perut Selene.

"Adek adek lagi apa? Ini ayah."

Javier menempelkan wajahnya di perut Selene. Udah jadi hal biasa. Semenjak Selene hamil justru Javier lah yang menjadi sangat clingy.

Beberapa kali anak nya merespon tendangan. Seolah olah ingin merespon mereka mendengar sang ayah.

"Duh bertingkah banget, gak sabar ya keluar dari perut buna? Sabar ya adek bentar lagi."

Lagi lagi tendangan tendangan kecil membuat Selene sedikit gemas.

"Ayah juga ga sabar tau ketemu kalian. Tapi sekarang jangan terlalu nyusahin Buna dulu ya? Sabar dulu bentar lagi."

Javier mengelus perut Selene dan mengecup nya. Seakan sudah habits yang harus ia lakukan.

"Ayah kenapa pulang cepet?"

"Udah ga ada kerjaan lagi Buna. Mau ketemu dedek dedek juga."

"Bener ga ada kerjaan atau karena buna kirimin video nya perut buna?"

"Ya karena itu juga sih. Kan aku gemes jadi aku pulang."

Sudah Selene duga. Gak pas jadi pacar gak pas jadi suami. Javier tetap lah Javier yang dulu.

"Buna perasaan hari ini seksi banget."

"Ha? Gimana?"

"Itu loh Buna, apa adek ga boleh dijengukin? Kata dokter kemarin boleh."

"otak mu ya Javier. Udah sana mandi. Pake air dingin aja. Gak usah manja. Mending aku rapihin baju baju nya si adek."

Selene pun pergi meninggalkan Javier yang mencekik kesal. Lagian ada ada aja. Kan masih siang. ART mereka juga masih di rumah. Kan gak bebas.

.....

Jam makan malam Selene dan Javier makan di ruang tv. Sambil nonton video parenting. Itu rutin mereka lakukan tiap malam.

"Yah? Udah selesai. Piring nya dicuci langsung. Kasian si mbak besok cucian nya numpuk."

"Iya Buna iya."

Javier mencuci piring nya dan piring Selene. Sedangkan Selene menuju kamarnya.
Mengganti pakaian nya dengan lingerie tipis transparan.

Selene tersenyum melihat tampilan nya di kaca. Kenapa dia merasa baby bump nya menambah kesan seksi berkali kali lipat.

"Heyy what are you doing hmm?" Javier yang datang sontak memeluknya. Mengelus perut nya dan mengendusi tengkuk Selene.

"Nothing," jawab Selene.

Selene tau suami nya hard kali ini. Tangan nya juga yang sedari tadi mengelus perut nya sekarang sudah ada di dada nya. Mengelus lalu memijat nya. Tak lupa jempolnya bermain menggesek di puting Selene.

"Yah? Kamu pengen ya?"

"Mau jenguk dedek boleh ya Buna?"

Selene dalam hati ketawa. Wajah suami nya nafsu dan memelas di saat yang sama.

"eughh iya boleh ayah."

Satu desahan lolos itu karena Javier mencubit keras puting nya.

"Kita pelan pelan aja Buna."

Javier menuntun Selene ke tempat tidur. Mencium nya lembut namun lama lama penuh nafsu. Lidah nya mengeksplorasi ke seluruh rongga mulut Selene. Melumat kasar bibir Selene.

Tangan nya sedari tadi bermain di nipple Selene. Satu lagi di depan lubang Selene.

"Jevie hhh. Enak ahh."

Javier yang mendapat lampu hijau memasukan jari nya ke dalam lubang Selene. Bibir nya berpindah menyusu seperti bayi kehausan.
Lidah nya bermain menggelitik nipple Selene. Membuat Selene menggelinjang tak karuan. Hormon kehamilan membuat Selene begitu sensitif. Selain itu mereka juga sudah lama tidak melakukan hubungan suami-istri.

"Jevie hhhh nenen nya pelan pelan ahh gelihhh."

Javier seolah tuli malah makin brutal menggigit kecil nipple Selene.
Jangan lupa dibawah jari nya kini bertambah menjadi tiga sedang sibuk keluar masuk. Mempersiapkan lubang itu agar penisnya bisa masuk.

"Sayang nanti kalau sakit bilang ya."

Dengan posisi spooning Javier mulai memasukkan kejantanannya ke lubang Selene. tangan nya mengelus perut Selene.

"Relax my queen i wont hurt you,"

Javier sangat lembut malam ini. Bahkan ketika miliknya sudah tertanam sebelum nya ia enggan bergerak. Membiarkan Selene mendapatkan penyesuaian terlebih dulu. Tangan nya masih setia mengelus perut Selene.

"Bergerak jevie."

Javier bergerak perlahan. Namun memastikan ia mengenai titik titik manis Selene.
Itu jauh lebih memabukkan bagi Selene. Pergelungan ranjang seperti ini yang selalu Selene harapkan. Detail perlahan namun berkali lipat memberikan kenikmatan.

"Jev?"

"Hmm? Am i hurt you?" Bagaimana Javier bisa begitu stabil saat mereka sedang bercinta.

"No, i'm fine. I wanna ask something."

"Then say it."

"Aghh there ya."

Javier terkekeh sengaja sedikit menggoda istrinya.

"Can we do this every night? Hhh damn. This is so fucking crazy."

"Hey? Don't say that. Adek can here you Buna. but that something about do this every night is sound best."

"Hhnngg jevie don't play like that i'm gonna out."

Javier menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Dia juga ingin keluar.

"Let's cum together my queen. I'm here with you."

"Hhgghh jevie hhh."

Selene mencapai orgasme nya disusul dengan Javier yang mengeluarkan nya di paha Selene. Tak ingin anak anak nya mendapat bencana banjir didalam.

"Terimakasih Buna dedek."

"Your welcome ayah."

Javier membersihkan tubuh Selene. Memakaikan piyama nya. Lalu ikut tertidur di samping Selene.

La MargueriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang