"Hyung" Haechan duduk di pinggir kasur Jeno. Sedangkan sang kakak duduk di sofa kamar fokus bermain game dengan ponselnya.
Mendapat gumaman sebagai balasan, Haechan kembali melanjutkan kalimatnya.
"Boleh aku ikut melihat hyung wisuda kelulusan?" Tangan Jeno yang awalnya sibuk tiba tiba berhenti, ia menatap sang adik dengan kerutan di keningnya.
"Hah?! untuk apa? tidak tidak" ujarnya sembari mengibas ngibaskan tangan.
Usai mengucapkan kalimat itu, Jeno kembali fokus dengan benda persegi yang berada di kedua tangannya.
"Lah! kenapa?!" Haechan tak terima permintaan kecilnya di tolak. Ia berdiri lalu berjalan mendekat ke arah sang kakak.
"Kau itu bocil takutnya nanti hilang di kerumunan"
"IH MINTA DI JITAK" ujar Haechan dengan geraman
"sini ayo jitak kalau berani!"
Ctak!
Jeno berhenti dengan kegiatan ponselnya. Beralih menatap sang adik dengan nyalang. Jeno beranjak dari duduknya menatap sang adik yang kini menjadi lebih rendah dari tubuhnya karena ia berdiri.
"H-hyung..."
"AAAA MOMMY TOLONG ECHAN, JENO HYUNG GELIII! AHHH MENYINGKIR!!!!"
Haechan di gelitikki habis habisan oleh Jeno. Sedangkan Haechan sudah tertawa di sertai air mata yang menggenang di kedua matanya.
"Rasakan ini! suruh siapa menjitakku hah!?"
"Tah- tapi hyung memperbolehkan kan?? ahahahah stop!!"
"Aku ini lebih tua darimu, lain kali jangan jitak sembarangan!"
"Aaaa maaf hyung! maaf! iya iya echan gak sengaja ahahahha HYUNG HENTIKAN itu sangat GELIII"
Jeno akhirnya menghentikan aksi menyiksa adiknya. Setelah Haechan kembali mengatur nafasnya, ia menatap sang kakak lagi.
"Hyung, boleh aku ikut?"
"No"
"Wae??"
Tanpa menjawab kembali, Jeno berlalu melewati Haechan keluar kamar. Menuruni anak tangga satu persatu menuju dapur. Mengambil minuman di lemari pendingin kemudian ia tuangkan dalam gelas. Membawanya ke ruang tamu, mengambil duduk di salah satu sofa di situ lalu menghidupkan televisi.
"Hyung" Jeno menoleh menatap sang adik yang menghampirinya. Menaikkan sebelah alisnya bertandakan tanya.
"Aku ikut ya??" Haechan menggoyang goyangkan tangan Jeno. Tapi Jeno masih tak menggubris ucapan Haechan, ia mengambil remote televisi lalu menekan acara lain di televisi.
"Hyung"
"Jeno hyung"
"HYUNG!!"
"Akh! sakit!" Jeno tersentak suara Haechan tiba tiba meninggi, dan posisi Haechan tepat di samping Jeno. Ia menutup kedua telinganya. Membuat pengang juga teriakan Haechan ini.
"Bodo! habis hyung-"
Drrttt ddrrrttt
"Hyung apa?!"
Haechan mendengus kasar, dari pada membujuk seorang Jeno yang tak akan berubah pendapat lebih baik mengangkat telepon dari ponselnya. Entah siapa yang malam malam begini menelpon dirinya.
Haechan berjalan keluar rumah dengan ponsel yang sedari tadi ia bawa. Membuka ponselnya mendapati nama kontak Jaemin, Haechan langsung menggeser icon hijau untuk mengangkat telepon itu.
"Halo Jaem?"
"Oy, ada apa?"
"Loh, kan kamu yang telpon duluan"
"Oh iya"
"Jadi ada apa?"
"Besok ayo temani aku ke kedai ramen yang baru buka, katanya di sana ramennya enak"
"Benarkah?"
"Iya, makanya aku mengajakmu kesana"
"Dimana?"
"Besok saja ku beritahu, aku akan menjemputmu"
"Oke, Eh kamu tidak ikut wisuda kelulusan Mark hyung?"
"Ah dia... emm aku tak minat, hanya orang tua kami yang pergi, kamu sendiri gak ikut wisuda kelulusan Jeno hyung?"
"Tidak, dia melarangku"
"Ohhh hahaha baiklah, besok ku jemput"
"Oke"
Haechan mematikan teleponnya menatap halaman luas depan rumahnya. Menarik nafas panjang lalu ia hembuskan. Haechan mendongakkan ke atas. Malam ini cukup cerah, ia dapat melihat bintang bintang yang lumayan banyak di sana.
Haechan pun berlalu masuk ke dalam rumah lagi. Tak mementingkan Jeno yang tak memperbolehkan dirinya ikut sang kakak wisuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Party Favour (Markhyuck) ✔️
HumorMirip chat anonymous. klo tertarik mampir aja ⚠️bxb [FIN]