Bonus part 1

2K 251 13
                                    

Selene mengeluh sakit. Hari ini dia tak akan bekerja.
Enam bulan menikah dengan Javier hidup nya masih sama seperti dulu. Tak banyak yang berubah.

"sayang kita periksa ke dokter nanti ya?"

"Engga deh aku mau di rumah aja. Ntar juga sembuh. Kamu kerja aja jevie."

"Kamu engga apa apa beneran aku tinggal di rumah?"

"Engga kok. Maaf ya aku ga bisa buatin sarapan."

"ngomong apa sih sayangku ini? Ga apa apa. Nanti aku bisa beli. Udah ya aku berangkat." Javier memberikan ciuman di kening Selene.

"Hmm hati hati ya? Happy working."

"Thankyou, kamu juga cepet sembuh aku janji deh pulang cepet hari ini."

"Engga perlu maksain ya kalo ga bisa gak apa apa."

"Bye my queen istirahat yang cukup."

"Hmm," enggan menanggapi percakapan Javier agar tak makin panjang.

Selene beranjak dari tempat tidur nya. Kemarin dia sempat curiga. Ia sudah tak mendapat monthly period nya bulan ini.

Harap harap cemas Selene bermodalkan test pack mencoba menguji nya.
Beberapa menit Selene masih begitu gugup. Padahal sejak awal dia janji akan pasrah saja. Apapun hasilnya itulah yang terbaik.

Selene kembali ke toilet mengambil testpack nya.
Sontak matanya melotot. Otak nya masih memproses.
Tiga testpack tersebut menunjukkan hasil positif.

Otak nya sempat loading sebentar. Oh ternyata sakit nya beberapa hari ini karena sang anak ingin menunjukan eksistensinya.

"Duhh adek, buna jadi nangis saking bahagianya."

Tak bohong Selene menangis sesugukkan. Saking senang nya. Didalam perut nya kini ternyata tumbuh sang buah hati.
Niat nya menghubungi Javier tapi ia urungkan nanti saja. Selene memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dahulu untuk memastikan.
Tentu saja naik taksi. Tak ingin mengambil resiko lebih.

Di rumah sakit, Selene sempat mengantre hanya sebentar. Lalu tibalah giliran nya. Dia masuk dan dipersilahkan tidur di ruang USG.

"ibu Selene Atmadja pemilik aster kan? Saya dokter Giselle saya langganan loh sama Aster."

"Wah dokter terimakasih ya sudah mau menggunakan Aster."

"Haha sama sama ibu Selene. Baiklah kita mulai."

Selene merasa geli ketika dokter mengoleskan gell yang terasa amat dingin di kulit nya.

"Bu Selene sebelum nya program?"

"Tidak dok, ada apa ya?"

"Wah,saya kira program. Karena jarang sekali kalau tidak program dapat anak kembar. Ini triplets Bu."

Selene menutup mulut nya dengan tangan. Tak menyangka tuhan akan memberi nya sebanyak ini.

Setelah berkonsultasi banyak hal dan tentu saja menebus obat obatan yang diresepkan dokter Giselle Selene kembali ke rumah. Memberi suami nya kejutan nanti sore rasanya tidak buruk.

....

Javier mengernyit heran. Apa apaan tadi Selene bilang tak mau apa apa tiba tiba dia meminta dibelikan bahan untuk membuat sambel ikan teri. Alhasil sebelum pulang Javier harus memutar lagu mencari Asian market dan membeli semua yang sudah di list Selene.

Mulai dari cabai, teri bawang bawangan juga terasi.
Padahal Selene bukan termasuk orang yang pecinta sambel teri.

Setelah mendapatkan nya Javier pulang. Sedikit bernafas lega istri nya terlihat baik baik saja. tak seperti tadi pagi.

"Welcome home hubby. Mana titipan ku?"

"Ini sayang aku mandi dulu ya?"

"Oke udah aku siapin air anget. Kamu mau ga sambel teri? Biar sekalian aku nyambel nya banyak?"

"Boleh deh."

"Okee, pakaian udah aku taruh di ujung tempat tidur diambil. Handuk nya taruh di keranjang kotor. Awas aja di kasur."

"Iya istriku yang bawel."

Selene enggan menanggapi. Ia memilih untuk menumis bawang bawangan nya. Oh iya by the way dia sempat pulang ke rumah papa mami nya tadi untuk mengambil cobek. Mami nya sampai heran. Namun Selene tak memberi tau alasan nya kenapa. Dia cuma bilang dia pengen nyambel.

Usai menumis bumbu nya. Selene pun mengulek nya lalu memasukan ikan teri kecil yang tadi udah dia goreng.
Kemudian memastikan nasi nya telah matang bersamaan dengan datang nya Javier.

"Tumben banget masak nya kearifan lokal." Celetuk Javier melihat cah kangkung dan sambel teri di meja makan.

"Aku lagi pingin aja."

Mereka makan dalam ketenangan. Selene begitu menikmati makan nya. Tak mempedulikan Javier yang tadi mencoba mengajak nya ngobrol.

Sampai piring nya bersih. Selene merasa sangat senang. Begini ternyata rasanya kalau ngidam terpenuhi.

"Jevie abis nyuci piring ada yang mau aku omongin. Aku tunggu di kamar."

Ya mereka memang terbiasa membagi tugas. Selene yang memasak Javier yang mencuci piring nya.

Selene berlalu duluan ke kamar. Membuka lemari tempat nya menaruh box berisikan USG dan testpack nya. Tak lama Javier datang.

"Kenapa sayang ku? Ada yg ganggu pikiran kamu?"

"engga kok. coba deh buka itu."

Javier mengernyit, tak ada hari spesial hari ini. tapi kenapa dia mendapatkan surprise.
Namun tangan nya tetap bergerak membuka box tersebut dengan ragu.

Hingga akhir nya. Iya merasa nyawa nya setengah melayang saat melihat isi kotak tersebut.

Selene terkekeh melihat suami nya yang masih mematung.

"Heyy? Ayah Jev kok bengong?"

"Nad? Aku ga mimpi?"

"No, you're not."

"Ini bener kamu hamil?" Engga Javier gak pernah cengeng. Tapi kali ini dia nangis saking bahagianya.
Sambil memeluk pinggang Selene dan menciumi perut nya.

"Dan kamu tau fakta yang lebih menyenangkan apa? They are triplets. There is three of them."

"Yang? Jangan bercanda."

"Adek adek ledekin ayah nya dong. Ayah Jev cengeng banget."

Jujur aja Selene juga nangis. Meskipun ga separah Javier. Hari ini dia melihat sisi soft Javier yang paling soft.

"Adek sayang nya ayah, halo anak ayah, let's meet soon."

"oke ayah adek juga ga sabar ketemu ayah sama buna."

"Kamu ke rumah sakit sendiri tadi?"

"No, aku pake taksi."

"Good. Kapan periksa lagi?"

"Sebulan sekali ayah."

"Adek kalo nanti periksa lagi ayah harus ikut."

"Iya ayah. Adek juga seneng bareng sama ayah terus."

"Nad i just feel that i'm the luckiest person now."

"Aku juga. Thankyou ayah Jev."

Satu persatu mimpi mereka terwujud. Hidup bahagia. Menantikan kehadiran anak yang mereka dambakan.
Malam itu kedua pasangan itu begitu bahagia.
Javier bahkan tidur dengan wajah nya yang sejajar dengan perut Selene. Ingin selalu menemani sang anak.

La MargueriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang